BETAPA JAUH ANDA MENINGGALKAN ALQUR'AN (BAG.1) Seruan….., seruan… , dan seruan. Seruan cita-cita masa depan tertuju kepada ambang kebinasaan … , seruan petunjuk tertuju pada kedunguan sesat … , seruan kebenaran tertuju pada anggapan-anggapan khayal. Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (postur tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Telah datang penyeru yang berseru: "Sembahlah tuhan kalian, tiadalah tuhan bagi kalian selain Dia …." Terombang-ambing laksana berada di topan Nuh a.s. Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang. Nanar laksana berada bersama kaum Ibrahim al-Khalil a.s., sementara mereka sudah menyediakan periuk, pun telah menyalakan api. Cukuplah kiranya Allah sebagai pelindungku dan Dia sebaik-baik pelindung. Lalu datanglah berita gembira: "Hai api, jadilah engkau dingin dan sejahtera terhadap Ibrahim. Namun sekonyong-konyong datang pula para tukang sihir Fir'aun dengan segala keangkuhannya. Kiranya Tuhanku bersamaku dan yang akan membimbingku …. Lalu sihir itu pun menguasai sang penyihir itu sendiri. Seketika itu datanglah pernyataan dukungan: "Engkaulah yang lebih unggul." Selanjutnya sampailah pada suatu hasil di mana para tukang sihir yang adalah orang-orang kafir berbalik menjadi orang-orang bijak bertauhid seraya mengucapkan kesaksian: "Kami beriman kepada tuhan semesta alam, yaitu Tuhan (sesembahan) Musa dan Harun…. Terpikat oleh doa Zakariya a.s., ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut…..,: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku…., maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, …. janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri ….. Lalu datanglah malaikat menyampaikan kepadanya berita gembira? Karena kami akan menggembirakan engkau dengan seorang anak bernama Yahya, dan belum Kami adakan anak serupa itu sebelumnya….. Betapa itu merupakan karunia nan banyak, betapa karunia agung, karena akan terwujud sesuatu yang tidak mungkin, dan sirna pulalah syarat-syarat (bagi terwujudnya), karena istri beliau mandul, tua dan renta, tulang-tulang pun telah kian rapuh, rambut berbalut uban. Katakanlah!, seperti itulah firman Tuhanmu, yang seperti itu mudah bagi-Ku, bahkan Aku telah menciptakan dirimu, sedang sebelumnya engkau tidak ada sama sekali." Dia datang membawa kebenaran, menyeru di relung fitnah sesudah berada di relung sebuah perigi seraya bermohon perlindungan kepada Allah. ……, bahkan pintu-pintu pun telah tertutup dan si jelita berkata: "Marilah ke sini!" Ia pun menjawab: "Saya berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan diriku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung. Kemudian dikaruniakan kepadanya hembusan kesuksesan: "Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih." Lalu ia pun ditambatkan ke penjara, untuk melukiskan kepada para dai, bahwa tauhid tidak terkendala oleh situasi ……, "Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." Dan diakhiri dengan Sang Kekasih Allah (kiranya sebaik-baik sholawat serta semulia-mulia salam terlimpah kepada beliau) yang ketika harus menjalani peperangan dan kesusah-payahan berkata kepada Abu Bakar: "Bagaimanakah pendapatmu tentang dua orang sedang bersama sementara Allah menjadi yang ketiga? Maka langit pun membenarkan pernyataan Sang Kekasih s.a.w.: "Pada waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." …. Karena itu, segala puji bagi Allah, pada permulaan maupun akhirnya. Yang Mahaesa lagi Mahatunggal, Yang sendiri dan menjadi tujuan bermohon, Yang tiada beranak dan tak pula diperanakkan dan tiada seorang pun menjadi sekutu-Nya. Segala puji bagi Allah, yang tidak mengambil seorang teman maupun anak, dan mempunyai seorang sekutu pun di dalam kerajaan-Nya. Dia yang telah mencipta semesta langit dan bumi, menjadikan kegelapan dan cahaya. Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. Tiada terhingga pujian terhadap-Nya. Dia adalah sebagaimana yang dipujikan-Nya terhadap Dzat-Nya sendiri. Mahasucilah Dia. Betapakah kita dapat menghinggakan pujian kepada-Nya, sedang Dia menyandang seluruh kesempurnaan dan segenap keagungan. Seluruh pujian dan seluruh sanjungan. Seluruh permuliaan dan seluruh puja-puji. Seluruh kemuliaan dan seluruh keindahan. Seluruh kebaikan, kebagusan, kedermawanan, dan keunggulan adalah dari-Nya dan berpulang kepada-Nya. Oleh karena itu, tidaklah Nama-Nya nan Agung lagi Mulia disebut dalam kesedikitan, melainkan menjadikan banyak. Tidak pula di dalam kesempitan, melainkan melapangkan. Dan tidak pula ditambatkan kepada Nama-Nya sesuatu yang lemah, melainkan akan melimpahkan kekuatan. Tidak pula sesuatu yang hina melainkan diperolehnya kemuliaan. Tidak pula sesuatu yang fakir, melainkan diperolehnya kekayaan. Tidak pula oleh seseorang yang sedang gundah gulana, melainkan akan menceriakannya. Tidak pula oleh seseorang yang sedang menderita kekalahan, melainkan akan menjadikan dukungan dan bantuan kepadanya. Tidak pula kepada orang yang sedang tertekan, melainkan akan sirnalah madharatnya. Tidak pula kepada orang yang sedang tersesat, melainkan memberinya tempat bernaung. Dengan Nama-Nya, duka akan tersirnakan, berkah turun menurun, seruan-seruan doa terkabulkan, orang-orang terperosok akan tertolongkan, keburukan-keburukan akan tertolakkan, kebaikan-kebaikan akan terhadirkan. Melalui Nama-Nya nan mulia, bumi dan semesta langit pun menjadi kokoh, Kitab-kitab Suci berturunan, nabi-nabi diutus, syariat-syariat ditetapkan, batasan-batasan hukum ditegakkan, umat manusia pun terbagi ke dalam kelompok orang-orang sejahtera dan orang-orang celaka. Dengan Nama-Nya yang benar dibenarkan, yang harus terjadi dijadikan, neraca-neraca keadilan disediakan, Jembatan Titian (ash-Shirath) dibentangkan, jalan ke surga dan neraka pun tersiagakan. Nama itulah yang menjadi rahasia makhluk dan segenap persoalan. Karena makhluk melalui-Nya, kepada-Nya, dan demi karena-Nya. Allah Ta'ala berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS: Adz-Dzaariyaat 56). Aku pun bersaksi, bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Yang Mahaesa tiada bersekutu. Tuhan Mahasatu, Mahaesa, Mahatunggal, menjadi tujuan bermohon. Mahasuci Dia dari dipersamakan ataupun diperserupakan. Mahakudus dari diperlawankan, dipersetarakan, dipersekutukan, maupun dipersewujudkan. Tiada yang kuasa menghalang segala sesuatu yang dikaruniakan-Nya, pun tiada yang akan kuasa memberi terhadap segala sesuatu yang dicegah-Nya. Tiada berarti kemuliaan orang-orang mulia di hadapan kemuliaan-Nya. Hati para hamba dan ubun-ubun mereka berada di antara Dua Jari-jemariNya dan dan dalam GenggamanNya. Tiada yang kuasa menentang ketetapan-Nya, tak ada pula yang akan dapat mengubah keputusan perintah-Nya. Sang Awwal yang tiada didahului oleh sesuatu pun. Sang Akhir yang tiada dibelakangi oleh sesuatu pun. Sang Mahanyata sehingga tiada di atas-Nya sesuatu pun. Sang Batin sehingga tiada selain Dia sesuatu pun. Mahaberkah dan Mahamulialah Dia, Yang maha kuasa berbuat segala sesuatu, bahkan Dia pun mengetahui segala sesuatu. Dia Mahamendengar, yang kuasa mendengar desis-desis melalui beragam bahasa, pun melalui beragam kebutuhan. Karenanya, Dia tiada dirisaukan oleh pendengaran di dalam mendengar. Tiada dirancukan oleh berbagai masalah, pun tiada dijemukan oleh ratapan para peminta-minta yang memohon kepada-Nya. Dia Mahamelihat, yang dapat melihat rangkak semut hitam di atas batu bisu pada malam nan kelam betapa pun keadaannya, gerak-geriknya maupun bentuk tubuhnya. Yang Mahamengetahui, yang mengetahui segala persoalan-persoalan yang bersifat rahasia dan yang tersembunyi, baik pada masa sekarang maupun kelak pada kemudian hari. Mengetahui segala yang belum terwujud, betapa nanti ketika terwujud, dan akan menjadi bagaimana wujudnya. Jadi, yang gaib dalam pandangan-Nya adalah laksana nyata. Tiada yang terlepas dari Ilmu-Nya meski sebiji sawi, baik di persada bumi-Nya maupun di langit-Nya. Dia Mahatercukupi oleh Dzat-Nya sendiri tanpa berkebutuhan kepada makhluk-Nya. Sementara seluruh makhluk-Nya berkebutuhan kepada-Nya di dalam segala kondisi mereka …. Mahasucilah Dia Sang Penyandang keagungan, kemuliaan, serta kenikmatan. Sekiranya pepohonan seluruhnya menjadi pena untuk menulis, sedangkan laut samudera seluruhnya menjadi tinta untuk menulis, dituliskan pada pagi dan petang tentang keagungan dan kebesaran-Nya, kaitan-kaitan keluhuran-Nya, keindahan-Nya, serta kesempurnaan-Nya, niscaya akan kering sebelum terhingga pujian kepada-NYa ….. Karenanya, LAA ILAAHA ILLALLAAH, Allahlah tuhan atas persada bumi dan semesta langit…. Aku pun bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya yang melaksanakan hak-hakNya. Orang kepercayaanNya untuk menerima wahyuNya. Yang terbaik di antara para makhlukNya. Allah mengutus beliau selaku rahmat bagi semesta alam, imam orang-orang bertakwa, dan derita atas orang-orang kafir, hujah bagi makhluk seluruhnya. Dia telah mengutusnya pada saat terjadi kehampaan para rasul, kejahiliyahan segenap bangsa, kelesuan zaman. Melalui beliau terlimpahlah hidayah ke jalan lurus, metode yang jelas. Menjelaskan kepada para hamba agar berbakti kepada-Nya, mengagungkan-Nya, memuliakan-Nya, dan menegakkan hak-hakNya. Tertutup jalan menuju surga-Nya melalui jalan-jalan manapun, dan tiada akan dibukakan bagi seorang pun, kecuali melalui jalan beliau. Karenanya, tiada henti-hentinya beliau s.a.w. menegakkan perintah-perintahNya sehingga tidak dapat ditolakkan oleh siapa pun juga. Terus-menerus berada di dalam keridhaan Allah sehingga tidak dapat diselewengkan oleh seorang penipu pun. Sehingga melalui risalah beliau dunia pun menjadi cemerlang oleh cahaya dan kemegahan. Umat manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong dan berbondong-bondong. Seruan dakwah beliau berjalan ke segena penjuru laksana perjalanan sang mentari. Agama beliau nan teguh telah kian kokoh laksana malam dan siang. Semoga salam dan sholawat Allah terlimpah atas beliau selama burung-burung masih berkicau dan masih bisa terbang …. Lebih lanjut: Allah s.w.t. tidak menciptakan makhluk secara percuma dan sia-sia, tetapi menciptakan mereka untuk diberi perintah dan larangan. Jadi, Dia tidak menciptakan makhluk, baik itu langit nan terbina, bumi nan permai, manusia, maupun jin, semata-mata untuk beribadah kepada-Nya Satu-satuNya bukan kepada yang lain. Allah Ta'ala berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS: Adz-Dzaariyaat 56). Jadi, umat manusia terbagi ke dalam golongan; orang-orang yang berbahagia, dan orang-orang celaka. Dekat dan jauh. Dia mengaruniakan kepada mereka sarana-sarana; ilmu, kemampuan bertindak, baik melalui hati; pendengaran, pandangan mata, maupun anggota tubuh, adalah karunia nikmat dan keutamaan dari-Nya. Barangsiapa mempergunakan sarana-sarana tersebut untuk berbakti kepada-Nya, berarti ia telah mempergunakannya ke arah yang diridhai Allah, dan ia sukses dengan kesuksesan yang nyata. Sedang orang yang mempergunakannya untuk memuaskan syahwat dan hawa nafsunya, dan tidak memperdulikan hak-hak penciptanya, berarti ia telah merugi dengan kerugian yang nyata, dan akan menyesalinya dengan penyesalan panjang. Sebab, memang harus terdapat perhitungan terhadap hak-hak anggota tubuh ini sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS: Al-Israa' 36). Ketahuilah -semoga Anda dirahmati Allah dan dibimbing kepada kebaikan-, bahwa Allah Yang Mahabesar lagi Mahamulia, menciptakan hamba-hambaNya dalam keadaan bertauhid dan lurus. Lalu mereka ditipu daya oleh setan-setan, dan diseranglah hati mereka, ditanamkan atas mereka sikap syirik, berlebih-lebihan, dan fitnah. Dikaburkan kepada mereka, bahwa yang hak seolah-olah batil, sehingga mereka menganggapnya baik di bawah payung cinta kepada para wali, orang-orang salih. Lalu dibisikkan pula kepada wali-walinya hiasan-hiasan ucapan tipuan. Bahwa ciri seorang pecinta sejati … adalah memandang dengan cara berkhayal, selalu mengucap dengan lisan, dan disemayamkan dalam hati tanpa boleh lenyap…. Lebih lanjut dibisikkan pula kepada mereka sesudah kematian orang-orang salih tersebut, agar berpenampilan laksana orang-orang salih, bersikap seperti para wali, dan meninggikan kubur para nabi. Cara seperti itulah yang paling layak bagi orang yang cinta, dan renungan yang layak bagi orang yang rindu ….. Lalu para penyeleweng itu pun beranggapan bahwa cara seperti itu semata-mata untuk mengenang para wali …. Manakala perjalanan sudah berjalan panjang, fitrah sudah menjadi terbalik, kelesuan melintas panjang, ilmu pun terhapus yang tersisa kebodohan, binasalah kaum, pemikiran-pemikiran terlupakan. Lalu datanglah kaum lain, mereka memutarbalikkan yang hak dengan yang batil, mereka jadikan sebagai sesembahan dan berhala yang disembah selain Allah. Mereka jadikan itu sebagai dasar-dasar dan dalil-dalil atas nama para nabi dan para wali. Kemudian pada kondisi demikian, mereka pun menjadikannya kunci-kunci pertolongan, doa-doa, penanggulangan penyakit dan penyembuhan. Lalu disamakanlah antara para nabi, para wali dengan Allah Ta'ala Sang Penguasa bumi dan semesta langit. Kemudian Allah mengutus lagi para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan ancaman. Dia pun menurunkan Kitab Suci membawa kebenaran dan neraca keadilan (miizan). Mereka pun menjelaskan tentang Bentuk-bentuk keagungan-Nya, kesempurnaan-Nya, Sifat-sifat kebesaran-Nya dan keagungan-Nya…. Lalu mereka pun berhimpun ke dalam Kalimat yang satu….., sembahlah Allah, tiada bagi kalian tuhan lain selain Dia….. Mereka mengungkap tipudaya Iblis yang menjadikan sekutu-sekutu, perantaran-perantara, dan para pemberi syafaat. Bahwa akidah seperti itu hanyalah buruk sangka terhadap Tuhan semesta alam, Yang Mahamendengar, Mahamengetahui, lagi kuasa mengabulkan doa ….. Dan cara-cara seperti itu semata-mata merendahkan Nama-nama Mulia (al-Asmaul Husna) dan Sifat-sifat nan Tinggi ….., dan samalah halnya dengan menyerupakan Sang Pencipta dengan ciptaan, Sang Pemberi rezeki dengan yang diberi rezeki, Yang Mahahidup dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya, Yang tiada pernah mati dengan budak fakir yang tidak berkuasa terhadap dirinya sendiri untuk hidup, mati, dan bangkit….. Allah Ta'ala berfirman: "Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka."(QS: Al-An'aam 1). Jelasnya, menjadikan baginya sekutu yang disetarakan dari kalangan makhluk-Nya.Manakala tiba Hari Kiamat, yaitu hari kerugian dan penyesalan, hari di mana batin manusia diungkapkan, hakikat-hakikat dibuka, hati-hati manusia diungkap di hadapan orang-orang bingung yang suka membesarkan diri. Maka mereka pun akan mengaku dengan pengakuan yang gamblang, bahwa dahulu mereka berada di dalam kesesatan yang nyata….. Allah Ta'ala berfirman: "Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam". Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa." (QS: Asy-Syu'araa' 97-99). Demi Allah, … itu adalah kesesatan yang nyata, cara hina ala binatang, jalan bengkok yang nista, buruk sangka terhadap Tuhan semesta alam, menyerupakan Yang Mahamulia lagi Mahakuasa dengan budak fakir yang tertawan…. Pada saat mereka beranggapan atas dasar kias yang jauh menyeleweng, bahwa memanjatkan suatu doa adalah suatu hal yang sulit. Bahwa Dia tidak mengabulkan doa orang yang memohon kepada-Nya, dan tidak mendengar orang yang menyeru-Nya, kecuali melalui perantaraan para wali dan orang-orang salih, seperti ketika seseorang hendak menghadap kepada orang-orang besar serta para pejabat tinggi negara, yang mana tidak dapat dilakukan kecuali melalui perantara orang-orang dekat dan para wakil….. Betapa buruk perkiasan dan penyerupaan seperti ini, betapa zalim dan rusak. Sedang itu penyerupaan yang disertai perbedaan yang sangat besar. Seperti perbedaan antara seorang majikan dengan budak, antara Sang Pencipta dengan ciptaan, antara seorang raja dengan rakyat jelata… Bagaimana mungkin mengkiaskan Allah Sang Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan dengan seorang sultan, seorang budak (hamba) yang berharap kepada Allah. Sebab seorang raja maupun sultan tidak dapat mengetahui apa yang ada di balik dindingnya, sehingga selamanya ia selalu membutuhkan penjaga dan pengawal …. , sedang Allah Mahamengetahui. Yang mengetahui apa yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, bahkan yang belum terjadi bagaimana kelak akan menjadi ….. Seorang raja atau sultan membutuhkan pasukan dan penjagaan serta pengawalan untuk mempertahankan diri dari tipu-daya dan musuh. Sedangkan Allah Yang Mahategar lagi Mahaperkasa, yang perintah-Nya berada di balik "Kaaf" dan "Nuun". Kapan pun menghendaki sesuatu, niscaya akan terjadi ….. Seorang raja atau sultan butuh makan, minum, tidur, dan teman. Sedangkan Allah Mahamulia dari melakukan aktivitas seperti itu, tidak berkebutuhan kepada manusia seluruhnya, tidak memerlukan putra, istri, maupun rekan…..Inilah rahasia hukum menyangkut syirik dan kufur, terhadap orang-orang yang menjadikan wali-wali pemberi syafaat dan perantara-perantara kepada Allah …. Sebab, doa-doa melalui para perantara dan para penolong (pemberi syafaat), hanyalah serupa dengan merendahkan…. Menyerupakan Sang Pencipta dengan ciptaan, merendahkan Nama-nama dan Sifat-sifat Mulia. Inilah yang ditentang oleh al-Quranul Karim, sekalipun orang-orang musyrik beranggapan bahwa dirinya tidak menyembah kepada para pemberi syafaat (pertolongan) maupun perantara, tetapi mereka hanya menjadikan itu semua sebagai pintu Allah yang daripadanya mereka dapat masuk. Lalu bertawakal kepada mereka dan kepada mereka pula memohon perlindungan. Itu menggambarkan kekafiran dan kemusyrikan. Allah Ta'ala berfirman: "Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah"." (QS: Yunus 18).
|
ISLAMIC MEDIA
IBNUISA |