XtGem Forum catalog

BETAPA JAUH ANDA MENINGGALKAN ALQUR'AN (BAG.2)

Lebih lanjut, al-Quran menentang mereka dengan menilai batil anggapan mereka, menyanggah hujjah mereka yang mendasarkannya sebagai sarana perantara (tawasul) dan sarana penolong (tasyaffu') di dalam menolak dan memburukkannya, yaitu di dalam firman Allah Ta'ala:

Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu)." (QS: Yunus 18).

Jelasnya, Dia Yang Mahasuci tidak membutuhkan perantara ataupun penolong agar kebutuhannya dijelaskan kepada-Nya oleh seorang makhluk. Sebab, tiada yang tersembunyi bagi-Nya sesuatu pun dari situasi dan kondisi hamba-hambaNya. Bahkan Dia menentang mereka yang menggunakan perantara melalui para wali dan orang-orang salih, seraya menegaskan, bahwa wali-wali dan orang-orang salih adalah hamba-hamba seperti mereka itu juga. Tidak dapat mendatangkan manfaat bagi diri mereka sendiri, pun tidak kuasa menolak musibah. Apalagi melenyapkan musibah yang melanda diri mereka (orang lain)? Atau pun menolak keburukan dari mereka. Bahkan dalam kondisi kedekatan mereka kepada Tuhan mereka Yang Maha Agung lagi Mahamulia, justru masih berupaya lebih dekat lagi melalui rasa cemas dan berharap akan rahmat-Nya.


Allah Ta'ala berfirman:

Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (penolong; pemberi syafaat) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya". Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti." (QS: Al-Israa' 56-57).


Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar." (QS: Az-Zumar 3).

Betapa mirip hari ini dengan kemarin! Sebab, masyarakat manusia pada hari jika Anda ajak untuk mentuluskan doa dan ibadah hanya kepada Allah semata, dan jangan memohon kepada wali-wali maupun orang-orang salih ….. (mereka menjawab): "Kami tidak menyembah kepada mereka, tetapi agar mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." ….


Jika Anda sudah memahami hal ini, niscaya akan mengertilah Anda, bahwa tidaklah berarti berprasangka baik kepada Tuhannya seseorang yang memohon kepada yang selain Allah, termasuk di dalamnya soal rezeki, penyembuhan, kelahiran, pengobatan, dst … Betapa dapat dianggap berprasangka baik kepada Allah orang-orang yang menyandarkan karunia kebaikan dan nikmat kepada imam-imam dan wali-wali ……, sedangkan me-nisbatkan keburukan dan pembalasan kepada Allah …. Dan Anda pun sudah memaklumi, bahwa di alam semesta ini tidak ada orang yang bersikap musyrik, kecuali orang-orang yang mempersamakan antara makhluk dengan Penguasa kebesaran dan keagungan. Mempersamakan Allah Sang Mahakuasa atas segala penguasa dengan seorang budak fakir dari tanah liat. Mempersamakan Allah Yang Mahabesar lagi Mahamulia dengan budak yang ubun-ubunnya berada dalam Genggaman Allah, dan jiwanya berada dalam Genggaman Allah, hatinya berada di antara jari-jariNya yang dibolak-balikkanNya sekehendak-Nya, dan hidupnya pun dalam Genggaman Allah, kematiannya di Tangan-Nya, kebahagiaannya di Tangan-Nya, kecelakaannya di Tangan-Nya, gerak diamnya, tindakan-tindakan serta ucapan-ucapannya melalui izin dan kehendak-Nya?

Sehingga ia tidak mampu bergerak melainkan dengan izin-Nya, tiada kuasa bertindak kecuali dengan kehendak-Nya. Sekiranya diserahkan-Nya kepada dirinya sendiri samalah halnya diserahkan ke dalam kelemahan, ketersia-siaan, terabaikan, hidup dalam dosa dan kesalahan. Dan sekiranya diserahkannya kepada orang lain, samalah halnya diserahkan kepada (makhluk) yang tiada menguasai bagi dirinya sendiri baik mudharat maupun manfaat, mati, hidup, maupun kebangkitan kembali. Dan jika dibiarkan begitu saja, niscaya ia akan dikuasai oleh musuhnya dan dijadikan tawanan ….

Berikut ini kami sajikan ayat-ayat al-Quranul Karim yang menghimbau kepada akal pikiran, fitrah, dan batin, bagi orang yang mau mendengar dan tanggap, dan juga menghadapkan hatinya:

"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (QS: Qaaf 37).

Yang mana Allah Azza wa Jalla menjelaskan bahwa rahasia penciptaan dan persoalan adalah demi beribadah kepada Allah. Jadi nabi-nabi dan wali-wali tidak layak untuk dipuji maupun disanjung, kecuali atas dasar kesungguhan mereka di dalam beribadah kepada Allah.

Allah Ta'ala berfirman:

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha." (QS: Al-Israa' 1).

Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Dan ingatlah hamba-hamba (budak-budak) Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya`qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi." (QS: Shaad 45).

Juga Dia berfirman berkenaan keadaan Ayub a.s.:

"Dia adalah sebaik-baik hamba (budak). Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS: Shaad 44).

Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya." (QS: Maryam 65).

Dan Dia berfirman berkaitan dengan para malaikat:

"Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, " (QS: Al-Anbiyaa' 26).

Dan juga Dia berfirman:


"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS: Al-Fatihah 5).


Mengertikah kalian, saudara-saudaraku yang terhormat, bahwa metode ibadah tidak menerima, kecuali dengan pembatasan dan pengkhususan. Dan itu pulalah makna dari Syahadat "Laa ilaaha illallaah", yang menuturkan tentang penolakan sekaligus penekanan. Penolakan terhadap penuhanan selain Allah, dan juga penekanan pembatasan hanya kepada Allah semata….


Artinya tiada yang layak disembah kecuali Allah ….

Ibadah, hanya terdiri dari ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan yang disukai Allah dan diridhainya, baik dinytakan melalui lahir (anggota tubuh) maupun batin. Seperti berdoa, salat, menyembelih, takut, berharap, memohon pertolongan, bertawakal, menyeru ….. Dan ini semuanya tidak layak kecuali hanya kepada Allah secara murni, tidak boleh ada cacat ataupun riya'…. Allah Ta'ala berfirman:

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik). " (QS: Az-Zumar 3).

Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya."(QS: Az-Zumar 2).

Sebagaimana kemurnian pada Yusuf a.s., pada ia telah terfitnah dengan ditutupnya pintu-pintu kamar, dan si jelita berkata kepada beliau:" Marilah ke sini." Tanpa rasa malu atau pun ragu, dengan seruan seorang remaja putri. Tetapi beliau menyadari, bahwa tiada tempat berlindung maupun jalan keselamatan lain dari siksaan Allah kecuali kepada-Nya jua. Maka tertahanlah ia dari segala alasan, ia pun menghindari dari seluruh pintu-pintu tersebut. Lalu menempatkan diri beliau sendiri ke pintu Sang Paduka. Kemudian beliau berkata: "Aku berlindung kepada Allah…. Maka sudah selayaknya untuk diabadikan di dalam Kitab Suci:

"Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih." (QS: Yusuf 24).

Ketulusan Yunus a.s. di dalam kegelapan duka dan lara, kekhawatiran dan nestapa, telah mengepung beliau dari segala penjuru dan telah kokoh. Lalu beliau pun menyeru dari perut Ikan Besar seraya menahan diri. Mengetuk pintu-pintu langit melalui doa….. Tiada Tuhan melainkan Engkau. Mahasucilah Engkau sungguh diriku termasuk orang-orang yang menganiaya diri sendiri." Seketika itu terkoyaklah semesta langit, sirnalah segala kegelapan, datanglah berita gembira kepada beliau, dan keselamatan …..



Lalu Kami kaburlkan baginya, dan kami selamatkan ia dari duka cita. Kemudian Allah menjadikannya sebagai sunah bagi orang-orang beriman di dalam melenyapkan duka cita…. Seperti itulah kami menyelamatkan orang-orang beriman. Allah Ta'ala berfirman:

"Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. (QS: Ghaafir 65).

Jadi, ada dua hal (yang berbeda) antara orang yang meratap kepada sesembahannya dan tuhannya pada saat mengalami duka cita dan kesulitan, dengan orang yang meratap kepada Ali a.s. seraya mengucapkan: "Wahai Ali, wahai pemimpin orang-orang mulia (Abu asy-Syidad), tolonglah aku ….?!! Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung, bagaimana umat Islam bisa sampai pada kehinaan seperti ini? Kebodohan serius. Sehingga mereka melebihi orang-orang jahiliyah di dalam melakukan syirik. Sebab, orang-orang masa lalu (jahiliyah), mereka hanya berbuat syirik ketika berada dalam keadaan senang. Tetapi manakala mereka ditimpa duka cita dan tekanan, mereka pun memurnikan doa semata-mata kepada Allah. Allah Ta'ala menjelaskan:


"Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)," (QS: Al-Ankabuut 65).


Adapun pada masa sekarang, manakala mereka ditimpa duka cita, diombang-ambingkan oleh ombak samudera, maka tiada terdengar selain seruan doa: "Hai Ali …. hai Jailani …. hai Rifa'i ….."

Laa ilaaha illallaah !

Sekiranya Anda tanya cara-cara orang-orang durhaka dan metode-metode orang sesat. Niscaya akan Anda dapati, bahwa manusia paling sesat adalah orang yang mempersekutukan dalam ibadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan salah seorang orang-orang salih dan wali-wali, pada saat ia meyakini bahwa si wali dapat mendengar ucapan dan bisikannya ….

Allah Ta'ala berfirman:


"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)-nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?" (QS: Al-Ahqaf 5).

Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh." (QS: Al-Hajj 12).

Oleh karena itu terdapat larangan tegas tanpa melalui isyarat maupun kiasan berkaitan sikap berdoa kepada selain Allah, melalui pernyataan umum dan jelas. Allah Ta'ala berfirman:

"Maka janganlah kamu menyeru seseorang pun di dalamnya di samping (menyeru) Allah." (QS: Al-Jinn 18).

Sebagaimana dimaklumi dalam seluruh mazhab ulama dan disadari oleh para cendekia, bahwa suatu penolakan apabila dinyatakan dalam bentuk larangan, maka hanya akan ditetapkan dalam bentuk umum …..

Allah Ta'ala berfirman:

"Katakanlah (ya Muhammad): "Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu seru selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam." (QS: Ghafir 66).

Penjelasan seperti ini sudah akan jelas bagi setiap orang yang bermata hati dan bermata kepala, bahwa menyeru kepada selain Allah Yang Mahasatu adalah keyakinan (agama) yang bertentangan dengan agama Islam, dan nyata syirik terhadap Allah Tuhan semesta alam …..

Allah Ta'ala berfirman:


"Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan seseorang (sesuatu) pun denganNya". (QS: Al-Jinn 20).


Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." (QS: Al-Qashshash 87).


Juga Allah Ta'ala berfirman:


"Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja yang disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan." (QS: Ghafir 12).


Diberatkan lagi dengan keyakinan si musyrik, keimanannya, sikapnya yang berterus-terusan, dan ketekunannya, maka tiada henti-hentinya ia hidup di dalam angan-angannya, dan menanti-nantikan masa-masa dapat bertemu dengan para wali dan orang-orang salih. Apabila kelak Allah telah menyerukan tibanya Hari Pembalasan, maka ketika itu akan terlihatlah kerugian. Teriakan-teriakan akan semakin nyaring, penyesalan pun akan kian mendalam. Pada saat para malaikat, para nabi, para orang salih, dan para wali dari segala syirik dan peribadatan yang ditujukan kepada mereka ataupun doa-doa. Ketika itu, persoalannya akan berbalik menimpa dirinya sendiri yang mana di luar perhitungan.

Allah Ta'ala berfirman:


"Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan (Allah) melihat sekutu-sekutu mereka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami sembah selain dari Engkau". Lalu sekutu-sekutu mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang-orang yang dusta"." (QS: An-Nahl 86).

Betapa meruginya orang-orang yang berbuat syirik pada saat ia merasa yakin, bahwa wali-wali, orang-orang salih adalah para pemberi syafaat yang dapat dijadikan sasaran persekutuan. Tetapi tiba-tiba dikejutkan dengan kenyataan, bahwa:


"Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya." (QS: Ghafir 18).


Betapa merugi dia, sementara ia memandang kepada orang yang dijadikan sekutu, menanti-nantikannya dengan kerinduan dan harapan, mendamba-damba dan penuh hasrat, agar kiranya dapat menyirnakan duka cita dirinya, menolong keterpurukan dirinya, menolong kerisauan pikirannya, tetapi yang dihadapinya kenyataan bahwa urusan seluruhnya milik Allah Sang Mahaesa lagi Mahaperkasa….


Seiring dengan rasa sayang dan dambaan seperti ini, lalu datanglah jawaban:

"Lalu sekutu-sekutu mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang-orang yang dusta"." (QS: An-Nahl 86).

 

ISLAMIC MEDIA IBNUISA
Kritik & Saran

INDEX