BETAPA JAUH ANDA
MENINGGALKAN ALQUR'AN (BAG.3)
Kemudian masih diiringi lagi dengan sikap berlepas
diri persyirikan orang-orang musyrik tersebut seraya mereka
mengucapkan:
"Kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau (wahai
Allah), mereka sekali-kali tidak menyembah kami"."(QS: Al-Qashshash
63).
Dan kami pun tidak memerintahkan kepada mereka untuk bersikap
seperti itu, sebenarnya mereka menyembah setan-setan dan melupakan
wasiat Tuhan semesta alam dan juga kepada janji-Nya kepada anak-anak
Adam. Allah Ta'ala berfirman:
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu
tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang
lurus." (QS: Yaa Siin 60-61).
Betapa mungkin nabi-nabi dan wali-wali akan membenarkan orang yang
menyekutukan kepada Allah Ta'ala, sedang mereka sendiri berdoa
kepada tuhan mereka dengan penuh harap dan rasa takut, dan mereka
khusyuk terhadap Allah
Bahkan para nabi, mereka itulah yang datang
seraya membawa Kitab Suci yang nyata yang menetapkan bahwa orang
yang menyekutukan sesuatu dengan Allah Yang Mahaagung, maka itu
adalah nyata-nyata kekafiran terbesar.. Untuk itu para wali dan
orang-orang salih menyeru agar mengesakan (mentauhidkan) Allah
semata, bukan kepada yang lain. Dan mengancam kepada orang-orang
yang mempersekutukannya kepada Allah. Allah Ta'ala menjelaskan:
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepadaNya, meskipun
orang-orang kafir tidak menyukai (nya)." (QS: Ghafir 14).
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Sehingga manakala datang kepada mereka utusan-utusan (malaikat-malaikat)
Kami untuk mengambil nyawanya, (pada waktu itu) utusan Kami bertanya:
"Di manakah yang biasa kamu seru selain Allah?" Orang-orang musyrik
itu menjawab: "Mereka itu semuanya telah lenyap dari kami," dan
mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang
yang kafir." (QS: Al-A'raaf 37).
Oleh karena itu, orang-orang musyrik itu sendiri mengakuinya setelah
menjadi jelas hakikatnya di dalam kenyataan, bahwa dahulu mereka
telah kehausan di tengah bayang-bayang air, menyeru kepada segala
sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak
bermanfaat sedikit pun bagi mereka. Lalu mereka pun harus mengakui
kenyataan pahit ini, bahwa dahulu mereka berada di dalam kesesatan.
Bahkan pada hakikatnya mereka tidak menyeru kepada sesuatu pun.
Allah Ta'ala menjelaskan:
"Kemudian dikatakan kepada mereka: "Manakah segala sesuatu yang
selalu kamu persekutukan (yang kamu seru) selain Allah?" Mereka
menjawab: "Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu
tiada pernah menyembah sesuatu". Seperti demikianlah Allah
menyesatkan orang-orang kafir." (QS: Ghafir 73-74).
Saudara-saudaraku terhormat:
Betapa banyak pada masa sekarang ini orang-orang yang berdoa dengan
ucapan-ucapan yang jelas: "Hai Ali
.. , hai Jailani
., hai Abbas
" Dan betapa banyak pada masa sekarang ini orang-orang yang berdoa
seraya meyakini, bahwa para wali dapat mendengarnya pada saat
kapanpun dan di mana pun? Betapa banyak pada masa ini, bahwa para
wali kuasa berbuat segala sesuatu, dan bahwa mereka dikaruniai
keistimewaan yang dapat melenyapkan mudharat, dan dapat mencurahi
karunia orang yang berkebutuhan?
. Betapa banyak orang-orang yang
sedang ketakutan, cemas, dan gemetar, maka ia bersumpah atas nama
imam dengan cara dusta dan menipu. Padahal ia tidak dapat bersikap
seperti itu manakala bersumpah terhadap Tuhan sang imam
..
Akidah seperti ini, adalah menjadikan imam sekutu bagi Allah di
dalam ibadah
.Abbas a.s. adalah seorang hamba Allah, dia tidak
berkuasa atas segala sesuatu. Dan bukan maha mengetahui atas segala
sesuatu. Bahkan beliau tidak merasa bahwa diri beliau memiliki
kemuliaan seperti itu, tetapi justru menyadari kekurangan diri
beliau, status beliau selaku budak Allah. Dan Abbas a.s. adalah
orang yang paling memahami firman Allah Ta'ala:
"Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku (sendiri)
dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat
kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan."
(QS: Al-A'raaf 188).
Dan ayat ini tertuju kepada kakek beliau (al-Husein a.s.), yaitu
Rasul s.a.w., sedang diri beliau termasuk golongan yang lebih layak
menyandangnya.
. inilah kenyataan jelas. Sebab, Abbas a.s. ketika
itu tidak mengetahui rencana-rencana jahat penduduk Irak maupun
pengkhianatan mereka terhadap Sang Pemimpin Pemuda Penghuni Surga.
Bahkan akan disergap dengan pengkhianatan dan ditinggal lari. Beliau
pun tidak mampu menolak pembunuhan terhadap dirinya sendiri, dan
berperang sampai terbunuh wafat sebagai syuhada a.s.
..
Sekiranya ada seratus orang menyeru beliau di Irak dan sejumlah itu
pula di India, dan sejumlah itu pula di Amerika, niscaya Abbas a.s.
tidak akan dapat mendengar mereka, sekalipun beliau masih hidup, dan
tidak pula mengenali mereka. Apalagi ketika beliau a.s. sudah wafat.
Bahkan urusan seperti ini (gaib) termasuk keistimewaan Allah yang
mengetahui rahasia dan segala yang disembunyikan. Dia mendengar
perencanaan rahasia maupun bisikan, mengabulkan doa orang yang
berkebutuhan apabila ia memohon kepada-Nya, dan kuasa melenyapkan
keburukan.
Adapun Abbas a.s. dan segenap wali-wali maupun orang-orang salih,
mereka tidak kuasa untuk itu sedikit jua. Untuk itu tersedia dalil
dan faktanya bagi Anda. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai `Isa putra Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua
orang tuhan selain Allah?" (QS: Al-Maaidah 116).
Sebagaimana dimaklumi, memohon kepada yang selain Allah samalah
halnya dengan menuhankan dia. Sebagaimana hal itu dijelaskan oleh
firman Allah Ta'ala:
"Karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka
sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah." (QS: Hud 101).
Tidak ada jalan lain bagi al-Masih a.s., selain menyatakan
kenyataannya, sebagaimana telah kami jelaskan tadi:
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: "Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka,
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku,
Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan
atas segala sesuatu." (QS: Al-Maaidah 117).
Perhatikanlah firman Allah Ta'ala: "Adalah aku menjadi saksi
terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka."
Jelasnya, saya tidak memiliki ilmu, kecuali yang saya saksikan dan
saya hadiri ketika saya masih hidup di antara mereka
.., lebih
lanjut pernyataan itu dikaitkan dengan firman Allah Ta'ala: "Maka
setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka."
Sedangkan diri saya, sekarang sudah lenyap dari mereka, saya tidak
lagi mengetahui keadaan mereka sama sekali, bahkan urusan ini
berpulang hanya kepada Engkau semata. "Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu."
Pernyataan seperti ini juga dinyatakan di dalam hadis tentang "Telaga
Rasul s.a.w." (al-Haudhl). Pada saat umat manusia tercerai berai,
dan terpisah antara mereka dengan Rasul s.a.w. di Telaga (al-Haudhl).
Lalu beliau s.a.w. bersabda: "Umatku, umatku." Kemudian dikatakan
kepada beliau: "Sesungguhnya engkau tidak mengerti apa yang telah
mereka perbuat setelah engkau wafat."
Terdapat juga dalil jelas seperti ini dan pernyataan dari Yang
Mahamengetahui lagi Mahamemahami. Allah Ta'ala berfirman:
"Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan
kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan
permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari
kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan
kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. " (QS:
Fathir 14).
Alangkah merugi orang-orang yang berpaling dari Allah ketika ia
menderita kesusahan maupun musibah, lalu menyandarkan dirinya kepada
seorang hamba (budak) makhluk ciptaan. Alangkah merugi orang-orang
yang bersikap berlebih-lebihan dan melampaui batas, dan durhaka
kepada Allah Yang Mahamulia Sang Paduka Yang kuasa mendengar segala
ragam keluhan.
Wahai orang yang sedang ditimpa duka, sesungguhnya duka itu ada
jalan keluarnya,
Bergembiralah dengan berita kebaikan, bahwa Sang pelenyap duka
adalah Allah.
Allah menjelaskan, sesudah kesulitan terdapat kemudahan,
Jangan mengeluh, sebab yang akan mencukupi(mu) adalah Allah.
Manakala Anda ditimpa musibah, percayakanlah kepada Allah, dan
ridhailah,
Sesungguhnya yang kuasa menyirnakan duka adalah Allah.
Bagi Anda, ada Allah, dan dalam segala situasi bagi Anda ada Allah.
Allah Ta'ala berfirman:
"Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada
yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia
mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu." (QS: Al-An'aam 17).
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di
samping Allah ada tuhan (yang lain)? " (QS: An-Naml 62).
Saksikanlah Ayub a.s., beliau dirundung musibah, dilingkupi duka,
bala' pun datang kian menekan. Lalu beliau pun segera mengenakan
jubah ibadah, mengenakannya, lalu membawa dirinya ke ambang
pintu-pintu Dia Sang Maha Penyayang, mengangkat pandangan beliau
seraya merendahkan diri dan terenyuh, lisan kondisi dan ucapan
beliau pun mengucap: "Wahai Allah
.., mengakui karunia-karunia
kebaikan Allah dan nikmatNya atas dirinya, dan betapa beliau
menuhankan Dia hanya kepadaNya, melalui ucapan beliau: "Tuhanku
.",
lalu ucapan itu diiringi pula dengan munajat orang-orang tulus: "sungguh
diriku dilanda mudharat, sedang Engkaulah sebaik-baik pengarunia
rahmat." Dengan sikap tenang, etika yang baik, dan hati terenyuh.
Tiba-tiba datanglah kepada beliau kata "lalu" sebagai hasil
berikutnya, dan sukses memperoleh berita gembira
.. "lalu Kami
lenyapkan penyakit yang ada padanya." (QS: Al-Anbiyaa' 84).
Lalu dijadikan ikutan dan teladan bagi para hamba
..
"Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk
menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS: Al-Anbiyaa'
84).
Jadi, -wahai orang-orang tersayang dan terhormat-, Allahlah yang
kuasa melenyapkan mudharat pada diri Ayub a.s. Dia pulalah yang
telah menjaga Musa ketika berada dalam keranjang (Tabut, ketika
dimasukkan ke laut pent). Dia pulalah yang telah menyelamatkan Yunus
dari perut Ikan besar. Dan kekuasaan seperti itu tidak ada pada
seorang pun seperti anggapan orang-orang batil
.
Pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ditujukan kepada diri sendiri,
seraya mengatakan: "Manakala Anda ditimpa duka cita, mampukah Allah
untuk melenyapkannya atau tidak mampu? Adakah Dia mengetahui keadaan
Anda, mendengar suara Anda, dan dapat menjawab seruan Anda atau
tidak?
Manakala jawabannya "tidak", maka orang yang mengatakannya (kata "tidak"),
adalah orang yang paling kafir terhadap Tuhan semesta alam. Baik
berdasar "nash" maupun ijma' ulama. Tetapi jika jawabannya "kuasa",
maka cukuplah Allah sebagai pelindung dan cukup Allah sajalah
sebagai pelindung
..
Allah Ta'ala berfirman:
"Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya." (QS:
Az-Zumar 36).
Itulah yang menjadi pokok persoalan yang lalu. Oleh karena itu,
jawablah sendiri persoalannya oleh Anda. Allah Ta'ala berfirman:
"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan."
(QS: An-Naml 62)
Oleh karena itu, carilah sendiri pilihan dan jawabannya bagi Anda.
Marilah saudara tercinta, sejenak kita menelaah Kitab Suci mulia,
yang mana ia menjelaskan kepada Anda, bahwa Allah dekat dan
mengabulkan doa-doa, dan bahwa yang selain Allah tidak dapat
mendengar dan tidak pula mengabulkan doa
.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepadaKu."(QS: Al-Baqarah 186).
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Hanya bagi Allahlah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan
seruan-seruan yang mereka seru selain Allah tidak dapat
memperkenankan sesuatupun bagi mereka." (QS: Ar-Ra'd 14).
Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru
selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku,
apakah mereka (seruan-seruanmu) itu dapat menghilangkan kemudharatan
itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka
dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku".
Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri." (QS:
Az-Zumar 38).
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan kalaupun mereka mendengar, mereka tidak dapat memper-kenankan
permintaanmu." (QS: Fathir 14).
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru
seruan-seruan (sembahan-sembahan) selain Allah yang tiada dapat
memperkenankan (doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan)
doa mereka?" (QS: Al-Ahqaf 5).
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dikatakan (kepada mereka): "Serulah olehmu sekutu-sekutu kamu",
lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan
(seruan) mereka, dan mereka melihat azab. (Mereka ketika itu
berkeinginan) kiranya mereka dahulu menerima petunjuk." (QS: Al-Qashshash
64).
|