Polaroid

Mengapa kita membedakan antara Sunni dan syiah, padahal kita memerlukan persatuan?


Dr Abdul Rahim Ballouchiy

Bagaimana mungkin terjadi persatuan antara  Islam dan mereka yang menolak Islam[1].... antara penolong Allah dan syiah(kelompok, penolong) syaithon? persatuan dan kesatuan tidaklah didasarkan kecuali pada aqidah dan agama kita, bahkan kesatuan atau wihdah ummah itu harus dibangun diatas persamaan aqidah sebagaimana dikatakan As syahid Sayyid Quthb: ”Sudah menjadi kelaziman untuk menjadikan aqidah sebagai  barometer keanggotaan  dalam sebuah pergerakan yang bertujuan untuk  mengembalikan manusia menuju pada  uluhiyatullah, rububiyyatullah, kekuasaan, syariat Allah“.  Dikisahkan ketika Bani Israel menyembah anak sapi kemudian Musa datang kepada mereka, kemudian dengan marah dia menarik jenggot saudaranya, ketika itu Harun Beralasan :

 

”Wahai saudaraku janganlah kamu  menarik jenggotku  dan juga kepalaku, sesungguhnya yang aku khawatirkan adalah jika kamu berkata: ’sesungguhnya  kamu telah memecah belah bani Israel, dan kamu tidak mendengar perkataanku’“. (Toha ayat 94). Harun berpendapat bahwa  membiarkan Bani Israel tetap menyembah patung anak sapi hingga datangnya Musa. Dan dia khawatir dianggap telah memecah belah bani Israel. Maka Musa mencacinya dengan sangat keras. Sesungguhnya  perpecahan dalam keadaan tauhid lebih baik daripada persatuan dalam kemusyrikan. Dan kita tidak lupa apa yang diriwayatkan Bukhori bahwasanya Malaikat menyebutkan Muhammad sebagai orang yang memecah manusia.

         Maka jika kaum Rafidhoh menghendaki persatuan, mengapa mereka menindas kalangan Sunni di negeri mereka  dan menghalalkan darah mereka semenjak masa pemerintahan Qoromithoh hingga saat ini di negeri Iran?... Dan perlu diketahui bahwa bukanlah kita yang memulai serangan-serangan ini akan tetapi merekalah yang menyulutkan api. Dan seandainya celaan dan hinaan mereka hanya ditujukan kepada kita, niscaya tidak akan menjadi masalah besar. Akan tetapi hinaan dan celaan tadi ditujukan kepada keluarga Rasulullah saw, kepada istri-istri beliau-ummahutul mukminin  dan juga kepada para orang tua istri-istri beliau, para sahabat dan juga mereka yang mengikuti sunnah beliau“. Kaum Rafidhoh mengakui bahwa yang memulai dengan celaan terhadap  para sahabat adalah Ibn Saba’ seorang Yahudi, peletak dasar madzhab mereka. Maka tidak alasan bagi kita untuk memaafkan mereka, karena Rasulullah saw telah bersabda: ”Sesungguhnya Allah telah memilihku, dan telah memilih para sahabat untukku, diantara mereka ada yang dijadikan untukku menjadi menteri, ada yang menjadi mertua, ada yang menjadi penolong. Maka barangsiapa yang mencela mereka maka atasnya laknat Allah dan malaikat-Nya  dan laknat seluruh manusia. Allah tidak akan menerimanya dihari kiamat kelak “.

Mengapa mereka disebut rafidhoh ?

Bukan kita yang memberi nama mereka dengan Rafidhoh, akan tetapi mereka sendiri yang membuat nama buat kelompok mereka. Awalnya adalah ketika mereka datang  kepada Zaid ibn Ali ibn Husain, mereka berkata: ”Kamu berlepas diri dari Abu Bakar sehingga  kami akan bersama kamu. Beliau berkata: ”Mereka berdua adalah sahabat kakekku, bahkan kami menjadikan mereka berdua sebagai wali kami. Mereka berkata: ”Kalau begitu kami menolakmu (rafadhnaaka) maka mereka menamakan orang yang bersama mereka dengan Rafidhoh dan orang yang mengangkat Zaid mereka namakan Zaidiyah. But (lihat Muqoddimah ibn Kholdun) nama ini disebutkan oleh syeikh mereka Al Majlisi  dalam bukunya Al Bihar, dia sebutkan empat hadits  dari hadits mereka.

Dalam kitab Al Kafi jilid 8 hal 28 kulaini meriwayatkan dalam sebuah riwayat yang sangat panjang, sebagian isinya berbunyi sebagai berikut, Abu Bashir bertanya pada Abu Abdullah: ”kita telah dijuluki dengan sebuah julukan yang mematahkan punggung kami dan mematikan hati kami, serta membuat para penguasa menghalalkan darah kami karena sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ulama mereka, Abu Abdullah bertanya : “apakah julukan itu Rofidhoh?” jawabku “ya” lalu Abu Abdullah menjawab: “yang menjulukimu dengan julukan itu bukanlah mereka, tapi Allah lah yang memberi sebutan itu…”

Akan  tetapi ketika  mereka menyadari bahwa nama yang mereka gunakan adalah nama yang pernah diprediksikan Rasulullah saw akan kemunculannya  dan beliau memerintahkan supaya membunuh pengikut kelompok ini, sebagian diantara mereka berusaha untuk mengingkari nama ini. Sedangkan kami menamakan mereka dengan Rafidhoh adalah karena penolakan mereka terhadap Islam. Telah diriwayatkan dari Ali ibn Tholib  r.a bahwasanya Rasulullah saw bersabda: ”Akan muncul diumatku di akhir zaman nanti  satu kaum yang bernama Rafidhoh, mereka menolak Islam. Riwayat Ahmad. Kemudian Imam Ali juga meriwayatkan: ”Bersabda Rasullah saw :”  maukah kamu saya tunjukkan dengan satu amalan yang apabila kamu mengamalkannya kamu akan masuk surga? Akan muncul di umatku satu kaum yang mempunyai sebutan Rafidhoh,  apabila kamu menjumpainya maka bunuhlah mereka, sesungguhnya mereka adalah orang-orang musyrik. Kemudian Ali berkata: ”Akan ada sesudah kami nanti satu kaum yang berdalih mencintai kami, akan tetapi mereka mendustakan kami, tanda mereka adalah mereka mencela Abu Bakar dan Umar r.a.

       

Orang-orang syiah juga bersyahadat, sholat adzan dan juga haji, bagaimana kita menganggap mereka kafir?

Orang-orang murtad yang diperang Abu Bakar, dan dihalalkan darah mereka adalah orang–orang yang juga bersyahadat, sholat , adzan , puasa , haji dan  mengklaim diri mereka sebagai muslim, tetapi semua itu tidak bermanfaat bagi mereka dikarenakan mereka telah menolak untuk membayar zakat kepada kholifah (dan kaum rafidhoh menolak zakat, dan membayarkan seperlimanya harta mereka untuk imam-imam mereka), dan sebagian di antara orang-orang murtad tadi ada yang menganggap Musailamah sama dengan Rasulullah saw, dengan itu darahnya halal dan mereka dianggap keluar dari islam. Lantas bagaimana dengan mereka yang telah menganggap imam-imam mereka satu martabat dengan Allah, mereka menyatakan bahwa imam-imam mereka mengetahui  seluruh ilmu yang dikeluarkan kepada para malaikat, Rasul dan para Nabi, mereka juga menyatakan bahwa imam mereka mengetahui apa yang telah dan akan terjadi kemudian, mereka juga mengetahui kapan akan mati, dan para imam tadi tidak akan mati kecuali dengan pilihan mereka. Hal ini adalah sangat bertentangan dengan firman Allah ta’ala:



” Sesungguhnya Allah yang mengetahui tentang kiamat, Dia juga yang menurunkan hujan, Dia yang mengetahui apa yang ada di rahim , seorang jiwa tidak akan mengetahi apa yang akan dilakukannya esok hari, dan seorang jiwa tidak mengetahui  kapan dia akan mati, Sesungguhnya Allah maha mengetahui  lagi Maha Mengerti. “. (QS. Luqman 34)

Mereka itu adalah kelompok Rafidhoh yang mana imam Ali membakar mereka sebagaimana diriwayatakan dalam Bukhori: ”Bahwasanya Rasulullah saw  berkata tentang kaum Khawarij: ”Dimana saja kamu jumpai mereka maka bunuhlah mereka, sungguh jika aku menemui mereka niscaya akan aku bunuh mereka sebagaimana kaum Aad di bunuh“. Meskipun mereka adalah orang yang banyak melakukan ibadah, bahkan para sahabat menganggap sholat mereka lebih sedikit dari khawarij. Padahal mereka belajar dari sahabat. Ketika itulah syahadat mereka tidak bermanfaat, ibadah mereka yang banyak dan keislaman mereka juga tidak bermanfaat, dikarenakan mereka telah mengkafirkan para sahabat.

Disini kami ingin mengangkat sebuah bukti yang kami ambilkan dari ulama mereka, syiah rafidhoh Nikmatullahi al Jazairi dalam bukunya al Anwar Nukmaniyah: ”Sesungguhnya kami tidak akan pernah sepakat dengan mereka –kaum sunni-  tentang Allah, Nabi dan Imam. Dikarenakan mereka  mengatakan: “Tuhan kami adalah yang Nabinya Muhammad dan khalifah setelahnya Abubakar, dan kami rafidhoh tidak beriman pada tuhan itu dan Nabi yang tadi, karena Robb yang Nabinya Muhammad dan Khalifah setelahnya adalah Abubakar bukanlah tuhan kami[2]

 

Bukanlah lebih tepat bagi kita untuk memerangi orang Yahudi dari pada memerangi kaum yang juga bersyahadat??

Bagaimana kita tolong menolong dengan kaum munafikin? Bukankah Allah telah berfirman :

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya."

Barangkali  anda lupa bahwasanya pendiri madzhab ini  Ibn Saba’ al Yahudi. Dan  mereka kaum rofidhoh,  senantiasa bekerjasama  sepanjang sejarah dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani semuanya adalah  musuh umat ini, maka cukupkah hanya dengan  syahadat?

Kami ingin kembali pada kisah peperangan Abu Bakar dengan kaum murtad (yang mana orang rafidhoh mendukung mereka) Mutsanna ibn Harits Asy Syaibani telah mengejar orang–orang murtad sampai masuk pada wilayah Persi, kemudian Abu bakar bertanya kepada beliau r.a. tentang usaha pengejarannya sehingga sampai di negeri Persi, Mutsanna berkata: ”Saya khawatir mereka akan menyerang dari belakang, jika  saya merasa aman akan hal ini niscaya akan aku perangi mereka walaupun  mereka ada di  dalam istana Kisra“.

Kita bisa mencermati apa yang dikatakan Mutsanna  ketika menjawab pertanyaan Abu bakar r.a ketika dia mengatakan: ”Saya takut apabila diserang dari belakang ....!! Adakah kaum muslimin sekarang ini merasa aman dengan tersembunyi dari arah belakang mereka??? Apa yang dahulu dikhawatirkan Mutsanna mustinya sekarang ini kita lebih khawatir akan ancaman mereka disegala tempat dan waktu. Ya, memang benar apa yang telah dilakukan Sholahuddin Al Ayyubi ketika memutuskan untuk memerangi kaum rafidhoh terlebih dahulu sebelum memerangi orang Nasrani,  dia berhasil menumbangkan kekuasaan Ubaidiyyin (Fathimiyyah). Kalaulah tidak niscaya Sholahuddin tak akan dapat membebaskan Al Quds dari cengkeraman pasukan Salib.  Dengan karunia Allah dan kelebihan Sholahuddin  tidak terdapat satupun orang rifidhoh di Afrika bagian utara, setelah sebelumnya tumbuh berkembang disini. Maka dengan adanya Negara Ubaidiyyah tumbuhlah negara Nasrani di Palestina, dan dengan adanya Negara Rafidhoh  di Iran sekarang ini dan dengan terpecah belahnya kaum muslimin tumbuhlah Negara Yahudi di Palestina.

Dan inilah bukti sejarah  yang membuktikan bahwa rafidhoh telah menjadi sebab terhambatnya perluasan dakwah Islam. Para sejarawan juga menyebutkan bahwa  Khilafah di Istambul terpaksa harus menarik pasukannya yang sudah berada di jantung kota Vienna ibu kota Austria, disebabkan karena Iran Rafidhoh melakukan penyerangan terhadap mereka... Maka berapa banyak kebaikan yang telah mereka rusak dengan terang-terangan dan dengan muka manis dengan melafalkan kalimah toyyibah “Laa ilaaha Illlallah” lalu mereka menusuk kita semua dari belakang. Ya, menumpas kaum rafidhoh adalah satu keharusan sebelum menumpas kaum Yahudi dan Nasrani. Sesungguhnya kejahatan kaum Yahudi dan nasrani terlihat, akan tetapi kaum rafidhoh mereka adalah kaum yang juga mengarahkan ibadah mereka ke kiblat, mereka juga memakan sembelihan yang kita makan juga, mereka juga sholat, puasa kemudian mereka menyerang kita dari belakang ketika  kita dalam keadaan lengah.

Akan tetapi syeikh Fulan mengatakan bahwa  Rafidhoh bukanlah  kaum yang kafir !!

Apakah masalahnya hanya sekedar masalah nafsu??  Sungguh telah kami jelaskan hukum Allah tentang kaum syiah  (dari Kitab dan Sunnah) kemudian saya sertakan pula penjelasan para ulama baik salaf maupun kholaf serta ijma’ mereka akan kafirnya kaum rafidhoh ini. Diantara mereka adalah Rasulullah saw, Umar ibn Khothob, Ali ibn Abi Tholib, Imam Abu Hanifa, Imam Syafi’ie, Imam Malik , Imam Ahmad, Bukhori , Ibn Hazm Al Andalusi, Ghazali, Qdhi ‘Iyadh, Syeikhul Islam Ibn Taimiyah, Ibn Katsir, Ibn Kholdun  Ahmad ibn Yunus Syuraik, Ibn Mubarak, Ibnul Jauzi. Bahkan Ibn Taimiyah dan Abu Hanifah mengatakan  kafir orang yang menyangsikan kekafIran syiah. Diantara Ulama kontemporer adalah Bahjatul Baithor (Suria), Hilali (Maghrib), Albani (Jordania), Musthofa Siba’i (pendiri ikhwanul Muslimin di Suria), Muhammad Rasyid Ridho (Mesir, dia adalah anggota sebuah gerakan yang menyerukan pendekatan antara sunni dan syiah, akan tetapi kemudian berbalik memusuhi syiah) dan masih banyak lagi yang lainnya Lantas apakah kita hendak menyelisihi mereka dan kemudian lebih percaya dengan apa yang dikatakan syeikh fulan?

Dan ketauhilah bahwasanya barangsiapa yang mentaati ulama atau pemimpin tentang satu hal  yang haram padahal itu di halalkan Allah  atau menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah, ketika itu dia telah menjadikan mereka sebagai Tuan selain Allah. Sebagaimana dikerjakan Yahudi dan Nasrani. Dan saya sangat heran ketika saya mengatakan Allah telah  berfirman, Rasul telah bersabda dan para ulama juga telah mengatakan, akan tetapi dia tetap mengatakan pada kami: ”Syeikh saya mengatakan kepada begini dari syeikhnya. Dan Syeikh saya merupakan rujukan setiap masalah.

 

Apakah diperbolehkan kita menyembunyikan penjelasan ini  kepada masyarakat, demi untuk menghindari konflik ??

Aku berlindung kepada Allah, bagaimana kita akan melakukan hal itu, padahal Allah Ta’ala telah berfirman dalam surat Al baqarah:

Allah berfirman: ”Sesungguhnya orang-orang yang menutupi keterangan ini dan petunjuk setelah kami jelaskan kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itulah orang yang mendapatkan laknat dari Allah dan laknat  manusia” (Al Baqoroh : 159)


Allah berfirman: ”Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih” (Al Baqoroh : 174)

Allah juga berfirman:

”Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian kepada ahli Kitab, bahwasanya mereka akan menjelaskan  kepada manusia dan tidak menutup-nutupinya. Akan tetapi mereka melemparkan kebelakang punggung mereka dan  menukarkannya dengan harga yang murah,  amat buruklah apa yang mereka beli “.(Al Imron : 187)

Bersabda Rasulullah saw: ”Apabila bidah sudah muncul dan sahabatku sudah dicaci maki maka hendaklah orang yang alim menampakkan ilmunya, maka barangsiapa yang tidak mengerjakanya baginya laknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia. Allah tidak akan menerima dari mereka alasan apapun“.

Beliau juga bersanda: ”Tidak ada seorangpun yang diberi ilmu oleh Allah kemudian dia menyembunyikannya, kecuali nanti di hari kiamat Allah akan membelenggunya dengan belenggu dari neraka“. 

Beliau juga bersabda: ”Apabila akhir ummat ini telah melaknat umat yang lebih dahulu: maka barangsiapa yang menyembunyikan satu hadits sungguh dia telah menyembunyikan apa yang diturunkan Allah (diriwayatkan Ibn Majah ).

Dan tidak cukup hanya melarang mereka, akan tetapi wajib bagi setiap muslim  untuk tidak menjadikan mereka  sebagai wali dan sahabat, jika tidak laknat Allah akan menimpa umat ini sebagaimana ditimpakan kepada bani Israel.

Allah berfirman: ”Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas." (Al Maidah : 78)
"Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu."
(Al Maidah: 79)
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan." (Al Maidah : 80)

Bersada Rasulullah saw: ”Sesungguhnya seorang dari bani Israel apabila melihat saudaranya melakukan perbuatan dosa, dia melarangnya. Maka keesokan harinya dia tidak mencegahnya dikarenakan dia adalah sahabatnya temannya. Maka ketika Allah melihat hal itu maka Allah pukulkan hati-hati diantara mereka dan Allah melaknat mereka melalui lesan Nabi Dawud dan Nabi Isa  ibn Maryam. Dengan sebab mereka telah bermaksiat dan melampaui batas."

Apakah kalian ingin agar kami menyembunyikan ilmu yang ada pada kami demi setetes kenikmatan dunia? Demi Allah kami tidak akan menyembunyikan ilmu yang ada selama hayat di kandung badan.

Kapan kita melupakan masa lalu dan menyelesaikan perbedaan yang sudah berumur 14 abad ini? Masihkan ada kesempatan untuk melakukan pendekatan ?

Apakah akan pernah berhenti pertempuran antara haq dan bathil? antara tentara Allah melawan tentara setan?  Apakah kaum rafidhoh menyesali masa lalu mereka yang penuh dengan lumuran darah? Bahkan apakah mereka mau menghentikan permusuhannya terhadap Islam? Kalaulah seandainya celaan mereka hanya ditujukan kepada kita saja, niscaya kami akan memaafkan,  akan tetapi celaan mereka tujukan kepada keluarga Rasulullah saw, kepada para sahabatnya, istri-istri dan mertuanya? bagaimana kita bisa memaafkan mereka? Pertentangan ini akan terus berlangsung sebagaimana di sabdakan Nabi saw: ”Sehingga Dajjal keluar, dan kamu muslimin memerangi nya dan juga para tentaranya dari kaum Yahudi, Musyrikin dan Rafidhoh “.⠠

Dan bagaimana mungkin bisa dilakukan pendekatan antara orang yang percaya bahwa al Qur’an telah mengalami perubahan  dengan berkeyakinana bahwa ada kitab-kitab yang diturunkan kepada imam-imam mereka setelah Al Quran ini? Mereka juga memandang bahwa kedudukan imam lebih tinggi dari para Nabi, imamah menurut mereka adalah sebagaimana para Nabi atau bahkan lebih, mereka juga menafsirkan ibadah kepada Allah  yang merupakan risalah para rasul dengan membelokkannnya dari makna yang hakiki dan menganggap bahwa ibadah pada Allah adalah ketaatan kepada imam, dan syirik pada Allah adalah adalah syirik pada imam, menyekutukan imamah, mereka juga mengkafirkan para sahabat yang terbaik, mereka juga melaknat istri Nabi yang juga ibu kaum mukminin. Mereka menetapkan para sahabat telah murtad kecuali hanya satu, dua atau tiga atau empat atau tujuh saja sesuai perbedaan riwayat yang ada pada mereka?! Saya sarankan wahai saudaraku, untuk membaca kembali khuthbah syeikh Khudaifi Imam Masjid Nabawi tentang pendekatan antara sunni dan syiah.

Dan yang paling penting untuk diketahui, bahwasanya kaum extrimis syiah yang pada masa silam hanya berjumlah sedikit, tetapi setelah itu dan sampai sekarang ini pengikut syiah seluruhnya meyakini akidah dan keyakinan-keyakinan yang diyakini oleh kaum extrimis di atas tanpa kecuali. Hal ini diakui oleh ulama besar mereka Ayatullah Mamaqoni yang berkata saat menceritakan biografi perowi syiah yang termasuk kaum ghulat: “ keyakinan-keyakinan yang dahulu hanya ada pada kaum ghulat telah berubah menjadi pokok-pokok keyakinan mazhab syiah saat ini”. Seperti yang kita ketahui bahwa ulama ahlussunnah mengkafirkan kaum syiah ghulat masa silam, dengan itu maka bisa diketahui status penganut  syiah saat ini.[3]

 

Apa  komentar anda tentang mereka yang masih berusaha melakukan pendekatan ?

Sesungguhnya  masalah pendekatan antara sunni dan syiah, adalah masalah yang senantiasa dilontarkan oleh para penulis – mereka menamakan diri mereka dengan “mutanawwirin” (kelompok yang tercerahkan), Padahala tidak diragukan lagi bahwa mereka yang dicerahkan Allah bashirohnya bahwa aqidah syiah semenjak dahulu sampai sekarang  merupakan aqidah yang bertentangan dengan aqidah yang diyakini oleh kaum muslimin[4] dan juga bertentangan dengan aqidah salaf.

Kami sangat heran terhadap mereka yang memandang  pesimis permasalahan ini dianggap kelompok yang ekstrim dan berlebihan. Maka akan kami katakan kepada mereka dengan  jelas, dan kepada siapa saja yang menginginkan pendekatan antara sunni dan syiah: ”Kami sepakat dan kami setuju akan tetapi dengan satu syarat, berhukum dengan Kitabullah dan sunnah Rasul yang sahih”, karena Allah memerintahkan kepada kita semua ketika terjadi perselisihan supaya mengembalikan permasalahan kepada kitabullah dan sunah rasul.


 “Jika kamu berselisih dalam satu perkara  maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul….. .“ (Annisa’ 59)

Kami katakan kepada mereka yang ingin mendekatkan antara sunni dan syiah “Bagaimana mungkin kita akan mengadakan pendekatan kepada orang yang telah menghina orang-orang terbaik kita, dan orang terbaik setelah para Nabi dan rasul. Bagaimana mungkin kita akan melakukan pendekatan kepada mereka yang mencela Abu bakar, Umar dan Utsman. Bahkan sudah menjadi ketetapan mereka, dan juga termaktub dalam kitab-kitab  mereka bahwa  semua sahabat telah murtad dan kafir. Mereka tidak mengecualikan kecuali hanya beberapa orang saja, seperti Abu Dzar, Bilal, Miqdad dan Salman. Apabila mereka menganggap kafir dan murtad para sahabat, siapakah yang menyampaikan kepada kita semua syariat ini, al Quran dan sunnah kalau bukan mereka?[5] sebagaimana dikatakan sebagaian salaf: ”Mereka ingin menyerang para saksi kita, kalaulah kita berkeyakinan demikian –na’udzubillah- bagaiamana kita percaya dengan apa yang mereka sampaikan kepada kita, bagaimana kita membenarkan mereka , wahai umat Muhammad dimanakah akalmu?[6]

Kami juga mengatakan: ”Bagaimana mungkin kita mengadakan pendekatan dengan mereka yang menuduh Ibu kita  Aisyah telah melakukan zina, padahala sangat tidak mungkin mereka berdua melakukan hal itu. Padahal Allah ta’ala telah membersihkan mereka berdua dari tuduhan itu dengan diturunkannya ayat  yang akan terus dibaca sampai hari akhir. Mereka tidak menginginkan kecuali hanya mendustakan Qur’an dan  mereka yang mendustakan Al Qur’an  adalah kafir dan batal keislamannya.

Apabila syiah meyakini bahwa Al Quran telah diubah, maka mereka selamanya tidak akan beriman kepadamu. Tidakkah kita mendengar firman Allah :

Apakah kamu menginginkan mereka untuk beriman kepadamu, padahal sebagian diantara mereka  ada yang mendengar kalam Allah akan tetapi kemudian mereka memutar balikkan setelah mereka memahaminya dan mereka mengetahuinya”... (QS.Al Baqoroh: 75).

Untuk apa membuang-buang waktu dengan mengadakan dialog dengan mereka. Barangkali anda telah lupa firman Allah  tentang  kaum Yahudi:”Mereka mengatakan bahwa dalam hati kami ada tutupnya, bahkan Allah telah melaknat mereka  dengan sebab kekufurannya, maka amat sedikit dari mereka yang beriman“. (QS. Al Baqoroh: 88)

Perhatikan firman Allah  “qolilan ma yukminun“ artinya amat sangat jarang diantara mereka yang mau masuk islam. Diantara mereka sudah  kita ketahui, Ummul Mukminin Shofiyah dan juga sahabat besar Abdullah bin Salam dan yang lainnya yang menjadi seorang muslim yang baik. Maka apabila hal ini  berlaku untuk Yahudi, bagaimana dengan rafidhoh???

Mengapa kamu memperingatkan satu kaum  yang Allah hendak membinasakan  atau mengadzab mereka dengan adzab yang pedih ??

Sebagai tanda bahwa kami telah menyampaikan kebenaran dan semoga mereka mau kembali pada ajaran yang benar.  Adakah anda lupa dengan kisah  ashabus sabt ( mereka yang terlibat dalam kisah hari sabtu), mereka ada tiga kelompok. Satu kelompok mereka melanggar kesucian hari sabtu dan mereka menzalimi mereka sendiri. Satu kelompok lagi mereka tidak menzalimi diri mereka  akan tetapi mereka tidak mengingkari mereka atau tidak memisahkan diri dari mereka. Dan satu kelompok lagi yang mencegah kemungkaran dan memerintahkan yang makruf serta memilih memisahkan diri dari mereka, bahkan mereka membatasi diri mereka dengan dinding.  Maka ketika azab Allah datang, Allah menjadikan dua kelompok yang pertama menjadi kera dan babi-babi dan Allah menyelamatkan kelompok yang  mencegah mereka dari maksiat. Demikian difirman allah dalam surat Al A'raf :165.

"Ketika mereka lupa  dengan peringatan, maka kami selamatkan mereka yang mencegah dari kemaksiatan , dan kami siksa orang-orang yang zalim dengan azab yang pedih dengan sebab kefasikan mereka“. (QS. Al A’raf: 165)

Dan kami juga pernah mengkisahkan tentang kembalinya salah satu ulama besar mereka “Ayatullah Abul Fadhl al Burqoi kepada Islam dan juga Ahmad Al Kisrawi serta tentang islamnya salah satu pemuda mereka. Dan ini adalah salah satu ulama besar mereka Dr. Musa al Musawi, dan saya  juga pernah mengislamkan salah satu orang syiah rafidhoh berkebangsaan Iran. Kemudian   ketahuilah bahwa meskipun Allah Ta’ala  sudah mengetahui bahwasanya Firaun tidak akan beriman kepada Musa, Allah tetap memerintahkan kepada Musa untuk tetap pergi mendakwahinya. Dakwah ini adalah fardhu kifayah bagi kita semua, apabila tidak ada yang menjalankannya maka kita semua berdosa. Maka kami memanjatkan syukur kepada Allah bahwa masih ada orang yang  mau menjalankan tugas ini.

Terakhir saya ingin menanyakan siapa  sebenarnya anda ??

Kami adalah golongan yang ditokong “thoifah manshuroh” yang menetapi  manhaj  yang telah ditetapkan Nabi saw. Kami adalah firqoh najiah “golongan yang selamat“  sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi saw: ”Sungguh akan datang pada umatku apa yang pernah datang pada  bani Israel  setapak demi setapak. Bahkan jika bani israel ada yang menyetubuhi ibunya dengan terang-terangan, maka dari umatku juga akan ada yang melakukan itu. Dan sesungguhnya bani israel akan terpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan semuanya akan masuk neraka, kecuali hanya satu kelompok. Mereka bertanya: ”siapa mereka wahai Rasulullah? Bersabda Nabi: ”Kelompok yang menetapi ajaranku dan para sahabatku “.

Beliau juga bersabda: ”Orang Yahudi akan pecah menjadi 71 golongan, satu golongan disurga dan yang tujuh puluh masuk neraka. Orang nasrani akan terpecah menjadi 72 golongan,  71 golongan akan masuk neraka dan hanya satu yang masuk surga. Dikatakan kepada Rasulullah: ”siapakah mereka ?” Berkata Nabi: ”mereka adalah Jamaah”.(dikeluarkan  oleh ibn Majah, Turmuzi Abu Dawud, Ahmad dan Darimi, dan masih banyak yang lainnya.(

Kami adalah pengikut setia bagi mereka yang difirmankan Allah :

”Dan orang-orang yang berkata sesudah mereka, mereka mengatakan wahai Rob kami ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami beriman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami sifat dengki  terhadap orang-orang yang beriman. Ya Allah Engkau Adalah Maha Pengasih lagi Penyayang“.  (QS. Al Hasyr: 10)

Kami adalah kelompok yang meniti jalan pertengahan “wasathon” kami tidak membeci sahabat Rasulullah saw, sebagaimana dilakukan syiah dan Khowarij. Kami juga tidak menyembah kuburan mereka sebagaimana dilakukan orang-orang sufi. Akan tetapi kami berada di atas sunah Rasulullah  dan manhaj para salafus saleh. Ketauhilah kami adalah Ahlus Sunnah wal jama’ah.


 

[1] Rawafidhul Islam. Rafidhoh artinya kaum penolak, penganut syiah disebut rafidhoh karena menolak kekhilafahan Abubakar.

[2] Lalu siapa tuhanmu wahai Al Jaza’iri?

[3] yang menganut keyakinan kaum extrimis syiah masa lalu.

[4] Yang diyakini oleh kaum muslimin adalah ajaran Islam itu sendiri.

[5] Ajaran yang dibawa oleh orang kafir adalah merupakan kebatilan. Jika sahabat Nabi dianggap kafir, maka dia secara langsung mengkafirkan kaum muslimin, karena kaum muslimin mengikuti.  Ajaran sahabat .Dan yang mengikuti ajaran orang  kafir adalah kafir.

[6] Bagaimana kita bisa percaya terhadap ajaran yang dibawa oleh orang kafir?

Islamic Media Ibnuisa
ISLAMIC.XTGEM.COM

INDEX