The Soda Pop

MUKADDIMAH

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji bagi Alloh yang Esa, sholawat semoga tercurah kepada Muhammad, Nabi terakhir, keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Sesungguhnya Alloh Tabaaroka wa ta’ala telah memilih Nabi kita Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam dan memilih pula sahabat dan kerabat bagi beliau. Bukan hanya sekali Allah menyebut dan menyanjung mereka dalam Al Qur’an yang mulia. Alloh juga memuji mereka, menunjukkan keutamaan mereka dan menjelaskan bahwa mereka adalah sebaik-baik ummat. Semoga Alloh Ta’ala meridloi mereka.

Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam juga telah memuji dan menyanjung mereka, memceritakan keutamaan mereka pada ummat, bahkan menegaskan bahwa mereka adalah sebaik-baik generasi ummat ini dalam sabdanya, “Sebaik-baik ummatku adalah generasiku.”[1] Rasululloh juga mewajibkan kita untuk mencintai mereka dan melarang kita dari membenci, mencela atau menyakiti mereka dengan cara apapun. Beliau Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, “Alloh…Alloh…berhati-hatilah kalian berkenaan dengan para sahabatku. Jangan jadikan mereka sebagai sasaran sesudahku.[2] Barang siapa mencintai mereka maka dengan kecintaanku aku mencintai mereka. Barangsiapa membenci mereka maka dengan kebencianku aku membenci mereka. Barangsiapa menyakiti mereka sesungguhnya dia telah menyakitiku dan barangsiapa menyakitiku sesungguhnya dia telah menyakiti Alloh Tabaaroka wa Ta'aala dan barangsiapa menyakiti Alloh hampir pasti Alloh akan mengadzabnya.”[3]

Maka hati-hati dan hati-hatilah wahai para pecinta Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam: jangan sampai kamu membenci sahabat-sahabatnya, sebab jika kamu membenci mereka sungguh kamu tergolong dalam “Barangsiapa yang membenci mereka maka dengan kebencianku aku membenci mereka”. Artinya kamu membenci Rosulmu. Alangkah ruginya kamu dan Alangkah buruknya nasibmu jika kamu membenci Nabimu Muhammad  Shollallohu 'alaihi wa sallam. Kewajibanmu wahai para pecinta Rasululloh -Shollallohu 'alaihi wa sallam- adalah mencintai apapun yang dicintai oleh orang yang kamu cintai dan mencintai siapapun yang Ia perintahkan kamu untuk mencintainya. Beliau -Shollallohu 'alaihi wa sallam- hanya mencintai yang baik (Thoyyib) dan tidak memerintahkan kecuali untuk mencintai orang-orang yang baik dan layak untuk dicintai . Semoga sholawat dan salam tercurah kepadanya, keluarganya dan para sahabat semuanya.

Hendaknya engkau ketahui wahai hamba Alloh bahwa mencela Nabimu Shollallohu 'alaihi wa sallam lebih besar dosanya daripada sekedar membencinya. Karena orang yang mencela sekurang-kurangnya telah membenci. Maka dari itu waspadalah akan hal itu, dan engkau renungkan sabda Nabimu Shollallohu 'alaihi wa sallam “Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku”[4] niscaya kamu akan mendapati larangan yang tegas dari Nabi agarjangan sampai ummatnya mencela para sahabat Nabi rodliyallohu ‘anhum.

Kaum Muslimin yang lurus keislamannya meneladani rosul mereka Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam dalam berislam dan mencintai sahabat-sahabatnya serta menghormati mereka. Kaum muslimin juga berijma’ akan tingginya kedudukan mereka, kemuliaan, dan keadilan mereka. Menurut mereka tiap-tiap sahabat itu adalah seorang yang adil dan imam yang utama; wajib bagi kaum Muslimin untuk menghormatinya, mencintainya, dan beristighfar untuknya serta yakin bahwa sebiji kurma yang disedekahkan salah satu sahabat lebih baik daripada shodaqoh salah seorang dari mereka yang dilakukan seumur hidupnya. Kaum Muslimin juga menetapkan hukum kafir bagi orang yang mencela sahabat, apabila celaan itu mengandung unsur pengingkaran terhadap sesuatu yang sudah jelas dari perkara dien ini atau bertentangan dengan nash yang shorih(jelas)[5]. An-Nuur: 63

Diantaranya sebagai berikut :

  1. Kaum muslimin menghukumi kafir terhadap orang yang mengkafirkan dan menganggap murtad para sahabat dan mengecualikan beberapa gelintir saja. Sebab hal itu bertentangan dengan nash-nash yang jelas.  Alloh Ta'ala  menjelaskan bahwa Dia telah ridlo terhadap para sahabat Nabi dan Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam menceritakan pada kita keutamaan mereka, menyanjung, dan menjelaskan kedudukan mereka. Orang yang menentang nash-nash ini sama dengan orang yang mendustakannya.

  2. Kaum muslimin menghukumi kafir terhadap orang yang mengkafirkan dua syekh, Abu Bakar dan ‘Umar rodliyallohu Ta'ala 'anhuma karena dengan demikian ia telah menolak nash yang tidak sedikit, nash yang menegaskan bahwa keduanya termasuk orang beriman yang paling utama dan termasuk penghuni surga.  (ila huna 12 9)

  3. Kaum Muslimin mengkafirkan orang yang menisbatkan perbuatan nista kepada shiddiqoh yang suci, ‘Aisyah dan atau orang yang mengingkari bahwa ia bersih dari kenistaan yang dituduhkan oleh gembong orang-orang munafik. Orang ini dipastikan kekafirannya karena ia tidak percaya kepada vonis bebas yang datang dari atas tujuh langit dan mendustakan nash yang tegas yang menetapkan kebersihannya. Juga ia telah menyelisihi firman Alloh Ta'ala surat an-nuur; 17.

  4. Semua telah bersepakat (berijma’) dalam hal keutamaan para sahabat Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam, dan tidak ada yang menyelisihi hal itu kecuali Syi’ah Rofidloh; yang telah mengarahkan anak panah mereka ke arah wajah para sahabat Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam. Mereka ingin mengotori potret indah para sahabat, mencoret-coret lembaran putih bersih mereka dan menuduh mereka sebagai orang-orang munafik, para pengkhianat, dan para pendusta serta mengkafirkan mereka. Termasuk di dalamnya Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan ke-sepuluh sahabat yang dikabarkan Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bahwa mereka masuk surga, pun Rasululloh  Shollallohu 'alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ridlo terhadap mereka dan orang-orang selain mereka dari tokoh-tokoh sahabat dan orang-orang pilihan diantara mereka.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah[6] menyatakan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani lebih baik daripada orang-orang Rofidloh  dalam dua perkara. Aku pernah bertanya kepada orang-orang Yahudi, “Siapakah orang Yahudi yang terbaik?’ mereka menjawab; para sahabat Musa. Aku pernah bertanya kepada orang-orang Nasrani; ”Siapakah orang nasrani yang paling baik?” mereka menjawab para,” Hawari ‘Isa. “Aku juga bertanya kepada orang-orang Rofidloh,” Siapakah manusia yang paling buruk?” mereka menjawab,”Sahabat Muhammad -Shollallohu 'alaihi wa sallam-. Begitulah mereka diperintahkan agar beristighfar untuk mereka, tetapi justru mencela mereka…”.[7]

Orang-orang Syi’ah membuat pernyataan mereka ini tanpa dasar dari Kitab Alloh ataupun sunnah Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam. Hanyasanya teladan mereka dalam hal itu adalah “si anak hitam” ‘Abdulloh bin Saba’ Al Yahudy, orang yang pertama kali mencela para sahabat rodliyallohu 'anhum dan mengkafirkan mereka. ‘Abdullah bin Saba’ pulalah yang pertama kali menyatakan berlepas diri dari sahabat seraya mengakui kesyi’ahannya[8].

‘Abdulloh bin Saba’ adalah orang yang pertama kali menebar benih-benih Rofidloh[9]; yang menyatakan vonis kafir bagi para sahabat dan celaan atas mereka. Dialah yang mengokohkan pondasi rofidloh dan darinya pula orang-orang syi’ah mengambil ‘Aqidah yang bathil ini berikut ‘aqidah-‘aqidah sesat lainnya yang menyelisihi Kitab Alloh dan sunnah Nabi-Nya Shollallohu 'alaihi wa sallam.

Orang-orang Syi’ah tidak mencukupkan diri untuk berpegang kepada madzhab rofidloh yang berisi celaan terhadap para sahabat saja, akan tetapi mereka pun menyerukan dan mendakwahkannya. Mereka menempuh jalan itu dengan berbagai macam cara dan berbagai macam washilah. Semuanya demi memasukkan orang-orang Islam yang lalai sebanyak-banyaknya ke dalam madzhab yang rusak. Tentu saja dengan berbagai macam kedok diantaranya dengan alasan kecintaan atas ahlul bait dan sangkaan bahwa para sahabat tidak memberikan hak mereka yang semestinya, bahkan merebutnya dari mereka lalu mereka bersepakat untuk mendholimi mereka dan masih banyak lagi sangkaan mereka  terhadap para sahabat, bagi orang yang berakal semua itu dusta, dan tidak dapat diterima.

Dan tidak diragukan lagi bahwa ahlulbait yang suci bari’ (tidak terkait sama sekali) dengan semua aqidah yang disifatkan oleh orang-orang Syi’ah dan dinisbatkan kepada mereka, khususnya aqidah Rofidloh. Ahlul bait mencintai para sahabat, memuliakan mereka, menghormati mereka, dan mendudukkan mereka sesuai dengan hak mereka.

Di zaman ketika Daulah Rofidloh tegak seperti sekarang ini, bahaya Syi’ah semakin bertambah dan merajalela. Kejahatan mereka semakin ganas di saat ahlussunnah lalai dan tidak mewaspadai gelombang pemikiran yang sangat buruk ini. Gelombang pemikiran yang hendak memburu tidak sedikit dari ahlussunnah dan menyeret mereka kepada aqidah Rofidloh. Gelombang yang akan selalu berusaha untuk menanamkan kebencian kepada para sahabat di lubuk hati. Semua itu dilakukan dengan cara yang tidak jujur, penuh jebakan dan berbagai macam syubhat, sehingga seorang yang jahil tidak akan dapat melepaskan diri darinya, kecuali yang dilindungi oleh Alloh.

Bahaya ini semakin bertambah seiring dengan semakin meluasnya kebodohan di kalangan ahlussunnah tentang ‘Aqidah Syi’ah. Mereka juga menyangka bahwasanya perbedaan yang terjadi antara Ahlussunnah dengan Syi’ah seperti halnya perbedaan di antara para pengikut madzhab-madzhab fiqh atau perbedaan dalam masalah furu’ saja.

Oleh sebab itu saya ingin menjelaskan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin satu aqidah dari sekian aqidah Syi’ah yang sangat bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah. Yaitu aqidah mereka tentang kafir dan murtadnya para sahabat rodliyallohu 'anhum, serta perkataan mereka tentang wajibnya mencela dan membenci mereka. Hal ini saya jelaskan agar kaum Muslimin berhati-hati terhadap syubhat-syubhat yang mereka hembuskan, dan tidak ‘membicarakan’, mencela, atau menyakiti   para sahabat Nabi mereka. Semoga dengan itu ‘shubuh’ terlihat oleh mata, semua hakekat jelas bagi orang-orang yang punya akal. Supaya orang-orang yang lalai sadar akan kelalaiannya. Supaya mereka mengerti aqidah Syi’ah tentang generasi terbaik yang pernah dikenal oleh manusia, generasi sahabat, dan aqidah mereka tentang manusia terbaik setelah para Nabi dan para Rosul, yaitu sahabat-sahabat. Semoga sholawat dan salam tercurah kepada Rasululloh, keluarganya yang suci, sahabat-sahabatnya, dan para tabi’in, serta siapa saja yang mengikuti mereka sampai hari kiamat.

Indah sekali pernyataan penyair berikut ini:

Jangan sedikitpun anda berpaling kepada Rofidloh

Sungguh mereka telah mencela para sahabat tanpa dalil

Mereka melaknat juga membenci sahabat Ahmad (Muhammad)

Padahal mencintai mereka wajib bagi setiap insan

Mencintai sahabat dan kerabat (nabi) adalah sunnah

Itulahlah yang diperintahkan oleh Robbku saat Dia menghidupkanku

Waspadailah hukuman dari Alloh dan mengharaplah pada pahala-Nya

Hingga dirimu bagai seorang yang memiliki dua hati.

Bertolak dari sinilah kitab ini hendak menjelaskan secara ringkas aqidah Syi’ah tentang para sahabat langsung dari literatur mereka. Diharapkan ini menjadi hujjah yang tegak atas mereka dan menjadi penegas bahwa seperti inilah isi buku-buku yang mereka puji isinya, mereka sanjung dan mereka yakini keistiqomahan dan lurusnya aqidah para penulisnya.

Kitab ini terbagi menjadi beberapa majlis, semuanya menyoroti aqidah Syi’ah  Itsna ‘Asyriyah tentang para sahabat secara ringkas.

 


[1]  Shohih Bukhariy 5/63 kitab Fadloilush Shahabah bab 1 dan Shohih Muslim 4/1964 kitab Fadloilush Shohabah bab Fadllush Shohabah  tsummalladzina yalunahaum.

[2] Sasaran disini maksudnya target lemparan sesuatu artinya beliau melarang manusia dari membicarakan hal buruk atas sahabat atau kasus-kasus yang terjadi pada mereka. Kemuliaan seorang sahabat mengharuskan manusia untuk menghormati dan memuliakan serta diam dari membicarakan kasus mereka.

[3]  Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy di dalam Al-Jami’ 5/ 358 kitab Manaqib bab “Barangsiapa mencela Para Sahabat Nabi Shollallohu 'alaihi wa sallam”. At-Tirmidziy berkata, “Hadits ini hasan gharib.” Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad di dalam Musnad 4/ 87-88, 5/54-55. Juga oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Juga dalam Mawariduzh Zham`an, Al-Haitsamiy 568-569 kitab Al-Manaqib bab Keutamaan Para Sahabat Rosulullah Shollallohu 'alaihi wa sallam dan orang-orang setelah mereka. Juga oleh al-Maqdisiy dalam Larangan mencela para sahabat 2-b-3-1.

[4] Shahih Bukhoriy 5/72 kitab Fadloilush Shohabah dan Shahih Muslim 4/1967-1968 kitab Fadloilush Shahabah bab haramnya mencela sahabat.

[5] Lihat referensi berikut: Asy Syifa’ lihuquqi Al Mustafa, Al Qadhi Iyadh 2/286. As Sharimu Al Maslul, Ibnu Taimiyah hal 565-566,586-587. Baghiyatu Al Murtad miliknya hal 343-344. Al Muntaqa minal Manhaji Al I’tidal, Adz Dzahabi hal 536-537. Tadzkiratu Al Hufadznya 2/294.Risalah fie Ar Raddu Ala Rafidhah, At Tamimi hal 8.

[6] Sebagian perkataan ini ditetapkan dari Imam mulia Amir bin Syurahbil Asy Sya’bi Rahimahullah.

[7] Minhaju As Sunnah An Nabawiyah, Ibnu Taimiyah 1/27.

[8] Maqalat Al Firaq, Muhammad bin Sa’ad Al Qummi hal 21. Firaqu As Syi’ah , An Naukhbati hal 44. Wakhtiyaru Ma’rifatu Ar Rijal, At Tusi hl 108-109. Tanqihu Al Maqal, Al Maqamani 2/184 dan lainya.

[9] idem

 

Islamic Media Ibnuisa
Kritik & Saran
Counter
HOME