Duck hunt

MAJLIS PERTAMA

Tuduhan Syi’ah Itsna ‘Asyriyah Bahwa Para Sahabat Murtad Sepeninggal Rasululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam

Seorang Muslim yang benar keislamannya tidak ragu dalam berpendapat tentang kedudukan para sahabat, keutamaan, dan ketinggian derajat mereka. Mereka adalah segolongan kaum yang telah dipilih oleh Alloh Tabaroka wa Ta'ala untuk menemani utusan-Nya yang paling utama, Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam. Mereka telah membenarkan, mendukung, menolong serta mengikuti cahaya yang dibawanya. Mereka telah mereguk sejuk segar dan mengenyam nikmat lezat lentera kenabian. Mereka telah mengikhlaskan diennya untuk Alloh. Dan di jalan-Nya mereka korbankan darah, nyawa, harta-benda, dan anak-anak mereka. Mereka telah mengokohkan bangunan, memperluas halaman, dan menaklukkan berbagai negeri di sekitarnya. Mereka pun telah menebarkan hidayah kepada sekalian hamba (Alloh). Maka, dengan itu semua mereka pantas untuk mendapatkan anugerah dari Alloh, cinta, rahmat, dan surga-Nya. Merekalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan bagi manusia dan merekalah generasi terbaik.

Sedangkan Syi’ah Itsna ‘Asyriyah setelah mereka mengerti keutamaan para sahabat yang mulia, utama, dan suci tersebut, mereka justru menuduh para sahabat rodliyallohu 'anhum yang mulia telah murtad semurtad-murtadnya seluruhnya kecuali segelintir saja. Dan menurut mereka sahabat yang tidak murtad hanya tiga sahabat saja, yaitu; Salman, Abu Dzar, dan Miqdad.

Salah seorang tokoh besar mereka, At-Tusturiy berkata, “Sebagaimana Musa telah datang untuk memberi petunjuk dan berhasil memberi petunjuk kepada banyak orang dari kalangan Bani Israil dan selain mereka, lalu mereka murtad di saat Musa masih hidup dan hanya Nabi Harun as saja yang bertahan di atas keimanannya, demikian pula Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam telah datang dan memberi petunjuk kepada banyak orang, akan tetapi mereka murtad sepeninggal beliau.”[10]

Jika anda bertanya kepada orang-orang Syi’ah tentang dalil yang menjadi sandaran pendapat mereka ini, mereka akan menyebutkan perkataan-perkataan ~yang tentu saja berisi kebohongan dan kedustaan~ dari imam-imam mereka (padahal orang-orang ini belum tentu sepakat dengan mereka), seperti; Ali bin Abu Tholib, Muhammad  bin ‘Ali Baqir, Ja’far bin Muhammad ash-Shodiq, dan Musa bin Ja’far al-Kazhim serta yang lain.

-         Salah satu perkataan yang dinisbatkan kepada 'Ali bin Abu Tholib rodliyallohu 'anhu, “Semua orang murtad sepeninggal Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam kecuali empat orang saja.”[11] Mereka menambahkan ‘Ammar bin Yasir rodliyallohu 'anhu.

-         Sedangkan perkataan yang dinisbatkan kepada Muhammad bin ‘Ali al-Baqir rohimahullohu adalah, “Semua orang adalah ahlu riddah sepeninggal nabi kecuali tiga orang saja.”[12] dan “Seluruh manusia telah murtad kecuali tiga orang.”[13]

Orang Syi’ah telah menyifati sanad dari riwayat-riwayat ini mu’tabar.[14]

Ada juga riwayat-riwayat bohong lain, yang dicantumkan oleh orang-orang Syi’ah dalam kitab-kitab mereka dan mereka nisbatkan ~dengan penuh kebohongan dan kekejian~ kepada sebagian imam mereka.[15]

Tidak diragukan lagi bahwa para imam yang suci tersebut terlepas dari penisbatan-penisbatan yang didakwakan Syi’ah kepada mereka. Penisbatan tersebut murni fitnah, dan yang benar, mereka berdusta terhadap imam-imam kalangan ahlu bait Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam lebih banyak dibanding kedustaan mereka atas yang lain. Hal ini telah dikeluhkan oleh para imam tersebut ~dimotori oleh Ja’far ash-Shodiq~.

Imam Ja’far bin Muhammad ash-Shodiq rohimahullohu ~imam Syi’ah keenam~ menjelaskan, “Kami ahlul bait adalah orang-orang yang jujur. Namun kami tidak pernah sepi dari kedustaan orang-orang yang berdusta atas kami dan orang-orang yang menjatuhkan kejujuran kami di hadapan manusia.”[16]

            Saya tambahakan, ada kontradiksi yang sngat kentara antara tuduhan Syi’ah ini dengan beberapa ayat-ayat dalam Al Qur’an  yang justru menyatakan bahwa Alllah ridho terhadap para sahabat bahkan menyuruh manusia beristighfar untuk mereka. Seorang mukmin yang taat dan selalu mematuhi perintah tidak akan berbuat sebagaimana yang diperbuat orang Syi’ah terhadap para sahabat, disuruh beristighfar malah menghina. Tidak hanya beristighfar kita juga harus ridho dan meyakini bahwa nikmat yang kita kecap hari ini adalah buah dari kesungguhan mereka, jihad mereka dan amalan baik mereka yang penuh berkah, juga dari apa yang telah mereka korbankan berupa harta bahkan anak sendiri demi menolong dienullah dan menyebarkannya serta menegakkan kalimatullah sehingga tidak ada yang disembah selainNya.

            Allah mengkhabarkan bahwa Ia ridho kepada para sahabat yang berbaiat di bawah pohon dalam firmanNya :

Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbaiat kepadamu di bawah pohon. Maka Allah mengetahui apa yang ada dihati mereka dan lalu menurunkan ketenangn atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenagan yang dekat (waktunya) (Al Fath 18)

Jumlah mereka ada 1300 sahabat -ini menurut pengakuan Syi’ah sendiri-[17] dan tak seorang pun dari mereka murtad. Maka mustahil  Allah meridhoi dan memuji suatu kaum sedang Ia mengetahui bahwa mereka akan murtad setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam wafat –seperti penuturan Syi’ah-.Lalu bagaimana bisa setelah mendengar hal ini mereka baru mengatakan “ yang murtad hanya segelintir saja”?! kecuali mereka berkeyakinan bahwa Allah tidak mengetahui hal itu kecuali setelah terjadi. Jika benar mereka mengatakan hal demikian maka sungguh mereka telah menantang perkataan Imam mereka yang mereka anggap maksum – Ja’far Ash Shadiq- yang melaknat orang yang mengatakan,” Sesungguhnya Allah tidak mengetahui sesuatu sampai ia terjadi”[18] beliau juga mendoakan kehinaan atas pengucapnya ,” Barangsiapa yang mengucapkan ini ia akan dihinakan Allah”.[19]

            Ayat tersebut mencakup makna ridho kepada seluruh peserta baiat di bawah pohon . Kata-kata “Idz” dalam “ Idz Yubayi’unaka” adalah Dzarf , bisa bermakna sekedar dzarf saja atau bermakna ta’lil. Yang jelas kata ini menjelaskan bahwa keridhoan didapatkan oleh semua pembaiat sehingga mereka semua adalah orang yang dirihoi.

            Khulasah : Dakwaan Syi’ah akan murtadnya para sahabat hanyalah tuduhan yang dilandaskan nafsu semata, tidak ada dalil naqli yang sahih maupun dalil Aqli yang jelas yang bisa menguatkan tuduhan berbahaya ini.

            Ya Allah jagalah diri kami dengan takwa dan jagalah cinta kami pada para sahabat NabiMu sebagamana engkau telah ridho pada mereka Ya Rabbal ‘alamin…...

 


[10] Ihqaqu Al Haq, At Tusturi hal 316.

[11] As Saqifah, Sulaim bin Qais hal 92. Al Anwar An Nu’maniyah, Al Jaza’iri 1/81.

[12] Raudhatu AL Kafi, Al Kulaini hal.115. Tafsir Al Ayasyi 1/199. Ikhtiyar Ma’rifati Ar Rijal hal 6-11. Ilmu AL Yaqin, AL Kasyani 1/743-744. Tafsir As Shafi miliknya juga 1/148-305. Qurratu Al Uyun hal 426. Al Burhan, Al Bahrani 1/319. Biharu Al Anwar, Al Majlisi 6/749. Hayatu Al Qulub 2/837. Ad Darajah Ar Rafi’ah, Asy Syairazi hal 223. Haqqu Al Yaqin, Abdullah Syibr 1/218.

[13] idem

[14] Tafsir As Shafi miliknya juga 1/148. Qurratu Al Uyun hal 426. Haqqu Al Yaqin, Abdullah Syibr 1/218.

[15] Lihat buku karangan saya “ Mauqifu Syi’ah Al Itsna Asyriyah min As Sahabah RA”.

[16]. Ikhtiyaru Ma’rifatu Ar Rijal , At Thusi hal 108. Tanqihu Al Maqal, Al Maqamani2/184. Mu’jamu Rijali Al hadits, Al Khau’i 1/202.

[17] Manaqib Alu Abi Thalib, Ibnu Syahr Asyub Al Mazandarani 2/22. Al burhan, Al Bahrani 4/196-197

[18]. Disanadkan padanya oleh Al Kasyi Asy Syi’i dalam Ikhtiyaru Ma’rifatu Ar Rijal hal 151.

[19] Disanadkan Al Kulaini dalam AL Ushul min Al Kafi 1/148

 

Islamic Media Ibnuisa
Kritik & Saran
Counter
HOME