pacman, rainbows, and roller s

MAJLIS KEDUA

Tuduhan Syi’ah bahwa mayoritas sahabat telah menjadi munafik di zaman Nabi

Merasa tidak cukup dengan ‘hanya’  menuduh  para sahabat telah murtad, mereka mengatakan mayoritas sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menampakkan keislaman tapi memendam kekufuran di hati saat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam masih hidup.

            At Tusturiy berkata  -Ia seorang ulama Syi’ah-, “ Mereka sebenarnya tidak memeluk Islam tapi hanya menginginkan kedudukan Nabi….. selalunya mereka menyandang kenifakan dan mengalirkan perselisihan”.[20]

            Orang yang memperhatikan omongan ini akan tertawa melihat betapa bodoh dan jeleknya pendapat orang Syi’ah ini, harta seberapa atau jabatan apa dan kesenangan dunia yang bagaimana yang ada pada diri Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam?! . Sedangkan kaumnya sendiri seakan ‘memanahnya’ dengan satu busur dan bersekongkol untuk membuuh beliau juga orang yang bersamanya. Menimpakan berbagai macam siksaan tak terperi dan  musibah tiada henti, Allah yang Maha Tahu. Kesengsaraan yang seorang lelaki gagah pun tak sanggup menahannya, tapi meski demikian para sahabat tetap tabah dan teguh dalam keislaman dan menggenggam erat dien mereka. Kalau saja mereka mau meninggalkan Muhammad –Shollalahu ‘alahi wasallam – dan agama yang Ia bawa niscaya orang-orang musyrik akan memuliakan mereka dan memberikan harta duniawi berlimpah, namun pandangan mereka tak tertuju pada semua yang fana ini tapi kepada apa yang Allah janjikan di balik kehidupan ini berupa janji Allah yang tak pernah sedikitpun dilihat mata, didengar telinga, bahkan belum pernah terbersit dalam pikiran manusia.

            Salah seorang dari mereka di panggang diatas terik matahari kota Makkah pada siang hari yang sangat panas lalu diletakkan diatasnya batu-batu besar agar ia mau kembali pada agama semula, tetapi hal itu justru tidak menambahkan pada dirinya selain keteguhan pada  perintah Allah dan terus berjalan diatas al haq. Pada saat itu lisannya malah berucap pada para pembesar musyrikin,” Lakukanlah semau kalian, karena ini hanya didunia..!”.Andai saja ia mau mengucapkan satu kata yang mereka rasakan ia akan kembali pada kesyirikan tentu mereka akan melepaskannya dan membebaskannya, tapi itulah keimanan yang jika telah menyentuh lembutnya kalbu akan melekat selekat-lekatnya tak akan terurai kecuali oleh Yang membolak-balikkan hati.

            Jika demikian, katakan padaku apakah yang seperti itu adalah sifat kemunafikan dan mereka, orang-orang terbaik adalah para munafik seperti angapan Syi’ah?!!

            As Syairazi –seorang Syi’ah mu’ashir- menegaskan kenifakan sahabat dan menjelaskan sebab diterimanya mereka oleh Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam masuk dalam barisan kaum muslimin,” Seorang Nabi yang bijak ketika matahari Islam baru saja terbit tidak mungkin hanya menerima orang yang ikhlas saja dan menolak orang munafik, tapi hendaklah ia menyerap seluruh unsur kekuatan jahiliyah dengan membentengi Islam dari kekuatan lokal maupun internasional yang mulai menentangnya, beliau berseru,” katakanlah Lailaha ilallah kalian akan beruntung..”….sampai perkataannya,” Nabi tidak bisa menolak mereka karena jika ditolak yang tinggal hanyalah dirinya bersama Ali, Salman, Abu Dzar dan sebagian kecil golongan yang selamat.”.[21]

            Hasan Asy Syairazi menjelaskan ,” Akan tetapi kian hari mereka semakin bertambah yang karenanya para dedengkot munafik  bisa menyusup ke markas komando kemudian menghantam Islam dengan pukulan keras hingga hampir saja memecah belah barisan, kalau saja tidak diketahui oleh Sang pahlawan agung Ali bin Thalib Alaihi As Salam….”[22]. Yang Ia maksudkan dengan dedengkot munafik adalah: Abu Bakar, Umar dan Utsman merekalah yang dimaksud kaum Syi’ah ,” sehingga dedengkot munafik bisa….”.

            Didalam dakwaan ini jelas sekali mereka telah menghina Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau tidak memperhatikan “ bagaimana” tapi hanya “berapa”, menurut mereka manusia berkumpul begitu saja tanpa beliau pedulikan keselamatan aqidahnya dan kecintaan mereka, yang penting bisa diajak memerangi kekuatan musuh internal dan internasional. Seakan orang Syi’ah tidak tahu bahwa musuh dalam selimut yang paling membahayakan dien dan pemeluknya yang selalu mencari-cari kelemahan mereka adalah munafikin. Juga bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam diperintahkan memerangi kaum munafik dalam ayat:

Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka.( At Tahrim .9)

Al Maqamani berkata,” Telah diketahui dengan pasti dari ayat-ayat Al Qur’an akan eksistensi kaum munafik dan fasik di kalangan sahabat yang menampakkan kefasikan bahkan kemurtadan mereka ada baik semasa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam hidup maupun  sesudah wafat”.[23]

            Perkataan Al Maqamani berkaitan dengan adanya orang munafik dibarisan sahabat adalah benar, tapi anggapan jumlah mereka  yang banyak sama sekali tidak benar, karena jika jumlah mereka banyak seperti anggapan Syi’ah dan pendahulunya tentu mereka akan mengepung Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan sahabatnya kemudian mendirikan negara munafik ketika Islam mulai nampak hingga tidak Islam tidak bisa tegak. Akan tetapi mereka sangat sedikit dan hanya segelintir kecil, tidak memiliki daya dan kekuatan sedangkan kokohnya iman para sahabat tegak menjadi benteng penghalang strategi mereka dan pagar tinggi yang menghalangi  mereka dari merealisasikan keinginan. Oleh itu hanya ada sedikit sekali perkataan mereka yang menyiratkan isi hati mereka dan rasa kedengkian dalam jiwa terhadap agama, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan sahabatnya.

            Ada banyak ucapan  kaum Syi’ah yang bertujuan melekatkan sifat munafik pada sahabat yang suci dan sangat jauh dari sifat buruk ini.[24] Saya sendiri tidak tahu bagaimana bisa kata-kata ini ada dalam kitab mereka dan mereka nisbatkan pada para Imam bersamaan dengan perkataan Imam-Imam itu yang justru memuji dan mensifati mereka bukan dengan sifat kaum munafik, diantaranya:

1.      Perkataan Ali Bin Abi Thalib ketika berkhotbah kepada tentaranya menceritakan saudara-saudaranya para sahabat lain,” Sungguh aku telah melihat sahabat Muhammad Shollalahu ‘alahi wasallam dan tidak kutemui salah satu diantara kalian yang meniru dengan mereka, ketika subuh mereka dalam keadaan lusuh berdebu karena malamnya selalu qiyam dan sujud, seakan mereka berdiri diatas bara api jika mengingat tempat kembali. Antara dua matanya seperti ada tumpukan tanah keras karena panjangnya sujud. Jika mereka mengingat  Allah airmata mereka bercucuran sampai-sampai kelopak mata mereka rusak dan tubuh bergetar laksana sepohon kayu yang tertiup badai kencang karena takut akan iqab dan mengarap pahala”.[25]

Adakah ini adalah sifat munafik yang Allah sifatkan pada munafik yang; sedikit berdzikir, malas-malasan dalam shalat dan menipu Allah, Rasul dan kaum mukminin dalam firmannya :

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ ( dengan shalat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit. (An Nisa’: 142) Allahuma, tidak!.

2.      Perhatika juga qaul Ja’far Ash Shadiq berikut ini,” Sahabat Rasul Shollalahu ‘alahi wasallam  ada 12 000 orang, 8000 dari Madinah dan 1000 dari Makkah dan 2000 dari Thulaqa.Tidak terlihat diantara mereka orang Qadariyah, Haruriyah, Mu’tazilah ataupun penyembah akal, mereka menangis siang dan malam dan berkata ,” Ambilah nyawa kami sebelum kami memakan roti beragi”.[26] Inikah sifat orang munafik?!! Allahuma…tidak!.

Tetapi orang-orang Syi’ah berpaling dari perkataan Imam mereka dan lebih mengikuti hawa nafsu serta apa yang dibisikkan aqidah mereka yang rusak lalu mengganti ucapan yang tidak diucapkan pada mereka. Ringkasnya, Para sahabat itu adalah manusia yang paling jauh dari sifat munafik bahkan mereka berlari menjauhi sifat nifak baik perkataan maupun perbuatan, mereka mengetahui bahwa masuk zona nifak berarti menanggalkan Islam dan gelar “sahabat” yang mulia yang mereka sandang

 


[20] Ihqaqu Al Haq, At Tusturiy hal 3.

[21] Asy Sya’air Al Husainiyah, Hasan Asy Syairazi hal 8-9.

[22] idem

[23] Tanqihu Al Maqal,Al Maqamani 1/213.

[24] Lihat: Tafsir Al Qummi 2/186. Al Burhan, Al Bahrani, 3/299. Tafsir Ash Shafi, Al Kasyani 2/342. Dan Qurratu AL Uyun miliknya hal 416-420.

[25] Disebutkan oleh Asy Syarief Ar Radhi  dalam nahju Al Balaghah hal 143.

[26] Disandarkan pada As Shadiq dalam kitabnya Al Khisal 2/639-640.

 

Islamic Media Ibnuisa
Kritik & Saran
Counter
HOME