XtGem Forum catalog

Majlis Ke Enam

            Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma.

Ketiganya menyerbu dengan penuh ketangkasan

Rabb mereka senang jika mereka berpencaran

Hidup mereka tiada terpisahkan

 Mati pun berkumpul tatkala dikuburkan

Tak seorang muslimpun yang memiliki mata pengelihatan

Mengingkari  yang ada pada mereka berupa keutamaan

            Tahukah kalian siapakah yang dimaksud oleh Hasan Bin Tsabit Radiyallahu 'Anhu “ ketiganya menyerbu”?

            Sungguh mereka adalah Rasul Shalallohu Alaihi Wasalam  dan dua sahabatnya, kekasihnya, , wazir beliau dari penduduk dunia, Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma.

            Saya telah kemukakan contoh-contoh cercaan kaum Syi’ah yang ditujukan pada masing-masing sahabat ini. Kaum Syi’ah masih memiliki ‘stok’ hinaan yang siap ditikamkan kepada kedua sahabat ini secara bersamaan. Saya akan sebutkan beberapa diantaranya”

1.      Keyakinan mereka akan wajibnya melaknat keduanya.

Syi’ah Itsna Asyriyah mewajibkan golongannya melaknat Syaikhoni,Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma dan menyatakan  bahwa sebagian Imam merekapun  telah melaknatnya.

Kepada Ali mereka nisbahkan suatu kebohongan, tatkala ada seseorang yang ingin membaiatnya atas apa yang telah dilakukan Abu Bakar ia membentangkan kedua tanganya dan berkata,” Bertepuklah, Allah telah melaknat dua orang”. [94]

Sulaim Bin Qois mengatakan Ali senantiasa melaknat syaikhoni[95]. Demikian pula- menurut anggapan mereka- Imam Ja’far Ash Shadiq melaknat keduanya setiap selesai shalat wajib.[96]

Kaum Syi’ah juga kreatif mengarang banyak do’a guna melaknat Syaikhani  dalam kitab-kitab mereka. Memalsukan hadits tentang keutamaan do’a tersebut agar orang syi’ah bersemangat dalam membaca, mengulang-ulang dan berdo’a dengannya. Diantaranya satu do’a yang berjudul “ Do’a untuk dua berhala quraisy”. Do’a ini merupakan do’a khusus bagi kaum Syi’ah dalam melaknat Syaikhoni dan dua putrinya yang menjadi isteri Rasul Shalallohu Alaihi Wasalam. Menurut mereka Ali Bin Abi Thalib Radiyallahu 'Anhu juga berqunut dengan do’a ini dalam shalat witirnya[97]. Ia berkata,” Sesungguhnya orang yang berdo’a dengannya laiknya orang yang melempar panah bersama Nabi dalam Perang Badar Dan Hunain”. “ Do’a ini merupakan rahasia yang samar dan dzikir yang mulia”[98]. Dan beliau rajin membacanya pada siang, malam maupun diwaktu sahur –menurut anggapan mereka-.[99]

Kepada Imam Ahli Bait mereka menisbahkan keutamaan hadits ini- yang semuanya adalah dusta- bahwa barang siapa yang membaca do’a ini sekali Allah akan menulis baginya 70.000 kebaikan, menghapus 70.000 keburukan dan mengangkat 70.000 derajat serta memenuhi puluhan ribu kebutuhannya.[100] Dan Barangsiapa melaknat Abu Bakar dan Umar -Radiyallahu 'Anhuma- pada pagi hari, takkan ditulis baginya satu kejelakan pun hingga sore, dan barangsiapa melaknat keduanya pada sore hari, takkan ditulis baginya satu kejelakn pun hingga pagi tiba.[101]

Kaum Syi’ah sangatlah memperhatikan do’a ini, mereka menganggapnya termasuk do’a yang masyru[102]. Mereka pun mengarang syarhnya  yang jumlahnya lebih dari sepuluh syarh(penjelasan).[103]

Para penulis Syi’ah banyak yang menyebutkan do’a ini, sebagian atau kesuluruhan. Diantara yang menyebutkan secara keseluruhan adalah Al Kaf’amy[104], Al Ka syany[105], An Nury At Tabrasy[106], Asadullah At Tahrany Al Ha’iry[107], Sayyid Murtadzo Husein[108], MandzurBin Husein[109] dan lainnya. Dan yang hanya menyebutkan petikannya saja diantaranya Al Kurky dalam” Tufahat Al Lahutu fie la’ni Al Jibti wa At Thaghut”[110] dan AL Kasyany dalam “Kurratu Al Ain”[111]. Ad Damadi Al Huseini dalam” Syir’atu At Tasmiyah Fie Az Zamani Al Ghibah[112]’, Al Majlisi dalam “ Mir’atu Al ‘Uqul”[113], At Tusturi dalam “ Ihqaqu Al Haq”[114], Abu Hasan Al ‘Amily dalam Muqadimah tafsir Al Burhannya[115], Al Ha’iry dalam “Ilzami An Nashib”[116], An Nury At Tabrasy dalam “ Fashlu AL Khitab”[117], Abdullah Sybr dalam “ Haq Al Yaqin”[118] dan lainnya.

Disebut do’ a untuk dua berhala Quraisy karena awalnya berbunyi,” Ya Allah berikanlah salam sejahtera Atas Muhammad dan keluarganya dan laknatlah dua berhala Quraisy, dua jabatihima, dua thagutnya dan kedustaannya dan dua putrinya....dst.

Maksud dari dua berhala Quraisy  adalah Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma – semoga Allah meridhai keduanya dan mengadili orang yang membencinnya- sebagaimana banyak diterangkan orang syi’ah dalam banyak literatur mereka. Diantaranya:  Al Kaf’amy dalam syarh do’a ini[119], Al Kurky dalam” Tufahat Al Lahat”[120], Al Majlisy[121], Ad Damadi Al Huseini[122], At Tusturi dalam “ Ihqaqu Al Haq[123], Al Ha’iry dalam “Ilzami An Nashib”[124] An Nury At Tabrasy dalam “ Fashlu Al Khitab”.[125]

Sebagian kaum syi’ah tidak secara jelas menyatakan makna kedua berhala itu adalah Abu Bakar dan Umar- ini adalah taktik taqiyah yang mereka gunakan untuk bermuamalah dengan Ahli sunnah tapi hanya menyebutkan isyarat berupa gelar yang dengannya sesama orang Syi’ah akan tahu maksud dari gelar tersebut. Al Kasyani  menyebutkan  :” Maksud dua berhala itu adalah Fir’aun dan Haman”. Ia juga berkata,” Makhluq paling rendah adalah dua berhala Quraisy laknatullah alaih, keduannya adalah Fir’aun dan Haman “[126]. Sedang Fir’aun dan Haman adalah gelar yang mereka sandangkan untuk syaikhoni – Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma-.

Abu Al Hasan Al Amily mengisyaratkan makna dua berhala Quraisy dengan “Fulan dan Fulan atau Jibt dan Thaghut[127] yang maksudnya adalah syaikhoni.

Do’a yang oleh kaum Syi’ah dinamakan” Do’a Dua Berhala Quraisy “ ini sangat sarat dengan laknat, umpatan,hinaan dan do’a demi kecelakaan untuk syaikhoni[128]. Pula penuh dengan kisah-kisah palsu dan tuduhan keji tak berdasar yang kentara sekali kebohongannya. Semua tuduhan itu mereka hunjamkan pada diri orang yang paling mulia setelah Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam. Sebagai contoh : Dakwaan mereka bahwa keduanya mengingkari wahyu, merubah Al Qur’an, menyelisihi Syar’i, menghapus hukum, membakar negeri, merusak para hamba, merobohkan rumah Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam dan banyak lagi kedustaan lainnya yang kesemuanya tidak dilandasi petunjuk atau diperkuat dalil dan hujjah. Sehingga apa yang ada dalam diri Kaum Syi’ah yang sebenarnya tersingkap jelas, yaitu kedengkian yang mendalam serta rasa benci yang tak terkira pada para sahabat Rasul Shalallohu Alaihi Wasalam, bahkan pada yang paling afdhol dari mereka semua, yang Rasul memerintahkan kita beriqtida’(mencontoh) pada mereka sepeninggal beliau.

 

Adapun Aqidah Syi’ah dalam hal bara’ kepada Syaikhoni sebagaiman berikut :

Dalam aqidah mereka, berlepas diri dari keduanya juga dari Utsman dan Muawiyah dianggap sebagai dharuriyat mazhab mereka. Barangsiapa tidak berlepas diri dari mereka ia bukan termasuk golongan mereka.

Al Majlisi –referensi Syi’ah Muashir- berkata :” Termasuk dari dharuriyat agama Imamiyah adalah bara’ (berlepas diri) dari Abu bakar, Umar, Utsman dan Muawiyah........”[129]

Bahkan bara’ terhadap mereka dipercaya menjadi sebab hilangnya penyakit dan obat bagi tubuh,[130] barangsiapa yang telah berlepas diri dari mereka kemudian mati pada malam harinya ia akan masuk jannah. Diriwayatkan Al Kulainy dalam Kitabnya “ Al Kafy” –termasuk salah satu dari empat ushul yang terkenal di kalangan Syi’ah- dengan sanad dari keduanya[131] ia berkata,” Barangsiapa berdo’a” Ya Allah aku bersaksi kepadamu dan bersaksi pada malaikat-malaikat Al Muqarrabien, para pembawa Arsy yang terpilih bahwa engkaulah Allah yang tiada ilah selain engkau. Maha pengasih lagi Maha Penyayang dan bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulMu dan Fulan adalah Imam dan Waliku[132],dan bahwa ayahnya Rasulullah Shalallohu Alaihi Wasalam, juga Ali bin Abi Talib, Al Hasan dan Al Husein, fulan, fulan –dan seterusnya hingga berakhir padanya-[133] adalah waliku. Untuk itu aku hidup dan mati serta dibangkitkan dihari Kiamat Aku berlepas diri dari fulan, fulan dan fulan. Jika ia mati pada malam harinya ia akan masuk surga”[134]

Yang dimaksud Fulan, Fulan dan Fulan adalah Abu Bakar Umar dan Utsman.

Menurut mereka tidak hanya kaum Syi’ah saja yang melaknat dan belepas diri dari Abu Bakar Umar dan Utsman, tapi ada suatu golongan yang Allah ciptakan khusus untuk melaknat mereka.

Kaum  Syi’ah menisbatkan riwayat dusta pada Ja’far Ash Shadiq bahwa ia berkata :” Sesungguhnya di balik matahari kalian ini ada empat puluh planet yang didalamnya terdapat makhluk yang banyak. Dan di balik bulan kalian ini ada empat puluh bulan yang didalamnya juga terdapat makhluk yang banyak jumlahnya. Mereka tidak tahu apakah Allah mencipta atau tidak, hanya mereka dilhami satu ilham berupa laknat atas Fulan dan fulan....”.

Dalam riwayat Al Kulainy pengarang Al Kafy :” Mereka tidak bermaksiat kepada Allah sekejap matapun dan berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar”[135].Al Majlisi mengkaitkan perkataan ini dengan perkataanya “ Fulan dan Fulan” maksudnya Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma[136].

Ringkasnya :

Syi’ah Itsna Asyriyah sepakat untuk melaknat Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma, berlepas diri dari mereka dan mewajibkannya kepada para pemeluknya.

Dan tentu saja, apa yang diyakini  Imam-imam mereka menyelisihi apa yang mereka katakan berkenaan dengan syaikhani khususnya dan para sahabat pada umumnya. Akan kami ketengahkan sebagian perkataan para Imam itu. Dan semua yang mereka nisbahkan pada mereka tidak lain hanyalah kedustaan yang mereka karang. Pernyataan Imam tersebut diantaranya:

Adalah Amirul Mu’minin Radiyallahu 'Anhu melarang sebagian tentaranya  mencela Muawiyah Radiyallahu 'Anhu –padahal dibanding Syaikhani keutamaan beliau lebih rendah sebagaimana diakui kaum Syi’ah sendiri- dan berkata pada mereka,” Tentang apa yang dinisbahkan kaum Syi’ah dalam kitab-kitab mereka aku tidak menyukainya dan melarang kalian menjadi para pencela dan pelaknat”[137]. Dan menurut pandangan mereka apa yang Ia benci  dari kaumnya ia membenci pula hal itu atas dirinya.

Pada dasarnya Amirul Mu’minin tidak saja membenci bahkan menyuruh untuk membunuh orang yang berani melaknat Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhu

Imam Ahmad dan At Tabrani[138] meriwayatkan dengan sanad hasan dari Amirul Mukninin Ali Bin Abi Talib Radiyallahu 'Anhu bahwa ia berkata,” Akan datang suatu kaum setelah kita yang mengaku dari golongan kita tapi sebenarnya bukan golongan kita, mereka memiliki An Nibz[139] atau gelar-gelar dan tanda untuk mencela Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma. Jika kalian menemui mereka maka bunuhlah karena mereka adalah orang musyrik”.[140]

Tatkala dikabarkan pada beliau bahwa ada orang yang mencela Syaikhani, beliau mengancamnya dengan had (hukuman)  seorang Muftary  (pembuat dusta besar) yaitu 80 kali jilid. Diriwayatkan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahid Al Maqdisy dengan sanadnya dari Amirul Mukminin bahwa telah sampai kabar padanya bahwa ada beberapa orang yang mencela Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma, maka beliau berkata “ Semoga Allah melaknat orang yang dihatinya terdapat perasaan tentang keduanya selain dari yang baik. Lalu beliau naik mimbar dan berkhotbah dihadapan mausia dengan khutbah yang sangat menyentuh dihati :” Apa urusan orang-orang itu menyebut-nyebut dua penghulu Quraisy, dua bapak kaum muslimin?! Saya berlepas diri dari apa yang mereka katakan, dan atas perkataan mereka akan ada balasan. Ketahuilah ...demi yang membelah biji dan Yang menghembuskan angin, tidaklah mencintai keduanya selain seorang mukmin yang bertakwa dan tidaklah seseorang membencinya selain pendosa yang rendah”.

Kemudaian beliau terus menerus menyebutkan  keutamaan keduanya Radiyallahu 'Anhuma. Dari keredhoan Nabi ketika wafat, kerelaan manusia membaiatnya, kisah-kisah keduanya dalam kekhalifahan hingga sampai pada perkataannya,” Ketahuilah, barangsiapa yang mencintaiku maka cintailah keduanya, dan barang siapa tidak mencintai keduanya maka ia telah membenciku dan aku berlepas diri darinya. Ketahuliah siapa saja yang pada saat aku mendatanginya mengatakan hal ini- celaan pada Syaikhani-  maka baginya hukuman seorang muftary. Ketahuilah orang terbaik setelah Nabi Adalah Abu bakar dan Umar jika aku mau niscaya aku sebutkan yang ketiga. Aku memohon ampun kepada Allah bagiku dan kalian semua”.[141]

Sangat urgen bagi Kaum Syi’ah untuk memperhatikan ucapan agung dari Imam yang mulia ini. Sungguh beliau tidak hanya melarang dari mencela dan membenci dua sahabat tersebut beliau bahkan menjadikan kecintaan terhadap mereka sebagai tanda kecintaan terhadap dirinya yang mulia, mengutamakan keduanya atas dirinya sendiri dengan menjadikan keduanya orang  terbaik  setelah Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam.

Dan bahwa dalam mengutamakan keduanya terdapat riwayat yang mutawatir dari beliau dengan berbagai bentuk, suatu ketika beliau naik mimbar Kufah dan seluruh yang hadir pun mendengarnya, lalu berkata :” Sebaik-baik umat setelah Nabinya adalah Abu Bakar dan Umar!”[142]

Al Bukhary dalam shahihnya meriwayatkan dari Muhammad bin Al Hanafiyah – beliau putra Ali dari isterinya yang berasal dari kabilah Hanafiyah-  ia berkata,” Aku berkata pada bapakku,” Siapakah manuisa terbaik setelah Nabi ?” Beliau menjawab,” Abu Bakar”. “ Lalu ?” lanjutku.” Kemudian Umar”.[143]

Dan ketika Ibnu Saba’ terang-terangan menghina Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib menyuruh untuk membunuhnya tapi sebagian orang memintakan ampunan atasnya maka dibatalkanlah hukuman bunuh ,kemudian dia di asingkan ke Mada’in –sebagaimana diakui oleh sebagian Syi’ah-.[144]

Semoga Allah meridhai Amirul Mu’minin dan membalasnya dengan kebaikan atas kebajikannya yang telah menempatkan hak keduanya  sesuai proporsinya dan mengakui keutamaan pada yang memilikinya. Hanyasanya yang mengakui keutaman dari pemilik keutamaan adalah orang yang memiliki keutamaan pula.

Keyakinan beliau tentang Syaikhani sebgaimana keyakinan Syi’ah di zaman dahulu. Mereka tidak menghujat Abu Bakar dan Umar. Inilah pernyataan ulama besar Syi’ah, Abu Al Qasim menuturkan bahwa ada seorang bertanya kepada Syuraik bin Abdillah bin Abi Numair – termasuk kibaru sahabat Ali Radiyallahu 'Anhu - ,” Siapa yang lebih utama, Abu Bakar atau Ali ?” Syuraik menjawab,” Abu Bakar”. “ Apakah engkau  mengatakan hal ini sedang engkau berasal dari golongan kami?”. Lanjutnya.” Ya”, jawab Syuraik” .”Yang disebut orang Syi’ah adalah orang yang mengatakan hal seperti ini. Demi Allah Ali RA telah menaiki kaki-kaki mimbar ini – yang dimaksud adalah mimbar Kufah- dan berkata,” Ketahuilah, umat terbaik setelah Nabinya adalah Abu Bakar dan Umar”. Apakah kita menyanggah perkataan beliau? Atau mendustakannya? Demi Allah beliau tidaklah berbohong.!”[145]

Imam Ali Bin Muhammad, Abu Ja’far Al Baqir mutlak melarang laknat dan celaan juga memberitahukan bahwa Allah membenci hal itu, beliau berkata,” Sesungguhnya Allah membenci orang yang suka melaknat, mencela, mencerca,dan suka berbuat fahisah (zina)”. Ini pengakuan salah seorang Syi’ah sendiri[146], maka apakah Imam yang maksum –menurut mereka – melakukan hal yang dibenci Allah?!

Beliau juga berwala’ pada Abu Bakar dan Umar RA dan mengkhabarkan bahwa tak seorang Ahli Bait pun yang mencela keduanya. Ketika Jabir Al Ja’fi bertanya kepadanya tentang Syakhani “Adakah diantara kalian, ahli bait yang yang menghina Abu Bakar dan Umar?”, beliau jawab,” Tidak. Dan aku mencintai keduanya, berwala’ dan memohonkan ampun untuk mereka,”[147]

Adapun Imam Ja’far Ash Shadiq – Imam Kaum yang keenam- beliau bahkan tidak hanya berwala’ saja tapi juga menyuruh para pengikutnya untuk memberikan wala’nya pada kedua sahabat ini. Al Kulaini meriwayatkan dalam Kitab Al Kafi – Kitab ini menurut Syi’ah setara dengan Sahih Bukhari – dengan sanadnya dari Ash Shadiq bahwa ia berkata pada seorang wanita Syi’ah yang  bertanya kepadanya tentang Abu Bakar, haruskah aku memberikan wala’ pada keduanya?”. “Berwla’lah pada keduanya!” jawab beliau.” “Kemudian jika aku bertemu Rabku aku katakan  pada Nya bahwa engkaulah yang menyuruhku?”. Beliau menjawab ,” Ya”.[148]

Zaid Bin Ali bin Abi Thalib menceritakan bahwa beliau belum pernah mendengar dari bapak-bapaknya  seorangpun yang berlepas diri terhadap Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma –seperti di nukilkan kaum Syi’ah-[149]. Diantara mereka adalah: Zainul Abidin, Ali Bin Al Husein, Al Hasan Bin Ali, dan Ali bin Abi Talib.

Tidakkah kaum Syi’ah bisa berlapang dada sebagaimana Imam mereka dari berwala’ kepada Syaikhani dan ridha terhadap mereka, tidak bara’ ataupun melaknat keduanya?!

Tak hanya itu, Zaid Bin Ali bahkan mengaplikasikan wala’nya dengan perbuatan, yaitu tatkala datang padanya satu kaum yang menyatakan diri bergabung dengan Syi’ah dan mencintai Ahli Bait memintanya agar berlepas diri dari dua syaikh tersebut untuk kemudian mereka akan berbaiat kepadanya –terjadi ketika beliau keluar memerangi Umawiyun-.maka beliau mengucapkan kalimat yang membuat mulut-mulut mereka bungkam. Dan beliau menerangkan pada mereka makna tasyayu’ yang benar :” Aku berlepas diri dari orang yang berlepas diri dari keduanya[150], bara’ah dari Abu Bakar dan Umar berarti bara’ah dariku”[151]. Lalu mereka berkata,” Jika demikian kami menolakmu”.[152]

Demikianlah ucapan orang-orang yang dianggap Syi’ah sebagai Imam. Beginilah sikap mereka, berwala’ kepada Abu Bakar dan Umar juga seluruh sahabat. Mengasihi dan tidak berlepas diri serta menghasung manusia agar memberikan wala’nya pada mereka dan mencintai mereka, mewanti-wanti mereka agar jangan membenci ataupun mencela mereka. Maka bagaimana mungkin mereka mengklaim berintisab pada para Imam tersebut sedangkan bara’ah dari syaikhani  dan para sahabat menurut Syi’ah adalah wajib. Sebuah  pertanyaan yang jawabanya kita serahkan pada mereka.

2.Anggapan kaum Syi’ah perihal akan dikembalikannya Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma kedunia sebelum hari Kiamat untuk diqishas dan diazab dengan keras.

Syi’ah Itsna Asyriyah meyakini, Abu Bakar dan Umar akan dikembalikan kedunia sebelum Kiamat untuk diqishah dengan tangan  Sang Pembangkit Ahli Bait – Mahdi Kaum Syi’ah yang ditunggu-tunggu- . Menurut mereka Al Qur’an Al Kariem memberitahukan akan kembalinya mereka dan akan diazab dengan berbagai macam sikasaan. Mereka mengambil dalil dari AlQuran tentang kisah kaum Musa AS dan peristiwa yang menimpa Fir’aun dan tentaranya.

Dan kami hendak memberi karunia kepada oran-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-rang yang mewarisi (bumi)

Dan akan kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan kami perlihatkan kepada Fir’aun dan haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu. ( Al Qosos Ayat5-6)

Maksud dari Firaun dan Haman disitu adalah Abu Bakar dan Umar – sungguh keduanya jauh dari apa yang mereka tuduhkan-. Mereka di bangkitkan oleh Al Qo’im ( Sang pembangkit) di hari Kiamat sebagai obat penawar bagi orang-orang Syi’ah.

Muhammad Bin Al Hasan Asy Syaibani dalam kitabnya “ Kasyfi Nahji AL Haq” menyandarkan riwayat pada Muhammad bin Ali Al Baqir dan Ja’far Ash Shadiq Rahimahumallah – keduanya berlepas diri dari tuduhan ini- perkataan keduanya tentang tafsir ayat ini:” Sesungguhnya Firaun dan Haman  disini adalah dua orang dari Jabarah( pembesar) nya[153] Quraisy yang Allah ta’ala hidupkan tatkala bangkitnya Al Qoim dari keluarga Muhammad di akhir zaman untuk kemudian membalas keduanya atas apa yang telah mereka kerjakan di masa lampau”.[154]

Sebagian Ulama Syi’ah malah terang-terangan mengatakan bahwa maksud dari Fir’aun dan Haman disini adalah Abu Bakar dan Umar. Lalu Ia akan menyalib keduanya di batang kurma dan membunuhnya setiap hari seribu kali kematian sebagai balasan atas kezaliman yang mereka lakukan serta permusuhan terhadap Ahli Bait.

Diantara ulama’ tersebut adalah: Al Bayadhi[155], Hasan Bi nSulaiman Al Ahly[156], At Ayasy an Najsy[157], Al Bahrani[158], Al Jaza’iry[159], Ahmad Al Ahsa’i[160], Ali Al Ha’iry[161], Abdullah Syibr[162] dan lainya.[163]

Al Majlisy menta’liq riwayat  Al Kulaini yang diisnadkan pada Ja’far Ash Shadiq satu perkataan yang dinisbahkan kepada Amirul Mu’minin Ali Radiyallahu 'Anhu ,” Allah telah membunuh Pembesar Quraisy dalam kondisi yang paling baik....membunuh Haman dan membinasakan Fir’aun” dengan perkataanya :” Membunuh Haman maksudnya Umar dan membinasakan Fir’aun[164] maksudnya Abu Bakar bisa juga sebaliknya yang jelas maksudnya adalah dua pendosa ini”.[165]

Abu Al Hasan Al Amili[166] mengutarakan hal senada. Al Kasyani menjulukinya ‘Dua berhala Quraisy’[167].

 

Adapun anggapan mereka tentang bangkitnya Al Qo’im kemudian menghidupkan Abu Bakar dan Umar  dan menyalibnya serta tuduhan bohong lain banyak terdapat dalam kitab-kitab mereka. Tak sedikit pun mereka menjaga diri dari berdusta atas  nama Allah Azza Wa Jalla yang berfirman :

Artinya “ Siapakah yang lebih zalim dari orang yang mengada-adakan kedustaan atas Allah ..”[168]

Dan terhadap Rasul Yang bersabda dalam hadits mutawatir :

ãä ßÐÈ Úáí ãÊÚãÏÇ ÝáíÊÈæà ãÞÚÏå ãä ÇáäÇÑ[169]

Anda akan melihat mereka berdusta dengan mengatakan bahwa Allah mengkabarkan pada Nabinya peristiwa tersebut pada malam Isra’ :

Ash Shaduq menyandarkan pada Ja’far Ash Shadiq kisah tentang Isra’ dan Mi’raj, bahwa Nabi melihat cahaya Imam-imam yang dua belas yang ditengah mereka Muhammad bin Al Hasan Sang Pembangkit, lalu beliau bertanya pada Rabbnya,” Wahai Rabb siapakah mereka..?” Allah berfirman,” Para Imam dan ini adalah Sang Pembangkit yang menghalalkan apa yang aku halakan dan mengharamkan apa yang aku haramkan serta  membalas musuh-musuhku, dialah rahah para waliku. Dia penawar luka pengikutmu dari kejahatan orang-orang zalim, para penentang serta orang kafir. Mengeluarkan Lata dan Uzza lalu membakar keduanya, pada hari itu fitnah keduanya lebih dasyat dari fitnah Sapi dan Samiri.[170]

Maksud dari” Lata dan Uzza” menurut kaum Syi’ah adalah Abu Bakar dan Umar. Didukung dengan periwayatan salah satu Ulama Syi’ah Syaikh Ad Damadi Al Huseini katanya,” Perhatikanlah, hendaklah basirahmu tak tertutup demi melihat bahwa Lata dan Uzza adalah dua berhala Quraisy yang Amirul Mu’minin mendo’akan keduanya dalam do’anya dan keduanya dikubur di rumah Rasulullah Shalallohu Alaihi Wasalam di area makam beliau tanpa seijin ahli baitnya yang suci yang senantiasa melaksanakan perintahNya”.[171]

Kaum Syi’ah mengatakan Ali telah mendengar hal itu dari  pengkhabaran Rasulullah kemudian beliau beritahukan pada Umar Radiyallahu 'Anhu : Ibnu Rustum At Thabary mengisnadkan kepada Abi Tufail Amir bi Watsilah[172] bahwa dia berkata – dan tidaklah beliau mengatakan hal dusta ini- ,” Aku melihat Amirul Mukminin berjalan sendirian  di sudut kota madinah , lalu aku mengikuti beliau hingga sampai di rumah Ats Tsani,[173] lalu beliau meminta ijin dan dijinkan masuk, akupun ikut masuk. Setelah mengucapkan salam kepada Ats Tsani –Umar Radiyallahu 'Anhu– yang pada waktu itu menjabat khalifah, beliau duduk seraya berkata,” Siapakah yang mengajarimu kebodohan ini hai orang yang tertipu?! Demi Allah jika saja engkau mengendarai Alqafra dan memakai Syir akan lebih baik bagimu dari pada duduk di sini....”sampai pada perkataan,” Demi Allah seakan aku meliahat diriku telah mengeluarkan dirimu dan sahabatmu –Abu Bakar- Toriyaini( kalau tidak salah dalam keadan buta)  untuk disalib di Al Baida’...hingga Umar berkata,” Wahai Abu Al Hasan sungguh aku mengetahui yang engkau katakan adalah kebenaran, dengan nama Allah aku bertanya padamu, apakah Rasulullah menyebut diriku dan Sahabatku ?”. Beliau berkata,” Demi Allah, Rasulullah menyebut dirimu dan sahabatmu...dst”.[174]

Kitab-kitab kaum Syi’ah sarat dengan riwayat yang secara dusta mereka nisbahkan kepada sejumlah Imam yang berisi tentang keyakinan mereka bahwa syaikhani akan dibangkitkan dari kubur dan di salib sebelum kiamat tiba serta diazab dengan azab yang sangat pedih......seperti riwayat dusta yang  dinisbahkan kepada Abu Ja’far Al Baqir : mereka menganggap beliau meriwayatkannya dari beberpa perawi Syi’ah semisal Abu Bashir[175], Al Mufdhil Bin Umar[176], Salam bin Al Mustanir[177], Abdul A’la Al Ahlaby[178] dan lainnya. Semua riwayat palsu yang mengada-ada ini berisi seputar kisah dibangkitkannya Syaikhani dari kuburnya Ghodhiyani thoriyani lalu disalib. Hari itu manusia terfitnah karena keduanya.

Riwayat dusta yang disandarkan pada Abi Abdullah Ash Shadiq mereka yakini juga diriwayatkan beberapa perawi Syi’ah lainnya seperti Abu Al Jarud[179], Al Mufdhil Bin Umar[180], Basyir An Nubal [181]serta Ishaq bin Amar dan lainnya. Demikian pula Abdul Adhim Bin Abdullah Al Hasani meriwayatkan kisah serupa dari Muhammad bin Ali Al Jawad yang terkenal dengan sebutan Abi Ja’far Ats Tsani.[182]

 

Dari Muhammad Bin Al Hasan Al  Askari – Dia adalah Al Qoim yang nantinya menyalib Syaikhani, pada dasarnya beliau bukan anak Al Hasan Al Askari karena ia mandul-, yang meriwayatkan darinya adalah Ali Bin  Abi Ibrahim Bin Mahziar. Riwayat ini berisi kisah panjang yang didalamnya mereka menyebutkan perkataan Muhammad Bin Al Hasan Al Mahdi Al Maz’um : Aku datang ke Yatsrib untuk menghancurkan Batu berikut dua orang didalamnya toriyani ghodiyani . lalu kuperintahkan keduanya menuju Baqi’ untuk disalib di dua batang kayu, keduanya tawarraqa , maka manusia saat itu terfitnah oleh keduanya dengan fitnah yang lebih dasyat dari fitnah pertama...dst.”[183]

Suatu keyakinan kotor yang menyelisihi Kitab, Sunnah dan Ijma' kaum Muslimin ini di kalangan Syi’ah disebut dengan Roj'ah, mereka menganggap hari itu adalah hari dikumpulkannya jasad dan arwah atau serupa dengan Yaumul Hasr pada hari Kiamat. Roj'ah termasuk asas aqidah Syi’ah, mereka mendasarkan aqidah ini pada lebih dari seratus ayat dari Kitab yang mereka takwilkan tanpa dalil yang mendukung atau hujjah yang menguatkan. Bagi Syi’ah, orang yang tidak meyikini roj'ah maka ia tidak disebut Imam atau golongan mereka sama sekali. Oleh itu ,  Abu Bakar dan Umar RA bukanlah orang yang memiliki keimanan, tapi keduanya adalah fariq (sempalan) yang lain dengan dalil: Ijma' kaum Syi’ah seperti yang terdapat dalam kitab-kitab mereka bahwa keduanya akan dibangkitkan dan merasakan berbagai macam siksa di tangan Sang Pembangkit yang diutus untuk membalas dendam atas keduanya, menyalib, memukul mereka dengan cemeti dari neraka, membunuh keduanya seribu kali setiap hari dan menenggelamkan keduanya di laut seperti yang dilakukan Musa terhadap patung sapi lalu  membakarnya,  bahkan Ia juga membunuh orang-orang yang mencintai keduanya.

Orang yang membaca buku-buku do'a kaum Syi’ah akan mendapati buku-buku tersebut dipenuhi do'a-do’a kepada Sang Pembangkit agar mengeluarkan Syaikhani dan membalaskan dendam Ahli Bait Rasul SAW. Kebanyakan doa tersebut berbentuk sya'ir seperti :

 

            Wahai Hujjatullah,wahai makhluk terbaik

            wahai cahaya di kegelapan,

 wahai putra bintang kejora

            Aku berharap pada rabku

            tuk bisa melihat dua terlaknat

            dibangkitkan dari lahat

dengan mata telanjangku

            Seperti sabda Nabiku

            Tanpa keraguan ataupun syubhat

 Tuk disalib didua batang pohon

            Dan dibakar

            Saat itu....

            Hati manusia kan sembuh dari dendam

            Yang sekian lama mendekam

            Dan kesedihan berganti kegembiraan

 

            Menurut Syi’ah, masa penyaliban Abu Bakar dan Umar ini tidak hanya pada saat Raj’ah yaitu saat keduanya dibangkitkan di hari Kiamat saja melainkan keduanya di salib setiap tahun sesuai dengan riwayat dari As Sofar dan Al Mufid dengan sanad yang bersambung dengan para pendusta dari Isa Bin Abdillah Bin Abi Tohir Al Alwi meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya  Ia menceritakan Bahwa saat itu   Ia bersama Abu Ja’far Bin Ali Al Baqir di Mina untuk melempar Jumrah, lalu Abu Ja’far melemparkan beberapa batu, manakala tersisa lima batu beliau melemparkan tiga batu ke satu penjuru dan dua batu ke penjuru lainnya, maka kakekku bertanya,” Demi diriku menjadi tebusanmu, Sungguh engkau telah  melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan seorangpun. Aku melihatmu melemparkan beberapa jumrah, lalu engkau melempar lima sisanya, tiga ke satu penjuru dan dua ke yang lain?”. Beliau berkata,” Benar. Pada satiap musim dua orang fasiq yang telah merampas hak dibangkitkan, lalu keduanya dipisah di tempat ini. Tiada yang melihatnya selain Imam yang adil. Karena itu aku melempar yang pertama – Abu Bakar- dengan dua kerikil dan yang kedua – Umar- dengan tiga kerikil karena yang terakhir lebih buruk dari yang pertama”.

Beginilah, kaum Syi’ah seakan tak merasa berdosa setiap kali mehujamkan berbagai tuduhan kepada dua orang yang paling utama setelah para Nabi dan Rasul, Abu Bakr dan Umar. Dua wazir Nabi SAW yang telah diakui kedudukannya. Amirul Mukminin Ali bin  Talib pun telah bersaksi akan hal itu :

Dari Ibnu Abbas berkata,” Jasad Umar diletakkan diatas ranjang, maka manusia pun mengelilinginya  sebelum diangkat untuk dimakamkan,waktu itu tak satupun orang yang memperhatikanku, tiba-tiba seorang lelaki memegang pundakku yang ternyata beliau adalah Ali Bin Abi Talib, beliau mendoakan kerahmatan atas Umar dan berkata,” Sepeninggalmu tak seorang pun yang lebih aku sukai agar amalku serupa dengan  amalnya ketika berjumpa dengan Allah selain dirimu, demi Allah aku kira Allah akan mempertemukanmu dengan dua sahabatmu, aku telah banyak mendengar Nabi bersabda ,” Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar, Aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar” aku yakin AllAh akan menempatkanmu bersama keduanya”.[184]

Aqidah Raj’ah yang diyakini kaum Syi’ah ini sangatlah bertentangan dengan nash-nash Kitab maupun sunnah :

Terdapat beberapa ayat yang dengan jelas membatilkan keyakinan ini :

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu ), sehingga datang kematian kepada seseorang dari mereka dia berkata,” Ya tuhanku kembalikanlah (aku kedunia)

agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak sesungguhnya itu hanyalah perkatan yang diucapkan saja . dan dihadapan mereka ada sampai mereka dibangkitkan .(Al Mukminun 99-100)

Tinggal di alam barzakh hingga kiamat tiba adalah hal yang telah disepakati. Dan ayat ini telah memutus angan-angan untuk kembali kedunia, entah itu supaya bisa beramal baik atau sebaliknya.

Rabb Tabaraka wata’ala telah menjelaskan akan mustahilnya seseorang kembali kedunia dikarenakan adanya barzakh yang tak seorangpun bisa menembusnya, suatu batas diantara maut dan dan kebangkitan juga dunia dan Akhirat.

Ada beberapa hadits yang yang secara sharih menafikan raj’ah sebelum hari Kebangkitan akan tetapi terlalu panjang untuk mencantumkannya.

Akan tetapi karena ayat Qur’an ataupun hadits tak sedikitpun memberi pengaruh bagi orang Syi’ah, akan saya kumpulkan aqwal beberapa orang yang mereka anggap sebagai Imam tentang batilnya aqidah raj’ah, agar tampak kedustaan yang mereka nisbahkan pada mereka:

1.                                      Diantaranya: Amirul Mukminin Ali Bin Abi  Talib yang dalam beberapa riwayat mengkhabarkan akan mustahilnya seseorang kembali kedunia setelah mati. Seperti perkataan yang mereka  nisbahkan pada beliau dalam Kitab Syi’ah “ Tihajul Balaghah” :” Segeralah beramal, Dan takutlah akan ajal yang sekonyong-konyong. Karena kembalinya umur tak bisa diharapkan seperti kembalinya rizki”. Juga,” Diantara kalian dan surga tak ada sesuatu selain maut yang akan menjemput”,

 


[94] Diriwayatkan oleh ash-Shafar dalam Bashairud Darajah Al kubra hal. 412. Al Mufid fie Al Ikhtshas hal. 312

[95] As Saqifah, Sulaim bin Qs

[96] Nufatu Al Lahut, Al Kurky, q 6/alif 774/ba’.

[97] Al Baladu Al Amin, Al Kaf/amy hal.511.Al Misbah.hal 511. Nafhatu Al Nufhatu Al Lahut, Al Kurky., AL Kurky. Q 74/ba’. Ilmu Al Yaqin, Al Kasyani2/701. Fashlul Khitab, An nury At Tabrisi hal.221-222.

[98] idem

[99] idem

[100] Dhiya’u Ash Shalihin hal.513.

[101] idem

[102] Adz Dzari’ah , Agha Bazrak At Tahrani 8/192.

[103] Lihat : [103] Al Baladu Al Amin, Al Kaf’amy hal.511.Al Misbah.hal 551. Nafhatu Al Nufhatu Al Lahut, Al Kurky., AL Kurky. Q 74/ba’. Ilmu Al Yaqin, Al Kasyani2/701. Fashlul Khitab, An nury At Tabrisi hal.221-222. [103] Adz Dzari’ah , Agha Bazrak At Tahrani 8/192.Amalul Amal, Al Hur Al Amili 2/32.

[104] Al Baladul Amien hal.511-514. Al Mishbahu Al Jannah Al Waqiyah hal. 548-557.

[105] Ilmu l Ayqin 2/701-703.

[106] Fashlul Khitab hal.9-10.

[107] Miftahul Jinan hal.113-114.

[108] Shahifah Alawiyah hal.200.202

[109] Tuhfatul Awam Maqbul 213-214.

[110] Qaf 6/alif 74/ba’.

[111] Hal. 426.

[112] Qaf 26/alif.

[113] 4/356.

[114] Hal. 58. 133-134.

[115] Hal.113, 174, 226, 250, 290, 294, 313, 339.

[116] 2/95

[117] 221-222

[118] 1/219

[119] 1/219Al Mishbah, Al Kafamy ha’. Hal.552-554.

[120] Bukunya yang berjudul  Nufhatu Al Lahut Fie la’ni Jibt w At taghut khusus ia karang untuk melaknat Abu Bakar dan Umar, dau sahabat mulia inilah yang dimaksud dengan Jibt dan At Taghut ia sebutkan dalam buku ini bahwa Ali bin Abi Thalib berkunut dalm shalat witir melaknat dua ‘berhala Quraisy’. Lalu ia berkata : Yang dimaksud Ali adalah Abu Bakar dan Umar, telah kami sebutkan perihal disunahkannya  berdo’a atas musuh-musuh Allah dalam sholat witir.Nufhatu Al Lahut, Al Kurky. Qof.74/ba’.

[121] Mir’atu Al Uqul 4/356.

[122] Orang yang mengisyaratkan do’a untuk dua berhala Quraisy berkata,” Maksud dari dua berhala quraisy adalah dau orang yang dimakamkan bersama Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam .” Syir’atu At Tasmyah fie Zamani Al Ghaibah qaf 26/alif.

[123] Hal. 133-134.

[124] 2/95. Diantara yang ia katakan ,” Dua berhala Quraisy adalah Abu Bakar dan Umar……keduanya merampas  kekhilafahan setelah Rasulullah…”

[125] hal.9-10. Ia mengatakan seperti yang dikatakan Al Ha’iry.

[126] Qurratu Al Uyun , Al Kasyani hal.432-433.

[127] Muqadimah Al Burhan, Al Amily hal.133.

[128] Mereka mengakhiri do’a ini dengan ,” kemudian katakanlah empat kali,”Ya Allah azablah mereka denganazab yang Ahli nereka sekalipun memohon selamat darinya….”

[129] Al I’tiqodat, Al Majlisi, Qaf 17.

[130] Ilzamu An Nashib, Al Ha’iry.2/9.

[131] Istilah yang dipakai Syi’ah yang bermaksud salah satu dari dua Imam, Ja’far Ash Shadiq atau bapaknya Al Baqir.

[132] Disebut Imam Zamannya.

[133] Artinya: sampai pada Imam Zaman itu.

[134] Al Ushul min Al Kafi, Al Kulaini 2/389.

[135] Yang meriwyatkan As Shafar dan Al Kulaini dengan sanad keduanya. Basha’iru Ad Darjat Al Kubra, As Shafar hal.510-513.Ar Raudhah min Al Kafi, Al Kulaini hal. 347. Al Kharayij wa Al Jarayih, Ar Rawandi hal.127.Mukhtasar Basha’iru Ad Darajat. Hasan Al halyhal. 12.Kurratu Al uyun, Al Kasyani hal.433.Al Burhan Al Bahrani 1/48,4/216. Mir’atu Al uqul – Syarh Ar Raudhah-, Al Majlisi 4/347.Rajab Al Barsi ikut  meriwayatkan dan menambahkan Utsman bin Affan. Masyariqu Al Anwar.Rajab Al barsi hal.42.

[136] Mir’atu Al uqul – Syarh Ar Raudhah-, Al Majlisi4/347

[137] Lihat : Waq’atu As Sifin, Nasr bin Muzahim hal.102.Al Akhbar At tiwal Ad Dainury hal.1965.Syarh Nahju Al balaghah Ibnu Abi Al Hadid 11/92.Ad Darajah Ar Rafi’ah, Asy Syairazi hal.424.

[138] Al Haitsami berkata,” Diriwyatkan At Tabrani dan sanadnya hasan. Majma’u Az Zawa’id, Al Haitsami 11/22.

[139] An Nibz : Gelar, dalam Ash Shihah karangan Al Jauhary. Yang mereka maksud adalah menjuluki mereka dengan Ar Rafidhah ( Para pembangkang).

[140] Fadha’ilu Ash Shahabah, Imam Ahmad 1/441.

[141] Kitab An Nahyu ‘An Sabbi Al Ahshab Wa Mawarada Fihim  minal Itsmi Wal Iqob. Qof.4/ba’-6/alif.

[142] Minhaju As sunnah An Nabawiyah 1/11-12.

[143] Shahih Al bukhari, kitab Fadha’ilu Ashabi An Nabi bab. Hadatsana Al humaidi dan Muhamad Bin Abdullah…

[144] Firaqu Asy Syi’ah, Naubakhty hal.44.

[145] Ibnu Taimiyah berkata dalam Minhaju As Sunnah 1/13-14 :”Abul Qasim Al Bakly menyebutkan riwayat ini dalam menyanggah ibnu Rawandi…………….

[146] Dia adalah Al Ya’quby dalam tarikhnya 2/321.

[147] Tabaqat Ibnu Sa’ad 5/236.

[148] Ar Raudhah min Al Kafi. Al Kulaini hal.101.

[149] Al Intiqodhot Asy Syi’iyah,Hasyim Al Husaini hal. 497.

[150] Mir’atu Al Jinan, Al Ya’ifi hal.257.

[151] Al Ansab, Al Baladziri 3/241.

[152] Mir’atu Al jinan, Al Ya’ifi hal.257. Muruju Adz Dzahb, Al Mas’udi 3/220.. Raudhatu Al Jannat, Khawanisary 1/324.

[153] Al Jaza’iri, Al Ha’iri, dan Syibr –dari Syi’ah- meletakan nama Abu Bakar dan Umar sebagai ganti dari “ dau orang dari jabarati Quraisy.dan menyandarkan perkataan ini pada As Shadiq saja. Al Anwar An nu’aniyah, Al Jaza’iri 2/89. Ilzamu An Nasib, Al ha’iri 2/366-273.Haq Al yaqin, Syibr 2/10,25,28.

[154] Yang menukil darinya adalah Al Bahrani dalam Al Burhan 3/220.Lihat Al Iqadz minal Al  huj’ah, Al Hurry Al Amily. Hl 256-342.Al Anwar An Nu’maniyah , Al Jaza’iry 2/89.Ilzamu An Nasib, Al Ha’iry 1/81-82, 2/66-274-338. Haqqul yaqin, Syibr 2/10-25-28.

[155] As Shirat Al Mustaqim.

[156] Mukhtasar Basha’iru Ad Darajah hal.191.

[157] As Syi’ah wa Ar Raj’ah  hal.139.

[158] Al Burhan 3/220.

[159] An Anwar An Nu’maniyah 2/89.

[160] Ar Raj’ah hal 191.

[161] Ilzamu An Nasib, Al Ha’iry 1/81-82, 2/66-274-338

[162] Haqqul yaqin, Syibr 2/10-25-28.

[163] Perlu diketahui , mereka ini termasuk Syi’ah Mutaakhirin, setelah abad kesembilan Hijriyah sampai hari ini. Generasinya menukil dari para pendahulunya dan sepakat atas suatu kebohongan. Hal ini wajar karena  orang-orang tersebut menukil pendapat untuk menguatkan pendapat mereka. Sedangkan telah jelas bagimu wahai saudaraku, pecinta Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam bahwa membenci sahabat apalagi mencela mereka termasuk kaidah Syi’ah dan aqidah dasar  mereka maka janganlah engkau tertipu dengan kesepakatan mereka dalam menukil riwayat busuk ini yang kemudian mereka nisbahkan pada Imam-Imam mereka. Padahal mereka sama sekali suci dari apa yang mereka nisbahkan, karena Syi’ah adalah kaum pembohong dan dien mereka adalah kedustaan.

[164] Ar Raudhah minal Kafi, Al Kulaini hal 277

[165] Mir’atu Al uqul –Syarh Ar Raudah, Al Majlisi 4/277.

[166] Muqaddimah Al Burhan, A Amily hal.263-341

[167]. Qurratu Al uyun, Al Kasyani hal.432-433

[168]. Terdapat dalam Surat Al An’am 21-93, Surat Hud ayat 18, Surat Al Ankabut ayat 68

[169]. Az zubaidi menyebutkan dalam Luqatu Al Lali’ Al mutanatsirah fie al hahadits Al mutawatirah hal261-282 bahwa sebanyak 99 sahabat meriwayatkan hadits ini, diantaranya Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib. Ditakhrij oleh Bukhari da Muslim dan lainnya

[170]. Ikmalu AD Dien, Ash Shaduq hal.246.Lihat muqaddimah Al Burhan, Abi Hasan Al Amili hal 249

[171]. Syir’atu At Tasmiyah fie Zamani Al Ghaibah,Ad Damadi Al Husaini q 26/alif

[172] Seorang Sahabat yang wafat pada tahun + 100 Hijriyah. Lihat Al Isti’ab Ibnu Abdil Bar 4/115-118. Al Ishabah, Ibnu Hajar 4/113.

[173]..Menurut  Al Ahsa’i, Umar diganti dengan Ats Tsani hal. 130-133. Yang mereka maksud adalah Amirul mukminin Umar RA karena beliau adalah khalifah kedua setelah Ash shidiq.

[174] Dala’ilu Al imamah, Ibnu Rusum At Tabary hal.257-258. Lihat huliyatu Al Abrar, Hasyim Al Bahrani 5/594-606.Ar raj’ah, Al Ahsa’i hal 130-133.. Lihat juga Kitab-kitab An Nasiriyah  Al hidayah Al Kubra, Al husein bin Hamdan Al Khadiby hal 162-164

[175] Su’du As Sa’ud, Ibnu Tawus 116. Lihat buku-buku Nushairiyah : Al Laftu Asy Syarif riwayatu Al Mufdhil bin Umar Al Ja’fi hal164.

[176] Al Iqadh min Al Huj’ah, Al Hurr Al Amili hal.286-288. Muqadimah Al Burhan, Abi Al Hasan Al Amili hal.361. Ilzamu An Nashib, Al Ha’iri 1/81-82.

[177] Ikmalu Ad Dien, As Shaduq 626.

[178] Tafsir Al Ayashi 2/57-58. Al Burhan, AL Bahrani 2/81-83.. Biharu Al Anwar, AL Majlisi 13/188-189.

[179] Dala’ilu AL Imamah, Ibnu Rustum Ath Thabari hal.242. Ar Raj’ah, Ahmad Al ihsa’I hal. 128-129.

[180] Ikmalu Ad Dien, As Shaduq 392, Uyun Akhbar Ridha miliknya 1/58.Hulyatu Al Abrar, Hasyim Al Bahrani 2/652-676. Biharu Al Anwar, AL Majlisi 25/379,53/1-38, Haqqu Al Yaqin miliknya – farisi- 526. Al Anwar An Nu’maniyah, Al Jaza’iri 2/85. Muqaddimah Al Burhan, AL Amili hal. 360-362. Ar Raj’ah, Al Ihsa’I hal 182-200. Haqqu Al Yaqin 2/23. Ilzamu An Nashib, Al Ha’iri 2/262-337. Bayanu Ghaibah Hadhrata Imam Mau’ud, Muhammad Karala’I qaf 48/qaf55. Asy Syi’ah wa Ar Raj’ah, Thibsi hal. 139. Dawa’iru Al Ma’arif As Syi’iyah, Muhammad Hasan Al A’lami 1/350-351.

[181] Di sandarkan kepada beliau oleh AL Mufdhil bin Syadzan fie Kitab Ar Raj’ah seperti disebutkan Al Majlisi dalam Biharu Al Anwar 52/386.

[182] Ikmalu Ad Dien, Ash shaduq, 361.I’lamu Al wara

[183] Mukhtasar Basha’iru Ad Darajah, Al Haly hal.172-177. Al Iqadz min Al Huj’ah, Al huri Al Amily hal.286.

[184] Sahih Al Bukhari 5/77. Sahih Muslim 4/1859. masing-masing dalam kitab Fadhoilu As sahabah bab Fadhlu Umar

 

Islamic Media Ibnuisa
Kritik & Saran
Counter
HOME