Mufti Thaghut Adalah Thaghut

 Pertama dan terakhir kewajiban seorang Muslim adalah Tauhid; dan pilar pertama Tauhid adalah kufur bi thaghut, atau menolak thaghut. Tidak diragukan lagi, seseorang tidak bisa menjadi seorang Muslim kecuali dia menolak semua bentuk thaghut, apakah itu dalam bentuk konsep, objek nyata atau seseorang (seperti penguasa yang tidak menerapkan hukum Islam, atau ulama yang membolehkan apa yang Allah larang).

At-Thaghut telah didefenisikan oleh para Shahabat dan ulama terdahulu yang mengikuti Najhu us Salaf (di jalan orang-orang salaf) sebagai berikut: “Sesuatu yang disembah, ditaati, atau diikuti selain daripada Allah.”

Imam Malik bin Anas r.h. berkata:

“At-Thaghut adalah sesuatu yang disembah di samping Allah swt.”

(Diriwayatkan oleh Al-Jaami’ li Ahkam Al-Qur’an oleh Imam al-Qurthubi)

Imam Ibnu Qayim r.h. berkata:

“At -thaghut adalah seseorang yang menghormati seseorang melibihi batasan yang seharusnya, apakah seseorang itu menyembah, menaati atau mengikuti.” (Diriwayatkan dalam Thalaathatul Usul)

Syeikhul Islam, Muhammad bin Abdul Wahhab r.h. berkata:

“Dan Thaghut, secara umum, adalah sesuatu yang disembah selain daripada Allah, dan dia setuju untuk disembah, diikuti atau ditaati.”

(Risalatun fii Ma’naa at-Thaghut oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahaab)

Seseorang bisa menghabiskan separuh hidupnya untuk membicarakan Islam, Jihad, Haji, Shalat, Dakwah, Qur’an, Sunnah, Shiyaam dan sebagainya, tetapi jika dia tidak menolak thaghut ini tidak ada gunanya. Ini karena menolak thaghut adalah syarat pertama untuk menjadi Muslim. Ini mancakup bagian pertama dalam kalimat Tauhid: 

  1. Laa ilaaha (an-Nafie’ menolak thaghut dan Tuhan-tuhan palsu)

  2. Illallah (Al-Ithbaat’ menetapkan untuk beriman)

 At Takhalii qablat Tahalii adalah sesuatu yang sangat masyhur di antara ‘ulaama dan tullabul ‘ilm yang berarti: “manolak sebelum menetapkan”. Seseorang tidak bisa menetapkan beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasul-Nya, kitab-Nya sampai dia menolak semua bentuk kekufuran, syirik, bid”ah.

Kunci untuk memahami Kalimah Tauhid

 Allah swt. berfirman:

““barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus”“ (QS Al Baqarah 2: 256)

Memahami kalimah  adalah kondisi pertama dari Tauhid dan sebuah kewajiban bagi setiap kaum Muslimin. Allah swt. telah menginformasikan kepada kita pada ayat di atas bahwa hanya dengan menolak thaghut kemudian beriman kepada Allah, selanjutnya akan mencapai sukses di akhirat. Rasulullah saw. bersabda:

“Seseorang yang mati dan memahami laa ilaaha illaallah akan masuk surga.” (HR Muslim)

Selanjutnya, rahasia untuk memahami kalimat adalah dalam menolak thaghut. Ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi kita untuk mempalajari bagaimana cara untuk menolak thaghut “ jika kita ingin mempunyai pemahaman yang tepat untuk memahami Laa ilaaha illallah.

Bagaimana menolak Thaghut

Ada lima cara untuk menolak Thaghut: 

  1. Mendeklarasikan Thaghut itu Batil

 Cara pertama menolak thaghut memerlukan keyakinan  bahwa semua tawaghit adalah batal dan tidak berguna sedikit pun untuk ditaati atau pun disembah. Sebagian orang mungkin tidak menyembah thaghut, tetapi mereka tidak mempercayai bahwa itu adalah sesuatu yang salah secara mutlak. Thaghut adalah kufur sebagaimana seorang Muslim membutuhkan untuk percaya bahwa Islam satu-satunya yang benar sedangkan agama yang lain adalah salah, dan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang benar dan semua Tuhan yang lain adalah batil. Allah swt. berfirman:

“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud.”(QS Al Hajj 22: 62) 

  1. Menjauh dari Thaghut  

Allah swt. berfirman telah mengutus Rasul kepada seluruh umat manusia dengan risalah yang sama: menyembah dan menaati Allah semata, dan manjauhi thaghut:

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”  (QS An Nahl 16: 36)

Perintah untuk manjauh mempunyai implikasi yang besar daripada “tidak mendukung”. Ini karena sebuah perintah untuk menjauhi adalah lebih besar daripada perintah untuk tidak melakukan (dalam ushul fiqh). Seperti contoh, Allah swt. memerintahkan kita untuk menjauhi alkohol; untuk alasan yang lebih besar adalah tidak dibolehkan untuk membawa sebotol bir. Sama halnya dengan Allah memerintahkan kita untuk menjauhi thaghut. Jika mendekati thaghut saja tidak dibolehkan, apalagi untuk membiarkan seseorang untuk menjadi asistennya, sekutu, menteri ataupun mufti, selanjutnya, Rasulullah saw. bersabda:

“Siapa saja yang menyembah (menaati atau mengikuti) tawaghit adalah tawaghit.” (HR Muslim no. 182)

Berdasarkan hadits ini, kita bisa mengambil sebuah prinsip: seseorang yang menyembah, mengikuti, atau menaati thaghut adalah thaghut.

Dengan demikian, mufti thaghut adalah thaghut, sekutu thaghut adalah thaghut, pembantu thaghut adalah thaghut, pendukung thaghut adalah thaghut, menteri thaghut adalah thaghut, perwakilan thaghut adalah tahghut, polisi thaghut adalah thaghut, dan tentara thaghut adalah thaghut. Ini sangat mirip pada prinsip umum: “seseorang yang bersekutu dengan orang kafir adalah kafir” dan “siapa saja yang bergabung dengan tentara kafir adalah kafir.” (berdasarkan surah Al-Ma”idah : 51).

Umar bin Khattab berkata: “Thaghut adalah syaitan.” Untuk membuat prinsip di atas menjadi lebih mudah dipahami dan lebih tidak bisa disangkal. Istilah thaghut bisa diganti dengan syaitan. Bukanlah itu adalah kufur akbar, atau bahkan syirik, untuk menjadi mufti syaitan dari syaitan (yang bisa berbentuk jin dan manusia)? Bukankah itu murtad untuk bergabung dengan tentara atau polisi syaitan? Bukankah kufur untuk menjadi representatif dari syaitan? Hanya seseorang yang tidak mempunyai pemahaman yang baik saja tentang laa ilaaha ilallah yang akan menjawab tidak.

 Ini adalah sesuatu yang mengejutkan bagi orang-orang Murji’ah (orang yang memisahkan iman dari perbuatan) yang membuat beberapa keringanan untuk para mufti thaghut dan memberikan mereka “manfaat yang meragukan” tetapi tidak membuat sebuah keringan bagi ulama haq yang mempunyai walaa’ dengan kaum Muslimin dan mempunyai baraa’ah kepada Kuffar. Mereka menghabiskan berjam-jam untuk berbicara tentang “kabaikan” dari mufti thaghut dan orang-orang yang bersekutu dengan penguasa murtad, namun mereja tidak bisa menemukan sebuah hal baik pun untuk mengatakan tentang orang-orang yang menaati perintah Allah dan menjauhi thaghut. Pada puncaknya, mereka mempunyai keberanian untuk menyalahkan dan mengkritik orang-orang, mentakfir atas orang-orang yang membenarkan keberadaan thaghut, kemudian mendukungnya dengan membuat fatwa. Irjaa ini, penyimpangan dan kemunafikan perlu dihilangkan dari umat Muslim.Seseorang yang men-takfir kepada pendukung, mufti, atau menteri syaitan (thaghut) tidak akan pernah disalahkan oleh seorang Muwahid (seseorang yang memiliki tauhid yang lurus). 

  1. Mendeklarasikan kebencian kepada Thaghut  

Kita harus mendeklarasikan bahwa semua thaghut adalah musuh kita sebagaimana mereka adalah musuh-musuh Allah. Jika seseorang tidak mendeklarasikan bahwa mereka adalah batil, menjauhi mereka dan mendeklarasikan kebencian kepada mereka, berarti dia tidak menolak thaghut. Secara alami, jika seseorang memahami bahwa thaghut adalah musuhnya, dia tidak akan bersekutu dengannya atau menjadi mufti dari rezim kufur-nya. Allah swt. berfirman:

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja”“ (QS Al-Mumtahanah 60: 4)

Yaa Allah swt ! Berikanlah kerbekahanmu kepada Ibrahim a.s. dan juga atas keluarga Ibrahim! Sungguh mereka adalah Muwahidin yang benar, mereka menjauh dari thaghut dan mendeklarasikan kebencian terhadap mereka.

Anbiyaa’ dan Salihiin tidak mentolerir ulama untuk berada pada pintu penguasa tiran. Selanjutnya, tidak dibolehkan untuk berada di pintu penguasa thaghut yang telah bersekutu dengan orang-orang yang memerangi kaum Muslimin dan menolak syari’ah. 

  1. Membenci Thaghut  

Setelah kita mendeklarasikan thaghut adalah batil, menjauh darinya dan mendeklarasikannya untuk menjadi musuh kita, kita seharusnya kemudian membenci thaghut. Dalam Islam, tidak ada konsep “menyukai musuh”. Faktanya, ini telah dilarang untuk mencintai musuh kita dan melakukannya adalah sebuah kebodohan:

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja”.” (QS Al Mumtahanah 60: 4)

Adalah sesuatau yang dilarang untuk menunjukkan kecintaan atau rasa kasih kepada thaghut, atau pada tentara-tentaranya, pendukungnya, asistennya, mufti, mentri-mentrinya dan seterusnya.

  1. Mendeklarasikan thaghut adalah kafir (Takfir)

Setelah mendeklarasikan thaghut adalah batil, menjauhinya, mendeklarasikan kebencian kepada mereka dan membenci thaghut, seseorang kemudian harus men-takfir (menyatakan kafir) kepada thaghut (syaitan). Adalah sesuatu yang mustahil apabila thaghut itu muslim, karena thaghut adalah apa yang disembah atau ditaati selain daripada Allah.

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus”“ (QS Al Baqarah 2: 256)

Seseorang yang tidak mendeklarasikan Syaitan (Thaghut) itu kafir maka dia Kafir. Ini karena Allah swt. mendeklarasikan Syaitan itu kafir dalam Al-Qur”an. Lebih lanjut, Allah swt. juga mendeklarasikan seseorang yang menyembah thaghut adalah kafir :

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS An Nisa 4: 60)

Adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh syaitan untuk membuat kita menjadi kafir seperti mereka, dengan menggoda kita untuk mendekati thaghut yang seharusnya dijauhi. Selanjutnya ini menjadi esensi kepada kita untuk memahami Tauhid dan bagaimana cara untuk menolaknya, untuk menolak thaghut adalah kunci untuk memahami kalimat tauhid dan mencapai surga.

Mencari Ilmu dari Ulama Pemerintahan

Adalah sesuatu yang tidak baik untuk membaca buku-buku ulama pemerintahan, mufti thaghut atau Ulama yang berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah swt. Berfirman :

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS Huud 11: 113)

Siapakah orang yang lebih salah dari orang yang membela Syaitan atau orang-orang yang membuat keringanan atas ke-kufuran-nya? Jika seseorang tidak menolak thaghut (dalam realitas, tidak hanya secara teori) bagaimana bisa kita mempercayai dia untuk masalah dien kita? Tauhid adalah persoalan yang utama yang harus diperhatikan.

Semoga Allah swt. menunjuki kita untuk mengaplikasikan apa yang kita pelajari, bagi orang-orang yang tidak ingin seperti keledai yang membawa kitab :

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS Al Jumu”ah 62: 5)

Islamic Media Ibnuisa
PUSTAKA ISLAM
HOME


Ring ring