Chapter
3.7
3.7 Mirza Ghulam Tokoh Penjelmaan Lebih banyak lagi kita mengenal tumpukan pangkat, gelar maupun ibaratibarat yang dimiliki Mirza Ghulam Ahmad, maka kita akan lebih meyakini letak hakiki dari tokoh Ahmadiyah itu dalam sejarah Islam. Tidak lebih kalau kita mengumpulkan seluruh pangkat yang ada dalam sejarah kerohanian semua Agama, maka Mirza Ghulam Ahmad merupakan juara, baik sebagai kolektor maupun sebagai pemilik dari hasil-hasil koleksinya itu. Ia berkata tentang dirinya:
"Akulah hajar
aswad yang dimiliki bumi ini, aku dicium ummat
manusia guna memperoleh berkahnya."52
Selanjutnya Mirza mengaku sebagai khalifah akhir zaman,53
juga bergelar sebagai Guru Jagat54
yakni guru bagi seluruh ummat manusia. Karena sifatnya
yang meliputi, maka Mirza Ghulam Ahmad mengambil
langkah-langkah baru agar dapat memperoleh simpati dari ummat Hindu dan
Buddha. Untuk ini Mirza Ghulam berkata:
"Sebagaimana kita ketahui di negeri India, seorang nabi telah
lama pergi beberapa abad yang silam, yakni yang dikenal dengan nama:
Krishna. Ia juga dipanggil, Ruvaddar Gowpal,
si perusak sekaligus juga si pembangun, nama itu
semua juga diberikan padaku. Sejak waktu itu bangsa
Arya menanti-nanti kedatangan kembali sang Kreshna. Maka ketahuilah, aku
inilah Sang Kreshna. Tuhan telah memberi kabar padaku bahwa Kreshna
yang sedang dinantinantikan kedatangannya itu, tidak lain
adalah aku raja bangsa Aryan."55
Mirza Ghulam Ahmad menerangkan bahwa dari gelarnya sebagai Ruvaddar yakni si perusak tidak lain bahwa ia adalah orang yang akan membunuh musuhmusuhnya dengan dalih serta alasan-alasan yang kuat. Dengan pengertian yang demikian itu, maka Mirza Ghulam Ahmad telah merobah makna asal daripada kata-kata Ruvaddar atau sang Perusak sebagaimana yang terdapat dalam agama Hindu. Kedudukannya sebagai raja bangsa Aryan dan sekaligus sebagai Kreshna, menurut Ahmadiyah telah dinubuwatkan dalam kitab suci kaum Hindu, dimana dikatakan bahwa akan datang kelak seorang Autar yang mempunyai spirit dan martabat seperti Kreshna, atau sebagai buruz dari padanya, dan sudah dipastikan, demikian Mirza Ghulam, bahwa aku inilah sang Kreshna. Untuk lebih meyakinkan terhadap kedudukannya itu, putera Mirza, Bashiruddin M.A. pernah mengatakan bahwa Tuhan sendirilah yang mewahyukan pada Mirza bahwa ia adalah Kreshna. Antara lain Tuhan menurunkan wahyu:
"Engkau ya Mirza adalah Kreshna, namaku telah
dinyanyikan dalam kitab suci Gita."56 Peristiwa diatas tersebut, yakni turunnya wahyu pada Mirza sebagai sang Kreshna, mempunyai keistimewaan yang perlu digarisbawahi. Mulamula Tuhan sendirilah yang mengabarkan bahwa dalam kitab suci Gita pujian terhadap Mirza telah dinyanyikan. Dan yang menarik lagi bahwa wahyu di atas disampaikan pada Mirza Ghulam oleh Tuhan, dalam bahasa India. Maka tidak ragu-ragu lagi kalau orang-orang India akan meyakini kabar tersebut! Dengan kata lain, Mirza Ghulam Ahmad maupun puteranya dan alirannya ingin menunjukkan sikap berbaik hati dan bertoleransi bahkan telah beriman pula terhadap kitab suci kaum Hindu. Bukankah Tuhan Mirza alias Tuhannya ummat Islam, yang menyebut-nyebut "Gita," kitab suci orang-orang Hindustan itu? Apakah Ahmadiyah akan mengatakan bahwa Tuhannya Mirza juga menyebut-nyebut nama kitab suci golongan Kristen, yakni kitab Beibel untuk kepentingan Mirza Ghulam? Mungkin kalau Mirza Ghulam yang berkompromi dengan kaum Hindu, itu masih bisa diterima, akan tetapi kalau Tuhan yang berbuat demikian untuk diri Mirza, maka jelas sudah itu hanya suatu obrolan kosong. Lebih menarik lagi jika Tuhan sampai-sampai menurunkan wahyu pada Mirza dengan kata-kata:
"Engkau juga adalah Brahman Avatar, dan engkau adalah seorang
yang telah dinubuwatkan semua nabi-nabi. "57 Terus-menerus tiada henti-hentinya, Mirza Ghulam menyusun seluruh pangkat dan gelar-gelarnya. Ia juga seorang yang digelari Rahmat Mujassam, yakni rahmat untuk keluarga, rahmat untuk kawan, rahmat untuk musuh, rahmat untuk tetangga, pembantu-pembantu, peminta-peminta dan untuk ummat manusia.58 Rahmat (?) yang diberikan pada musuh, tetangga, dan ummat manusia oleh Mirza, akan merupakan cerita yang menarik dan sangat mengesankan. Selanjutnya Mirza Ghulam Ahmad dikenal juga sebagai Sultanul Kalam, yakni raja di raja penulis yang karya-karyanya tiada tolok bandingannya.59 Sebagai Sultanul-kalam, Mirza Ghulam ternyata memiliki mu'jizat bahasa Arab dan untuk ini ia mengajukan tantangan pada siapa saja yang berani menandingi keistimewaan bahasa Arabnya. Bashiruddin Mahmud Ahmad berkata:
"Tuhan telah mengkurniai Mirza Ghulam Ahmad ilmu bahasa Arab
yang luar-biasa, bahkan tidak dapat ditandingi sekalipun oleh mereka yang
empunya bahasa itu sendiri. Untuk menyebarluaskan
permaklumannya itu, ia telah
menulis dan menerbitkan bukubuku dalam bahasa Arab kemudian menantang
musuh-musuhnya, termasuk penulis-penulis di negeri
Arab, Mesir dan Syria, andaikata mereka ini masih
meragukan kedudukan Mirza Ghulam
Ahmad. Tentu saja jawaban atas tantangannya
harus denganb ahasa Arab pula.
Namun kalau dilihat pada karya-karya Mirza,
bagaimana keindahan sastranya,
syair-syairnya, dan kehebatan serta kepadatan
maknanya, maka tidak seorangpun yang akan
berani muncul sebagai penantangnya.
Buku-buku hasil karyanya itu sampai
sekarang masih ada, dan kami masih membuka front
bagi siapa yang berminat
menandinginya."60
Siapa pula yang berani menantang bahasa Arab Mirza Ghulam? Tidak
seorangpun yang menjawab tantangan itu! Bahkan, kata Ahmadiyah
melanjutkan, juga syed Rasyid Ridha yang pernah mendapat tantangan
itu, tidak berani menjawabnya.61
Apa sebab Mirza Ghulam Ahmad konon menguasai bahasa Arab tak
terkalahkan? Ahmadiyah menjawab:
"Perbendaharaan kata-kata beliau bertambah secara sangat ajaib, 40.000
kata dasar diperoleh Mirza Ghulam hanya dalam waktu satu malam saja! "62 Akhirnya Bashiruddin M.A. putera Mirza Ghulam itu, berkata:
"Kemu'jizatan
bahasa Arab Mirza Ghulam Ahmad, menyamai kemu'jizatan Al-Qur'an
ul-Karim. "63 Jika demikian kedudukan bahasa Arab Mirza Ghulam, maka ia benar-benar raja di raja pena. Apakah ia juga raja untuk bahasa Urdu, Parsi dan Inggris? Kita akan tahu kelak bagaimana contoh dari bahasa Arabnya Mirza Ghulam yang tak terkalahkan itu. Dan yang paling menarik dari kehebatan bahasa Arab Mirza Ghulam Ahmad, ialah sebagaimana yang diceritakan sendiri olehnya, bahwasanya segala yang diucapkan Mirza Ghulam adalah ayat-ayat suci yang diawali dengan Bismillahir-Rahmanir-Rahim, serta meyakini isi dari ayatayatnya sebagaimana meyakini ayat-ayat Al-Qur'anul Karim.64 Itulah ciri-ciri khasnya bahasa Arab Mirza. Masih meneruskan tentang pangkat-pangkatnya, dikatakan oleh Ahmadiyah maupun oleh Mirza sendiri, bahwa dari sudut tugas memperbaiki keadaan ummat dan membereskan masalah-masalah yang dipertikaikannya baik yang menyangkut Sunnah dan Hadits, beliau Mirza Ghulam Ahmad adalah Imam Mahdi.65 Kemudian dilihat dari sudut tugas menghadapi Dajjal dan fitnah-fitnahnya yang hebat di akhir zaman ini dan tugas menghadapi musuhmusuh Islam dengan keterangan-keterangan yang nyata dan tak terpatahkan, beliau adalah Al-Masih yang dijanjikan.
Perihal kedudukannya sebagai Al-Masih itu, oleh karena munculnya di
kalangan Islam, maka Mirza Ghulam Ahmad bergelar Al-Masih AlMuhammady,
sebab Al-Masih yang pertama, yakni Isa Al-Masih adalah AlMasih
Al-Israeli.66
Mirza Ghulam Ahmad ternyata masih menggosokgosokkan lampu aladinnya, atau
ia semacam lipan berkaki seribu, ambisinya untuk memiliki seluruh pangkat
kerohanian, masih disusunnya lagi. Dan inilah klimax dari cita-citanya.
Mula-mula ia mengaku sebagai Nabi, akan tetapi bukan Nabi yang membawa
syari'at melainkan sebagai Nabi Ummati, yakni nabi dari ummatnya nabi
Muhammad s.a.w. Sebagai nabi ummati, Mirza Ghulam bisa juga memakai
gelar-gelar seperti: nabi ghair tasy'ri', nabi buruzi, nabi zilli, nabi
majazi, nabi lughowi, yang kesemuanya hanya menunjukkan sebagai
bayangan atau pantulan atau nabi dari ummat nabi Muhammad s.a.w. Akan
tetapi karena Mirza memiliki lampu Aladdin, apa kehendaknya
pasti terkabul. Bahkan ternyata ia bukan saja sebagai nabi
bayangan tetapi sebagai nabi yang membawa dekrit dari Tuhan yang mungkin
disetarakan dengan syari'at. Last but not least, Mirza Ghulam ternyata mengangkat dirinya sebagai Rasul Allah dengan sekaligus memperolen sanjungan s.a.w. (sallallahu alaihi wasallam) .67 Apa lagi yang belum menjadi miliknya? Ternyata Mirza masih mengumpulkan lagi pangkat-pangkat yang luar-biasa. Ia harus menjadi segalagalanya. Ia berkata dengan bangga:
"Sesungguhnya
Allah telah memberiku semua nama-nama dari para
Nabi. "68 Yakni bahwa Mirza Ghulam Ahmad boleh dipanggil dengan panggilan namanama semua nabi.. Sesungguhnya, berkata Mirza Ghulam:
"Bukan saja, aku
ini dipanggil dengan nama Isa anak Maryam,
bahkan semua nabi baik nama mereka maupun
martabat mereka telah aku terima
dari Allah. Itulah sebabnya sebagaimana yang
dijanjikan Tuhan dalam Baraheen
Ahmadiyya, aku ini adalah Adam, aku Nuh, aku Ibrahim, aku Ishaq, aku
Ya'kub, aku Ismail, aku Musa, aku Daud, aku Isa, anak Maryam, dan aku
Muhammad dalam arti buruznya. "69 Dengan martabat para nabi yang ia miliki itu, maka Mirza Ghulam Ahmad sanggup menonjolkan beberapa mu'jizat dari para nabi, maupun mengalami beberapa peristiwa seperti yang dialami mereka.
Satu nama lagi
yang ia terima dari Tuhannya ialah: Abdulkadir, entah untuk
panggilannya itu ia sejajar dengan sayidina Abdulkadir Jaelani, atau
Abdulkadir yang lain, kurang jelas.70 Demikianlah cerita tentang nama, pangkat gelar dan kedudukan yang dimiliki Mirza Ghulam Ahmad. Dan sekedar untuk menyegarkan pikiran, inilah keseluruhannya itu: Mirza Ghulam Ahmad adalah kibriti ahmar, hajar aswad pelindung telur Islam, penjaga kebun Allah, bulan purnama, satu Nur, Guru Jagat, Fadhlan kabiran, Rahmat Mujassam, Sultanul kalam, Raja Aryan. Mujaddid, Mujaddid Akbar, Khatamul Aulia', Khatamul Khulafa', Imam Zaman, Imam Mahdi Al-Ma'hud, Hakim yang adil, Al-Masih Al-Mauud, nabi buruzi, nabi dengan dekrit Tuhan, Rasul Allah s.a.w., Abdulkadir, Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Ya'kub, Ishaq, Daud, Ismail, dan semua nabi. Aku adalah Kreshna, Brahman Avatar, dan aku adalah Kodrat Tuhan yang berjasad.71 Perihal akhlak dan perangainya maka Mirza Ghulam Ahmad adalah: Seekor singa jantan yang tampil ke depan, pemaaf, penutup kekurangan orang lain, pemurah, setia, rendah hati, sabar, syukur, memadakan yang ada, pemalu, tunduk mata, menjaga diri dari segala keburukan, rajin, mencukupkan dengan yang dapat, tidak suka formalitas, sederhana, menyayangi, adab Ilahi, adab Rasul, dan orang-orang suci Agama, pendamai, tidak suka berlebih-lebihan, suka melaksanakan kewajiban, suka memenuhi janji, terampil, bersimpati, suka menyebar agama, mendidik, indah dalam pergaulan, pengamat harta, berwibawa, kesucian, periang, penyimpan rahasia, ghairat, ihsan, pemelihara martabat orang, baik sangka, bersemangat, ulul'azam, penjaga-diri, tenang berpikir, menahan amarah, menahan tangan dan lisan dari perbuatan lancang, berkorban, waktunya selalu penuh, mengatur perkembangan ilmu dan ma'rifat, pencinta Tuhan dan RasulNya, pengikut Rasul yang sempurna, mempunyai daya tarik magnitis, satu daya penarik yang ajaib disegani, berbakat kecintaan, katanya mengesankan, doanya makbul.72
Itulah Mirza
Ghulam Ahmad, tidak ada satu kekurangan lagi bukan? Itulah
keinginannya dan untuk itulah puteranya maupun pengikut-pengikutnya
percaya tanpa reserve. Siapa yang tidak percaya dan tidak mengakui sebagai
Imam Zaman dimana tercakup kenabian dan kerasulannya, maka matinya mati
jahiliyah of mati kafir.73
|
Islamic Media Ibnuisa Kritik & Saran INDEX UTAMA |