4. KHOTBAH YESUS DI BUKIT
--------------------------
Khotbah Yesus di bukit merupakan rumusan ajaran Yesus.
 
Ada dua saduran  dari  tabligh  ini,  satu  di  Kitab  Injil
karangan  Matius  dan yang satu lagi di Kitab Injil karangan
Lukas.  Kedua  saduran   ini   tidak   sama.   Periksa   dan
bandingkanlah MATIUS 5, 6 dan 7 dan LUKAS 6: 17 - 49.
 
Sebagaimana  diketahui  Yesus  berbahasa  Aramea, dan naskah
ajarannya dalam bahasa ini sudah tidak ada lagi, dan menurut
para  sarjana  tidak mungkin ditemukan lagi. Dapat dikatakan
bahwa  naskah  itu  adalah  Injil  Yesus  yang  asli,   yang
tersimpan  oleh  saudaranya  se-ibu, Yakub, Ketua Jemaat, di
mihrab Mesjid Al-Aqsa di  Yerusalem.  Pada  tahun  62  Yakub
terbunuh   atas   perintah   Ananas,   Imam   Besar  Yahudi.
Pemberontakan (67-70) melawan orang Romawi  berakhir  dengan
dibumi-ratakannya Yerusalem.
 
Perlu ditekankan bahwa pengikut sejati dari ajaran Yesus ini
adalah dari pada  Bani  Israil  (Yahudi).  Mereka  dinamakan
"Nazoreans  (Nazarenes,  Nasarah)" taat kepada syari'at Nabi
Musa a.s., percaya bahwa Yesus, putera  gadis  Mariam  a.s.,
adalah  Al-Masih. Mereka merupakan suatu jemaat, suatu sekte
tasawuf yang mirip sekali, menurut hasil  penyelidikan  Dead
Sea   Scrolls,   dengan  tarekat  kaum  Essi.  Mereka  tidak
bergereja dan bukan Kristen, bahkan dikafirkan kemudian oleh
kaum  mualaf  Nasrani yang mendewakan Yesus laksana "Penebus
Dosa."
 
Kitab Injil  yang  katanya,  karena  tiada  bukti,  karangan
Matius  tersiar  kira-kira  pada  tahun  79. Matius (Ibrani:
Mattihyah; artinya "anugerah Ilahi"),  putera  dari  Alpius,
seorang  Yahudi yang berbahasa Aramea (semula pemungut cukai
dari  Kapernaum)  adalah  hawari  (discipel)   dari   Yesus.
Autograph dalam bahasa Aramea dari karangannya yang kemudian
disebut Injil, tidak  ada  lagi.  Hanya  ada  codices  dalam
bahasa   Griek-Koine,   yaitu   bahasa  Yunani  sehari-hari,
salinan-salinan dari yang lain-lainnya.
 
Tidak diketahui siapa penterjemahnya dan para penyalinnya.
 
Adapun Kitab Injil yang katanya, juga tiada bukti,  karangan
Lukas  ini  tersiar kira-kira antara tahun 145 - 155. Lukas,
seorang Griek mualaf yang  tidak  berbahasa  Aramea,  adalah
dukun  dan teman jalan dari Paulus. Lukas tidak kenal Yesus.
Autograph dari tulisannya yang kemudian disebut  Injil,  pun
tidak    ada.    Hanya    terdapat    salinan-salinan   dari
salinan-salinan yang berlain-lainan. Siapa para  penyalinnya
tidak diketahui pula
 
Dari  kedua  saduran tersebut dapat dinilai betapa tingginya
ajaran akhlak dari Yesus.
 
Perlu kiranya  diterangkan  di  sini  bahwa  menurut  segala
kamus,  Tuhan  adalah God dan Heer adalah Tuan. Dalam Bijbel
naskah Belanda dan  Inggris  disebut  Heer  dan  Lord,  akan
tetapi  dalam  naskah  Indonesia diterjemahkannya Heer, Lord
dengan Tuhan; hingga bila diterjemahkan kembali menjadi God;
hal  mana  menyesatkan pembaca dan meng-ilahkan Yesus. Tidak
disebutnya God Jezus,  tetapi  Heer  Jezus,  yaitu  Sayidina
(Tuan Kami) Isa. Jelaslah pula dengan kata Bapaku dan Bapamu
dimaksudnya Allah, tanpa perbedaan antara  kedua  Bapa  itu.
Yesus  sendiri  menyebut  dirinya  Anak  Manusia. Ketahuilah
bahwa dalam bahasa-bahasa Semit, tidak dikenal huruf  besar,
huruf kapital (hoofdletter)
 
Pendeta Dr. A.P. Davies menguatkan apa yang tersebut di atas
di dalam bukunya "The First  Christian"  pada  halaman  128,
begini:  "Menurut  pendapat  banyak  scholar, satu dari pada
sebab-sebab yang utama dari  perubahan  status  Yesus,  dari
Masih  Yahudi  hingga  menjadi Pembebas alam-dunia, terletak
pada penggunaan istilah "Lord."  Dalam  bahasa  Ibrani  kata
ADONAI  cuma  berarti  Yehovah,  Tuhan  yang  Satu  dan yang
Satu-satunya, dan Yesus tidak mungkin  disebut  Lord.  Dalam
bahasa  Aramea (MARAN) sudah mulai ada suatu perubahan. Para
dewa pembebas Suria  adalah  "lords."  Dalam  bahasa  Yunani
(KURIOS),  kata ini pasti mempersamakan Yesus dengan seorang
dewa - pembebas  seperti  lord-lord  lain  dari  agama-agama
mystery.  Bukannya  kata  "kurios"  diperuntukkan  khas guna
maksud ini. Kata "kurios"  dapat  dipersamakan  dengan  kata
"sir"  dalam bahasa Inggris. Tetapi kalau kata itu digunakan
tentang Caesar atau tentang seorang dewa pembebas,  maknanya
menjadi  agung.  Kata  itu tentu dapat dipakai tentang Yesus
dalam arti yang lebih tinggi sesudah ia ditablighkan  kepada
orang;  kalau  tidak  Yesus  akan lebih direndahkan dan pada
kedudukan dewa-dewa Attis, Tammuz atau Osiris. Sesudah  kata
itu  dipakai  bagi  Yesus,  maka beliau, tidak mungkin lain,
memperoleh beberapa tabiat dari para dewa-pembebas.
 
Ide tentang pembebas sebagai Putera Tuhan sudah ada beberapa
abad  sebelum Paulus, pada agama Hellenic (Griek Kuna), pada
Gnosticism, pada gerakan Hermetic. Concept Ibunda Tuhan yang
kini  dihubungkan  dengan  Maria, Ibu dari Yesus, telah jauh
berkembang pada dewi Isis, Cybele  dan  banyak  lagi  "mater
dolorosas" lain.
 
Dodd  dalam  studinya  yang tersohor tentang istilah-istilah
dalam bahasa Ibrani dan Yunani dari Wasiat  Lama,  memeriksa
kata-kata seperti 'God," 'Law," "Sin," "Atonement," "Faith,"
dan memperlihatkan bagaimana maknanya berubah  kalau  Ibrani
diganti dengan Yunani.

Islamic Media 2008
Kritik & Saran
Counter
INDEX UTAMA

XtGem Forum catalog