Lamborghini Huracán LP 610-4 t

Pengantar Kata

<<Sebelumnya

Selanjutnya>>

Oleh : Armansyah
 

Allah Swt telah menentukan bahwa kesadaran manusia datangnya berangsur, bertahap sesuai dengan perkembangan peradaban yang Dia tetapkan lebih dahulu.
Dalam kalangan Scientist terdapat suatu kesimpulan bahwa apa yang telah dikatakan benar, sesungguhnya belumlah mutlak benar. Sesuatu hal adalah benar menurut anggapan relatif disuatu jaman karena pada periode berikutnya terdapat bukti yang memperbaiki kebenaran bermula, hingga apa yang kemarin telah benar, kini harus dirubah lagi, dan besok mungkin disempurnakan lagi.

Karenanya, kebenaran ilmiah bukanlah kata akhir, dia hanyalah tahap baru yang pernah dicapai dalam suatu waktu untuk memperoleh pengertian. Tingkat keberhasilan dari pencaharian ini harus selalu diukur dengan tahap persetujuan antara pernyataan dan kenyataan tentang sesuatu. Kebenaran ilmiah barulah mewakili ataupun memperlihatkan kesanggupan yang telah dicapai disuatu jaman. Dia tidak berkuasa untuk menentukan ramalan penyelidikan selanjutnya dalam lapangan tertentu yang sehubungan dengannya.

Perubahan dan peningkatan demikianpun terdapat dalam pengetahuan tentang hukum agama diantara masyarakat ramai. Namun apa yang terkandung dalam AlQur'an telah mutlak benar karena dia bukan karangan manusia, tetapi diturunkan oleh Allah yang menentukan perkembangan peradaban tadi.

Karena AlQur'an itu dinyatakan berfungsi sampai keakhir jaman, tentulah banyak sekali pokok ilmu yang masih asing bagi manusia abad 14 Hijriah. Sebab itu, bukanlah suatu keanehan bilamana kesadaran manusia abad 15 lebih meningkat daripada generasi sebelumnya tentang rangkaian ilmu yang terkandung dalam AlQur'an.

Dalam hal pentafsiran, kita tidak bisa terpaku hanya kepada penafsiran atau penterjemahan AlQur'an yang sudah ada saja, sebab seiring dengan perkembangan tata bahasa dan pengertian, maka akan banyak pula istilah-istilah yang lebih tepat didalam pengartian suatu ayat.

Dalam berbagai tulisan para ahli tafsir modern, akan dijumpai berbagai keberatan terhadap pendapat para ahli tafsir klasik, hal yang sesungguhnya memperkaya pendapat yang telah ada. Yang pertama dan yang paling banyak adalah postulat gerakan pembaharuan yang berpendapat bahwa setiap orang diperkenankan mengungkapkan makna kitab suci. Karenanya penafsiran AlQur'an bukan monopoli para imam dan mudjtahid (pemimpin agama dan pemegang wewenang tertinggi dalam bidang hukum).

Bahwa AlQur'an seharusnya dipandang sebagai sumber dari segala keilmuan, tidak perlu kita permasalahkan lagi. Banyak kaum intelegensia Muslim yang mengungkapkan bagaimana penemuan-penemuan ilmiah yang paling mutakhir sekalipun ada diungkapkan dengan bahasa simbolik dalam Al Qur'an.

Secara apriori mengasosiasikan Qur-an dengan Sains modern adalah mengherankan, apalagi jika asosiasi tersebut berkenaan dengan hubungan harmonis dan bukan perselisihan antara Qur-an dan Sains. Bukankah untuk menghadapkan suatu kitab suci dengan pemikiran-pemikiran yang tidak ada hubungannya seperti ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang paradoks bagi kebanyakan orang pada jaman ini?

Sesungguhnya orang yang membaca AlQur'an secara teliti dalam upaya memahami bagaimana pendiriannya terhadap Sains, ia akan mendapatkan sekumpulan ayat-ayat yang jelas, terbentang menurut empat bagian yang semua aspeknya mengarah kepada masalah ilmiah.

  1. Masalah-masalah yang berkaitan dengan hakikat Sains dan arah serta tujuannya mengenai apa yang dapat diketahui dengan filsafat  Sains dan teori makrifat.  

  2. Metode pengungkapan tentang hakikat-hakikat ilmiah yang  bermacam-macam.  

  3. Menampakkan sekumpulan hukum-hukum dan peraturan-peraturan dilapangan Sains yang bermacam-macam, terutama fisika, geographi dan ilmu hayat.  

  4. Menghimbau agar mempergunakan hukum-hukum dan  peraturan-peraturan tersebut.

Semua ayat AlQur'an itu diturunkan mengandung hal-hal yang logis, dapat dicapai oleh pikiran manusia, dan AlQur'an itu dijadikan mudah agar dapat dijadikan pelajaran atau bahan pemikiran bagi kaum yang mau memikirkan sebagaimana yang disebut dalam Surah Al-Qamar ayat 17 :

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?"
(QS. 54:17)

"Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Kitab kepada mereka, Kami jelaskan dia (kitab itu) atas dasar ilmu pengetahuan; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."
(QS. 7:52)

Surah 3, Ali Imran ayat 7 menyatakan bahwa AlQur'an terbagi atas dua babak : Muhkamat dan Mutasyabihat
Yang Muhkamat adalah petunjuk hidup yang mudah dimengerti yang terdapat didalam AlQur'an, termasuk didalamnya masalah halal-haram, perintah dan larangan serta hal-hal lainnya dimana ayat-ayat tersebut dapat dipahami oleh siapa saja secara gamblang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran yang berat.
Sedangkan Mutasyabihat adalah hal-hal yang susah dimengerti karena berupa keterangan tentang petunjuk banyak hal yang mesti diteliti dan merangkaikan satu sama lain hingga dengan begitu terdapat pengertian khusus tentang hal yang dimaksudkan, termasuk didalamnya adalah dapat diungkapkan melalui kemajuan teknologi dan cara berpikir manusia.

Seandainya AlQur'an itu seluruhnya muhkam, pastilah akan hilang hikmah yang berupa ujian sebagai pembenaran juga sebagai usaha untuk memunculkan maknanya dan tidak adanya tempat untuk merubahnya. Berpegang pada ayat mustasyabih saja dan mengabaikan ayat Muhkamat, hanya akan menimbulkan fitnah dikalangan umat.
Juga seandainya AlQur'an itu seluruhnya mutasyabihat pastilah hilang fungsinya sebagai pemberi keterangan dan petunjuk bagi umat manusia. Dan ayat ini tidak mungkin dapat diamalkan dan dijadikan sandaran bagi bangunan akidah yang benar.

Akan tetapi Allah Swt dengan kebijaksanaanNya telah menjadikan sebagian tasyabuh dan sisanya mustayabihat sebagai batu ujian bagi para hamba agar menjadi jelas siapa yang imannya benar dan siapa pula yang didalam hatinya condong pada kesesatan.

Cukup banyak selama ini orang yang mencoba menguak sisi keilmiahan dari AlQur'an dengan mengandalkan ayat-ayat yang bersifat mutasyabihat semata, namun tidak jarang pula akhirnya mereka malah terjebak didalam pemahaman mereka sendiri akibat berbenturan dengan hal-hal yang memang non-ilmiah yang terdapat didalam AlQur'an, sehingga pengungkapannya seringkali berkesan rancu dan dicocok-cocokkan guna mendukung teori mereka.

Sesungguhnya Tasyabuh yang terdapat dalam AlQur'an itu ada dua macam :

  1  Tasyabuh hakiki     ialah tasyabuh yang tidak mungkin dapat dimengerti oleh manusia,     seperti mengenai hakekat sifat-sifat Allah Azza wa Jalla,     meskipun kita tahu makna dari sifat-sifat itu, tetapi kita tidak     mengerti hakikat dan kaifiyatnya.
    Dalam hal ini Allah telah berfirman : "...sedang ilmu mereka     tidak dapat meliputi ilmu-Nya."
(QS. 20:110)
  2  Tasyabuh nisbi     Ialah tasyabuh bagi sebagian orang tetapi tidak demikian bagi     sebagian lainnya. Orang-orang yang mendalam ilmunya ataupun orang     yang mempelajari ilmu pengetahuan bisa mengetahui tasyabuh     seperti ini, namun sebaliknya, orang-orang yang tidak memiliki     pengetahuan ataupun mendalam ilmunya tidak dapat mengetahuinya.

    Tasyabuh macam ini dapat diungkap dan dijelaskan, karena didalam     AlQur'an tidak ada yang tidak jelas maknanya bagi siapa saja yang     mau mendalaminya.
    Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :     "(AlQur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan     petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS.     3:138)

Pengertian harakah (gerakan) dalam Islam berbeda dengan apa yang diungkapkan sebagian doktrin dan agama lainnya. Pengertian ini timbul sebagai asas dari keselarasan antara pasangan-pasangan ini : Material dan Immaterial, fisika dan metafisika, bumi dan langit, ilmu dan iman, manusia dan Allah. Hilangnya salah satu ujung dari ujung-ujung perseimbangan ini akan memisahkan agama Allah dari kemampuan untuk bergerak dan menyebar.

Disini celah-celah pembicaraan mengenai pendirian dari Sains, tampaklah kerapatan hubungan tersebut secara kokoh, yaitu kerapatan hubungan antara AlQur'an dan hakikat Sains serta sumbangsihnya. Namun ini tidak menghalang-halangi kita untuk memandang bagian-bagian yang sarat akan setiap hakikat Qur'aniah yang bersumber dari Ilahi, dan tidak bisa dinamai -secara metaphoris atau figuratif- hakikat ilmiah yang bersumber dari manusia. Karena disana ada garis pemisah dilihat dari segi berubah-ubahnya kedua sumber ini, yaitu garis pemisah yang terbentang diantara ilmu Ilahi dan ilmu Basyari (manusia).

Ilmu Ilahi yang memberi kita sebagian pemberiannya dalam AlQur'an itu berisi hakikat-hakikat dan penyerahan-penyerahan yang mutlak. Sesuatu yang batil tidak datang dari depannya dan tidak pula dari belakangnya, yaitu ketika pemberian-pemberian ilmu Basyari menjadi tertahan oleh relativitasnya, kekacauannya dan perubahannya.
Dalam ilmu Basyari tiada hakikat final. Para ilmuwan sendiri -setelah melalui eksperimen dengan segala perlengkapannya- berkesudahan sampai kepada hasil ini bahwa pemberian-pemberian Sains hanyalah kemungkinan-kemungkinan belaka, kadang salah kadang tepat, dan penyingkapan-penyingkapannya adalah penyifatan bagi yang tampak, bukan interpretasi baginya.

Allah mengajarkan bahwa isi AlQur'an itu tidak lain dari fitrah manusia, petunjuk bagi manusia untuk mengenal dirinya dan lingkungannya. Sayangnya umat Islam selama ini cenderung lari dan mengingkari kefitrahan yang dimaksudkan oleh AlQur'an itu sendiri. Kaum muslimin tidak lebih mengerti AlQur'an ketimbang orang diluar Islam sendiri. Agama Islam menjadi asing dalam lingkungannya sendiri, tepat seperti yang disabdakan oleh Rasulullah.
AlQur'an mengajarkan bahwa tiada iman yang tidak diuji, karenanya kaum Muslimin harus mempersiapkan diri menghadapai ujian Allah yang sangat berat sekalipun. AlQur'an juga mengajarkan bahwa ia merupakan petunjuk yang sebaik-baiknya untuk membina kehidupan umat, itulah kewajiban kaum Muslimin untuk membuktikan kebenarannya ! Bukan kewajiban Allah untuk membuktikan kebenaran firmanNya ! Sebab firman itu benar dengan sendirinya.

Dengan modal kejujuran, kita bisa membaca sikap kita selama ini: meminta, menuntut agar Allah membuktikan kebenaran firmanNya ! Karena kita tidak mengerti apa makna ajaran Allah !
Coba anda belajar pada orang Jepang tentang ilmu membuat mobil dan orang Jepang akan memberikan buku serta rumus-rumusnya. Tugas anda adalah untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu yang anda terima dari Jepang, dan bukan menagih agar orang Jepang membangun industri mobil di Indonesia dengan ilmu-ilmu mereka itu, serta bukan pula dengan jalan menghapalkan dengan melagukan ilmu-ilmu membuat mobil itu saja dengan harapan anda akan menjadi pintar dengan sendirinya sehingga tiba-tiba anda bisa menciptakan mobil tersebut dengan sim salabim!

Begitulah AlQur'an, sebagai satu sarana untuk menghadapi ujian Allah tentang keimanan, kita harus belajar, belajar, berjuang dan berjuang agar kita bisa merealisasikan kebenaran ayat-ayat itu. Memang tidak mungkin jika ilmu Allah termuat dengan rinci dalam AlQur'an, karena AlQur'an sendiri sudah mengkiaskan bahwa ilmu Allah itu tidak bisa dituliskan dengan tinta sebanyak air dilautan sekalipun.
AlQur'an hanyalah satu petunjuk yang menunjukkan bahwa Ilmu Allah terdapat dimana-mana, diluar dan dalam diri manusia itu sendiri. Suatu petunjuk yang sempurna yang harus dikaji dengan otak, perasaan dan logika pengetahuan. Bukan sekedar menagih kepada Allah untuk merealisasikan janjiNya !

Dengan penuh kerendahan hati dan bermodalkan kemampuan yang pas-pasan , baik dalam berpikir maupun pengetahuan, saya disini mencoba untuk ikut menguak sedikit ilmu yang terkandung dalam kitabullah ini dengan berdasarkan pada surah 9:122 dibawah ini:

"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu keluar semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama ? dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya ?"
(QS. 9:122)

Dalam mengemukakan pendapat dalam rangka menggali ilmu agama yang terkandung dalam AlQur'an, saya tidak memisahkan antara sesuatu yang ilmiah dan yang non-ilmiah, muhkamat dan mutasyabihat, semuanya coba saya satukan, sebagai suatu hal yang memang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam agama, sebab salah satu pokok keimanan kita adalah mempercaya hal-hal ghaib yang memang tidak dapat kita lihat seperti ayat 2:3

"Mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
(QS. 2:3)

"Dia-lah yang menurunkan Kitab (AlQur'an) kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi AlQur'an dan yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah /perselisihan/ dan untuk mencari-cari pengertiannya, padahal tidak ada yang mengetahui pengertiannya melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya . Katakanlah:"Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang mau memikirkan."
(QS. 3:7)

Namun demikian, bukanlah saya ini hendak berkata sombong bahwa saya termasuk orang yang berpengetahuan atau mendalam ilmu dibidang agama sehingga bisa membedah-bedah AlQur'an sekehendak hati saya, sama sekali tidak ada terbesit dalam hati saya untuk yang demikian.
Semua ini saya lakukan hanya sebagai hasil dari olah pemikiran saya terhadap apa yang saya pelajari dari AlQur'an, Sunnah Rasul, dan ditambah dengan berbagai pendapat para ulama dan kaum cendikiawan untuk selanjutnya sebagai hasil akhir kajian saya ini saya serahkan kepada anda semua untuk melakukan penilaian dan menjadi bahan pemikiran dari pendapat yang saya kemukakan ini.

Didalam beragama, saya tidak mempermasalahkan mahdzab apapun yang dipergunakan oleh orang lain didalam Islam, bagi saya, selama orang itu memiliki dalil dan dasar hukum yang dapat dijadikannya sandaran dari keyakinannya itu, adalah syah-syah saja.
Islam terlahir "TIDAK dengan bermahdzab", Islam adalah satu. Tidak ada Islam Hanafi, Islam Hambali atau Islam Syafe'i. Bahkan 'Islam Muhammad' pun tidak pernah ada, apalagi Islam Ahmadiyah ! Islam adalah agama Allah, agama yang berdasarkan fitrah manusia dan agama yang diturunkan kepada semua Nabi dan Rasul sebelumnya.

Islam bukanlah agama yang penuh misteri, yang hanya dapat dimengerti oleh sekelompok jemaah. Rasulullah Muhammad Saw tidak meninggalkan dunia yang fana ini kecuali setelah ia menyampaikan amanat dan menunaikan risalahnya. Rasulullah kemudian meminta para pengikutnya dan semua sahabat-sahabatnya untuk menyebarluaskan dan menyampaikan ajaran-ajaran Ilahi yang telah mereka peroleh darinya.
Seluruh umat Islam bertanggung jawab untuk menyampaikan dan menyebarluaskan risalah Islam. Tidak ada perbedaan, kecuali perbedaan kadar dalam memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul. Dan tidak ada seorangpun yang memperoleh izin khusus /sekalipun dia memiliki kemampuan dan pengakuan yang tertinggi dalam bertabligh/ untuk dapat menghalalkan yang diharamkan Allah, atau mengharamkan yang telah dihalalkanNya.

Dan janganlah kamu mengatakan dusta terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu: "ini halal dan itu haram", untuk kamu ada-adakan kebohongan atas nama Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan dusta atas nama Allah tiada akan bahagia.
(QS. 16:116)

Allah sangat membenci perpecahan, marilah kita semua saling rangkul merangkul, bahu membahu didalam menghadapi serbuan para musuh-musuh Islam dengan semangat persatuan dan ukhuwah Islamiah yang berpedomankan kepada AlQur'an dan Sunnah Rasul serta membuktikan bahwa Islam adalah memang yang terbaik dan agama yang diridhoi oleh Tuhan.

Allah Yang Pengasih Penyayang, dengan namaNya dimulai tulisan ini semoga diberkahi dan dibimbingNya menurut keridhoanNya serta berguna untuk peradaban masyarakat ramai, khususnya untuk saudara-saudaraku umat Islam dan bagi para penuntut ilmu dan kebenaran dari berbagai disiplinnya, termasuk para alim ulama dan cendikiawan muda.
 

<<Sebelumnya

Selanjutnya>>

Islamic Media 2008
Kritik & Saran
Counter
INDEX UTAMA