Polaroid

Uraian Penutup

<<Sebelumnya

Selanjutnya>>

Allah, segala puji bagi-Nya. Dialah yang awal dan yang akhir, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Berkuasa penuh atas langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya.
Allah, Maha pengasih dan Maha penyayang kepada umatNya. Bijaksana terhadap para utusanNya.

Shalawat dan salam atas penutup segala Nabi, Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin, yang namanya dinubuatkan dalam semua kitab suci dan utusan Allah, merupakan panutan, suri tauladan seluruh umat manusia, Nabi yang bisa memberikan safa'atnya pada pengadilan Ilahi kelak dikemudian hari.

Dengan nama Allah dan Rasul-Nya tulisan ini saya mulai dan dengan itu juga tulisan ini saya akhiri. Saya yakin akan timbul kontroversi atas pendapat-pendapat yang saya kemukakan pada pembahasan Studi kritis dalam Memahami Al Qur'an ini, apalagi bagi mereka yang memang tidak terlalu percaya dengan hal-hal logis dan berbau modern didalam pemahaman AlQur'an, mereka yang hanya terikat dengan dasar keyakinannya yang lama yang selalu menghubung-hubungkan AlQur'an dengan dunia ghaib, penuh mukjizat dan ilmu magic.

Malah, jangan-jangan akan ada pula yang menyebutkan saya sebagai tukang Bid'ah atau tukang pengkhayal, tapi terserah mereka sajalah, saya sudah bekerja keras didalam menulis kajian kritis ini, mereka tidak punya hak untuk mengecam saya bagaimana-bagaimana, sebab sebagai seorang muslim saya juga mengakui bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Tuhan dan Rasul Muhammad Saw Al-Amin merupakan penutup semua Nabi serta al-Qur'an dan Sunnah Rasul pedoman hidup saya, termasuk didalam penyusunan pendapat ini.

Perbedaan pendapat dan juga pemahaman terhadap AlQur'an dan AlHadist tidak mesti menyebabkan jurang perpecahan, semuanya kembali kepada diri kita masing-masing, pribadi kita, dan marilah sama-sama mengukur diri sendiri, sudah sejauh mana tingkat pengetahuan yang kita capai selama ini, baik terhadap Kitabullah maupun pengetahuan umum lainnya.

Selama beberapa waktu web site ini saya ketengahkan, banyak sekali pertanyaan, saran maupun kritikan telah saya terima. Saya ucapkan terima kasih kepada anda.

Beberapa orang menganggap saya beraliran Muktazilah, yang lain mencap saya Ingkar Sunnah dan sebagiannya pula ada yang menyebut saya Syi'ah dan lain sebagainya dan seterusnya.

Saya tidak ambil pusing apa kata orang, memang saya pengagum Muktazilah namun saya tidak pernah merasa diri saya sebagai bagian dari Jemaah tersebut. Saya kritis terhadap Sunnah namun bukan berarti saya orang yang sama sekali anti terhadap Sunnah. Saya bela keluarga Nabi Saw karena memang sudah sepantasnya saya membela mereka selama mereka masih dalam batas-batas kebenaran, namun pula bukan alasan untuk menyebut saya sebagai bagian dari kelompok Syi'ah.

Didalam penyusunan pendapat ini, selain dari AlQur'an sebagai sumber utama, saya juga banyak membaca buku-buku dan kitab Hadist yang semuanya telah saya paparkan dalam Daftar Referensi Pedoman, yang setidaknya dapat anda jadikan tolak ukur terhadap pendapat yang saya kemukakan disini, sekaligus mencari tahu, kira-kira sosok yang bagaimanakah diri saya ini ?

Satu sebab menimbulkan akibat, dan akibat ini jadi sebab untuk hal-hal selanjutnya, demikian pula perbedaan yang ada didalam menafsirkan kitab suci, AlQur'an dan Sunnah Rasul. Dua tahun yang lalu ada pendapat yang dilontarkan oleh A, setahun kemarin B juga telah mengeluarkan pendapatnya pula, begitupun tahun ini C, tahun depan D, dan akan menyusul pendapat-pendapat baru pada tahun-tahun berikutnya yang terkadang bersifat saling koreksi dan melengkapi pendapat-pendapat sebelumnya.

Selama ini umat Islam selalu meributkan masalah-masalah yang seperti itu dan hanya menjadikan perpecahan antar umat Islam sendiri sehingga tidak ada lagi yang disebut dengan persatuan dan kesatuan atau Ukhuwah Islamiah. Semuanya merasa dialah yang paling benar dalam bermahdzab, orang lain salah.

"Kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa bagian. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka."
(QS. 23:53)

Umat Islam yang terdahulu, salaf dan khalaf, telah memahami inti ajaran Islam dengan benar, sekalipun kadangkala mereka berbeda pendapat dalam memahami beberapa nash AlQur'an dan Sunnah RasulNya, namun mereka tetap bersatu dalam asas dan tujuan, mereka tidak saling mengkafirkan dan tetap bersatu dalam menghadapi musuh.

Akan tetapi seiring dengan perkembangan manusia dan aliran pemikirannya, lahirlah interprestasi terhadap Islam secara beragam dan tidak jarang saling bertentangan secara diametral.

Jalan-jalan yang ditempuh oleh banyak tokoh dalam memahami Islam, terutama dalam masalah ritual /fiqih/ dinisbatkan oleh para pengikutnya sebagai mazhab /jalan/ yang dijadikan pedoman beribadah, padahal sang tokoh sendiri tak pernah menamakan dirinya mazhab tertentu, melainkan mereka berpegang teguh dengan sumber asli ajaran Islam, yaitu AlQur'an dan Hadist, hal ini dibuktikan dengan jika pendapat mereka berbeda antara sesamanya, maka diminta agar meninggalkan pendapatnya itu.

Setelah abad 3 H, perkembangan mazhab-mazhab fiqih semakin mengkristal dan tidak dapat lagi dihindari munculnya empat mazhab besar fiqih, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Ahmad bin Hambal. Ternyata para ulama pun banyak terjerat kepada kaidah-kaidah salah satu mazhab tersebut, yang tidak jarang menjadikan umatnya fanatik terhadap mazhab.

Dan memang hal ini amat sangat disukai oleh musuh-musuh Islam, mereka tidak repot untuk menjungkir balikkan akidah agama samawi ini, sebab tanpa disadari oleh kita, justru kita sendirilah yang menggerogoti akidah yang kita miliki, dan sementara kita sibuk berpecah didalam, para misionaris agama lain, khususnya Kristen dalam hal ini yang begitu memuakkan mendekati saudara-saudara kita yang imannya lemah dan dangkal serta yang tingkat pemahaman mereka terhadap agamanya tipis untuk dijadikan domba-domba tersesat dengan diiming-imingi segala kata kemunafikan dan kepalsuan.

Ingat janji Iblis kepada Tuhan sewaktu dia ingkar terhadap perintah sujud kepada Nabi Adam as, bahwa dia akan menyesatkan Bani Adam dari jalan yang diridhoi oleh Allah :

"Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."
(QS. 7:17)

Serta ingat juga akan pesan Allah terhadap diri kita sendiri sebagai kaum Muslimin :

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada engkau sebelum kamu mengikuti "millah" mereka."
(QS. 2:120)

Menurut saya, kata "Millah" artinya meliputi agama dan kebudayaan hidup dari kaum-kaum yang tersebut.

Dan lagi-lagi benarlah semua firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, sekarang semuanya telah kita rasakan sendiri akan sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani, dimana-mana mereka selalu menggerogoti umat Islam, bagaikan anjing-anjing yang liar ditengah padang pasir mencari anak-anak domba tersesat yang bisa dimangsa.

Tidak cukup dalam mengerahkan para misionaris, mereka berusaha menggerogoti ke-Islaman dari hati manusia terutama anak-anak muda dengan berbagai tontonan dan acara yang bersifat sensual, eksentrik serta membangkitkan nafsu untuk menirunya, yang berarti merubah nilai-nilai ke-Islaman yang telah dipelajarinya.

Saya berusaha berada dalam posisi tengah didalam beragama, saya hormati semua mahdzab dan aliran yang ada didalam Islam, selama aliran dan mahdzab itu tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang benar. Silahkan memakai serta mengamalkan tata cara yang anda yakini, dan sayapun akan menggunakan cara yang saya yakini

Saya juga sangat mendukung mereka-mereka yang selalu menyerukan persatuan dan penyingkiran sebab-sebab yang menimbulkan perpecahan diantara penganut satu din /agama/, satu kiblat, dan satu aqidah ini. Marilah kita melakukan pendekatan antar mahzab, untuk diluruskan dan diatur dalam satu barisan, sebagai salah satu upaya menjernihkan aqidah sebagai penopang utama kekuatan umat Islam.

Akhirnya, manusia tempat salah dan Allah adalah tempat meminta ampun dari segala dosa dan kesalahan itu, semoga kita semua tetap diberi kekuatan didalam Iman dan Islam, dan semoga apa yang sudah kita coba lakukan untuk kesejahteraan umat akan ada gunanya bagi masa-masa yang akan datang.

Palembang., 09 Juli 1998
Modifikasi ulang, 26 Januari 2000

<<Sebelumnya

Selanjutnya>>

Islamic Media 2008
Kritik & Saran
Counter
INDEX UTAMA