Mereka adalah
penyebab terciptanya langit dan bumi
Langit dan bumi diciptakan untuk Ali begitu juga Shiratal Mustaqim,
pintunya dan tali penghubung antara Allah dan hamba-hambanya seperti
para Rasul Nabi , para Haji dan para wali, (Al Wafi 8/224).
Allah telah menciptakan segala sesuatu di bumi ini dan menyerahkan
pengelolaannya kepada Ali dan keluarganya. Mereka dapat menghalalkan
dan mengharamkan apa saja yang mereka kehendaki, karena kehendak
mereka adalah kehendak Allah (Al Kaafi /365).
Dunia dan akhirat itu milik imam, dia bebas
memberikannya pada siapa saja, (Al Kaafi 1/337).
Mereka beranggapan bahwa para imam itu. Bahwasanya Allah memandangi
para penziarah kuburan Husain pada sore hari Arafat sebelum melihat
pada jamaah haji yang sedang wukuf. Abu Abdillah berkata : “karena
di arafah terdapat anak haram sedangkan di kuburan Husein tidak ada
anak haram di sana (karena selain syiah adalah anak haram ) Kitab Al
Wafi jilid 2 - juz 8 hal 222. Maksud anak zina bagi syiah adalah
kaum muslimin selain pengikut Syi’ah.
Bahkan dalam Al Kafi jilid 8 hal 285 : Setiap orang adalah anak zina
kecuali Syiah. Dalam tafsir Ayyasyi jilid 2 hal 218 dan Al Burhan
jilid 2 hal 139 : setiap anak yang lahir di tunggui oleh iblis ,bila
yang lahir itu berasal dari kelompok Syiah maka terjaga dari iblis,
bila bukan dari kelompok Syiah maka syetan meletakkan jari-jarinya
pada lambung belakang anak laki-laki agar kelak menjadi orang
tercela dan bila kelamin perempuan agar kelak menjadi pelacur.
Taat kepada Ali lebih penting dari pada taat
kepada Allah.
Dalam mukadimah tafsir Al Burhan tercantum : bahwa Allah berfirman
Ali bin Abi Tholib adalah hujjahKu di atas ciptaan-Ku. Saya tidak
akan memasukkannya ke neraka siapa yang memberikan haknya walau dia
mendurhakai-Ku dan tidak akan saya masukkan surga orang yang
mengingkarinya walau ia taat pada-Ku (Al Burhan hal 23).
Tak ada yang mengumpulkan al quran kecuali
para imam
Alquran diturunkan terdiri dari 17 ribu ayat (Al Kafi 2/463). Al
Majlisi dalam Mir’atul Uqul mengatakan bahwa riwayat ini terpercaya.
Para imam itu lebih utama dari para Nabi
Allah. Derajat mereka lebih tinggi daripada para Malaikat, Nabi,
Rasul.
Para Imam memiliki kedudukan mulia dan kekuasaan atas makhluk,
seluruh atom di alamini tunduk pada mereka. Posisi ini tidak dicapai
oleh malaikat maupun para Nabi. Kitab Al Hukumah Al Islamiyah
karangan Khomeini halaman 52.
Allah telah mengusapkan tangan kanannya pada
keluarga Ali dan memberikan cahayanya pada mereka
Tak ada keselamatan kecuali kalian wahai keluarga ali, tidak ada
tempat selain dari kalian wahai mata Allah yang melihat (Biharul
Anwar : 94/37).
Kalian adalah kesembuhan utama dan obat yang menyembuhkan bagi yang
meminta kesembuhan pada kalian. Biharul Anwar jilid 94 hal 33.
Para Nabi bertawasul pada para imam dalam berbagai doa dan
permintaan mereka. Ketika nabi Nuh hendak tenggelam, ketika Nabi
Ibrahim dilempar ke api, Nabi Musa hendak menyeberangi laut, Nabi
Isa akan dibunuh oleh orang Yahudi semuanya bertawasul dengan para
Ahlul Bait untuk keselamatan mereka (Biharal Anwar 26/325
Wasa’ilusyi’ah jilid 4 hal 1134).
Majlisi berkata : Allah hanya disembah, dikenal dan diesakan dengan
perantaraan para Imam. Biharul Anwar jilid 23 hal 103.
Para imam berkata apabila kalian punya keinginan kepada Allah
tulislah sebuah tulisan pada sesobek kertas dan letakkan pada salah
satu kuburan keluarga Ali atau bungkus dan masukkan sedikit tanah
yang bersih dan letakkan di sebuah sungai, sumur yang dalam atau
oase padang pasir, pasti akan sampai pada Mahdi kemudian akan dia
sendiri yang mengkabulkan apa yang akan menjadi kehendakmu (Biharal
Anwar 94/29).
Komentar : berarti Majlsi berpendapat bahwa yang mengabulkan doa
dan permohonan manusia bukanlah Allah tapi Mahdi Alaihissalam.
Beberapa contoh tulisan
Barang siapa berdoa kepada Allah dengan perantara Ahlul Bait maka
akan mendapatkan keuntungan dan sebaliknya sampai para Nabi pun
terkabulkan karenanya apabila bertawasul dengan Imam Ahlul Bait (Biharul
Anwar : 23/103).
Nabi Yunus dimakan ikan paus hanya karena dia mengingkari Imamah Ali
bin Abi Tolib, setelah dia percaya maka dikeluarkan oleh Allah.
Biharul Anwar jilid 26 hal 333.
Karena perantaraan Imam pohon bisa berbuah dan buah masak di pohon.
Karena perantaraan merekalah sungai mengalir, karena mereka pula
hujan turun dari langit dan rumput tumbuh di permukaan bumi. Jika
tidak ada para imam niscaya Allah tidak akan disembah. Al Kafi jilid
1 hal 112.
Para Imam adalah Sholat yang diperintahkan oleh Allah. Dalam Al Kafi
diterangkan mengenai makna Ayat dalam surat Al Mudatsir ayat 42-43
bunyinya:
Artinya : "Apa yang membuat kamu masuk dalam neraka saqor? Kita di
dunia tidak pernah menunaikan sholat."
Maknanya adalah : kita tidak mengakui keimamahan Ali dan para Imam
dari keturunannya. Kita dulu tidak menjadi pengikut para Imam. Al
Kafi jilid 1 hal 347-360.
Barang siapa mengenal para imam berarti beriman dan barang siapa
mengingkari maka kafir (Al Kafi 1/144).
Sesungguhnya sayalah (Ali) yang ditugasi membagi masuknya orang ke
surga dan neraka (Al Kafi : 1/ 153).
- Dunia dan akhirat adalah milik Imam, terserah, mau diberikan sama
siapa saja itu terserah pada para Imam (Al Kafi 1/337). Mereka yang
menguasai kunci kekayaan yang ada di bumi, kapan saja boleh
mengeluarkan emas-emas yang ada di dalam tanah itu (al Kaafi 1/394).
- Diperbolehkan Towaf pada kubur Nabi dan kubur para Imam (Al Kafi
jilid 1 hal 287).
Minta pertolongan, perlindungan, basmallah,
selain Allah tidak dilarang.
Para imam mengetahui apa yang ada dilangit, bumi, surga, neraka ,
mereka mengetahui apa yang telah terjadi dan semua yang terjadi
kemudian.(Al Kafi jilid 1 hal. 204) ciptaan Allah dan yang akan
diciptakan.
Mereka mengetahui seluruh ucapan-ucapan manusia, burung, binatang
dan segala yang bernyawa Barang siapa tidak bersifat demikian maka
dia bukan Imam(Al Kaafi 1/225).
Para imam mendapatkan wahyu yang seperti diceritakan oleh Abi Jafar
ia berkata : “Allah tidak akan menurunkan ilmu kecuali kepada
keluarga Nabi dengan perantara Jibril as” (Al Kaafi 1/330).
Pengetahuan mereka telah sempurna sejak mereka dilahirkan. Riwayat
dari Ya’kub Assiroj suatu ketika ia masuk ke rumah Abi Abdillah as
ia sedang duduk didekat kepala Abi Hasan Musa saat dia masih
bayi,dia berbisik-bisik dengan Abul Hasan lama sekali, aku pun diam
hingga mereka berdua selesai berbisik-bisik. Aku pun mendekatinya,
lalu ia berkata padaku “mendekatlah pada tuanmu berikan salam
padanya “ maka aku mendekat dan memberi salam ia (anak) menjawab
dengan fasih kemudian ia berkata padaku, pulang dan gantilah nama
anak perempuanmu yang kamu namai kemarin, nama itu benci oleh Allah.
Kemarin aku meberi nama anakku dengan Humaira’[1] (Al Kaafi 1/247).
Bagaimana seorang anak kecil dalam gendongan dapat mengerti
nama-nama yang dibenci Allah, termasuk Humaira’? Dia tidak mungkin
tahu jika tidak mendapat wahyu dari Allah. Inilah kekafiran dan
kemurtadan. Karena oarng yang yakin bahwa ada yang mendapat Wahyu
setelah Nabi adalah kafir. Ingat perang Riddah, Abubakar Assiddiq
memerangi Musailamah Al Kazzab karena dia mengaku mendapat wahyu.
Ali ikut dalam peperangan itu bahkan mendapat bagian seorang budak
dari rampasan perang, yang akhirnya melahirkan anaknya yang bernama
Muhammad ibnu Hanafiyah.
Mereka di ajarkan hal-hal yang ghoib dari
Allah
Sementara Para imam mengetahui seluruh perkara ghoib, tapi menurut
mereka Allah tidak meiliki ilmu secara mutlak , tapi Syi’ah
berpendapat bahwa Allah bias saja mengetahui hal baru yang tidak
diketahui sebelumnya. Setelah Musa Al Kazim wafat, Allah emngetahui
hal baru yang tidak diketahui oleh Allah sebelumnya Allah tidka
pernah disembah dan diagungkan seperti ketika dikatakan bahwa Allah
memiliki sifat kebodohan seperti ini(Al Kaafi jilid 1 hal 113)..
Karena jika Ilmu Allah itu mutlak maka Dia Maha mengetahui segala
sesuatu, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi kemudian.
Dalam Al Kafi jilid 1 hal 263 dikatakan : Allah mengetahui sesuatu
yang baru tentang Abu Ja’far yang sebelumnya(Allah) tidak tahu.
Ini berarti Allah bukan Maha Tahu, krn jika Maha Tahu, pasti
mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang baru diketahui oleh Allah.
Seorang Imam tidak akan wafat sebelum mengetahui siapa penggantinya.
(Al Kafi jilid 1 hal 218).
Para Imam mengetahui seluruh yang telah terjadi dan yang belum
terjadi, tidak ada yang tersembunyi bagi mereka. Inilah perbedaan
antara Imam dan Nabi,para Nabi mengetahui kejadian yang lampau
dengan wahyu Allah dan tidak mengetahui masa depan kecuali yang
diwahyukan dari Allah saja.
Para imam mengetahui kapan mereka mati, merka tidak mati kecuali
atas kehendak mereka sendiri.
Diperbolehkan meminta pada selain Allah pada saat saat genting.
Kita dilarang mengatakan bahwa Allah memiliki tangan, memiliki wajah,
tapi boleh saja mengatakan bawha Ali bin Abi Tolib adalah wajah
Allah.
Dari Abi Abdilah ia berkata : “ lalu diperlihatkan api neraka pada
mereka, lalu berkata, “masuklah kalian ke neraka dengan izinku!”.
Orang pertama yang masuk neraka adalah Muhammad SAW, kemudian di
ikuti oleh para Ulul Azmi, para pewaris dan pengikutnya, lalu dia
berkata pada manusia golongan kiri (Ashabusyimal) masuklah ke neraka
dengan ijin saya, mereka menjawab ya Tuhan apakah kau ciptakan kami
untuk dibakar, ia berkata kepada Ashhabul Yamin keluarlah kalian
dari neraka atas ijinku. Api Neraka tidak sedikitpun melukai
mereka(Al Kaafi 2/9).
Para sahabat sama merubah Al Qur’an dan
melakukan konspirasi.
Hafshah dan Aisyah telah meracuni Rasulullah dan mengumpulkan uang
lalu membagi-bagikan pada orang-orang yang membenci Ali. Penduduk
Makah dengan terang-terangan menentang Allah. Penduduk Madinah lebih
jelek dari penduduk Makah 70 kali (Al Kaafi 2/301).
Dikatakan juga bahwa bangsa Romawi itu lebih baik dari bangsa Syam
karena orang Romawi kafir namun tidak memusuhi Ahlulbait sedang
orang Syam kafir dan memusuhi kita (Al Kaafi 2/301).
Penghuni Bungker yang dimulyakan Allah.
Imam Mahdi yang bersembunyi dalam Sirdab seharusnya disebut “imam
dalam pengasingan” seperti pemerintahan dalam pengasingan, yang
memerintah sebuah negeri dari luar negeri tersebut.
Penafsiran yang menyesatkan
Dari Jabir dari Abi Abdillah as tentang penafsiran firman Allah:
Bahrain; dua laut, yang bermaksud adalah Ali dan Fatimah
Ali tidak mendholimi Fatimah dan sebaliknya.
Al Hasan dan Al Husain As
[1] Humaira’ adalah nama panggilan Aisyah istri Nabi.
|