Thinah, Mitos Superioritas Syi’ah di
atas Sunni
Syi'ah
diciptakan dari tanah liat khusus, sementara sunni diciptakan dari
tanah liat kualitas reject, apa jadinya bila kualitas khusus
bercampur dengan kualitas reject?
Aqidah ini merupakan salah satu ajaran syiah yang tersembunyi dan
termasuk salah satu diantara aqidah yang harus sangat dirahasiakan
khususnya kepada orang-orang awam syiah. Karena seandainya mereka
mengetahui aqidah ini maka mereka akan melakukan hal-hal yang
sifatnya merusak dengan satu keyakinan bahwa balasannya di akherat
kelak akan ditanggung oleh orang lain.
Pada awalnya memang aqidah ini merupakan hal yang ditolak di
kalangan cendekiawan syiah yang terdahulu, seperti Al Murtadha dan
Ibn Idris. Dikarenakan menurut pandangan mereka – meskipun beberapa
riwayat telah berhasil menyusup ke dalam buku-buku syiah – akan
tetapi hal itu merupakan hadits ahad (tunggal) yang menyelisihi
Kitab dan Sunnah dan juga Ijma', oleh karena itu wajib ditolak.
Akan tetapi sejalan dengan waktu, riwayat yang ada tentang hal ini
semakin banyak sehingga berkata syeikh mereka Ni’matullah Al Jazairi
(wafat 1112 H): ”Sesungguhnya ulama-ulama kami telah meriwayatkan
tentang hal ini dengan sanad yang sangat banyak, maka sudah tidak
ada alasan lagi untuk menolaknya. Dan tidak ada alasan untuk
mengatakan bahwa status riwayatnya adalah ahad, akan tetapi sudah
menjadi khobar yang mutawatir (banyak jalan periwayatannya)." Al
Jaza’iri mengatakan ini sebagai bantahan terhadap mereka yang
menolak mempercayai aqidah ini.
Kemudian yang tampak mempelopori aqidah ini adalah Syeikh mereka
yang bernama Al Kulaini yang menulis sebuah bab tersendiri dalam
bukunya: ”Bab: Thinatul Mukmin wal Kafir”. Yang terangkum di
dalamnya tujuh hadits . Kemudian hadits tentang ini semakin banyak
sepeninggal Kulaini, hingga Mulla Baqir Majlisi dalam Biharul Anwar
mengutip 67 hadits tentang thinah dalam bab yang berjudul “Bab:
Thinah dan Perjanjian” . Barangkali para pembaca ingin sekali
mengetahui lebih lanjut tentang aqidah yang membuat seorang syiah
mempunyai berkeyakinan apabila mereka melakukan perbuatan dosa
sekecil apapun maka dosanya akan ditanggung oleh ahlussunnah, dan
setiap amal saleh yang dikerjakan ahlus sunnah maka pahalanya akan
diberikan kepada orang syiah. Oleh karena itu kalangan ulama syiah
menyembunyikan hal ini dari orang awam syiah karena satu
kekhawatiran apabila hal ini diketahui maka akan banyak terjadi
kerusakan di muka bumi (karena kaum syiah akan merasa bebas berbuat
apa saja, selama dosanya akan ditanggung oleh ahlussunnah).
Penjelasan terlengkap mengenai aqidah ini ada dalam kitab “Ilalu
Asysyara’i” karangan Ibnu Babawaih Al Qummi yang memuat penjelasan
ini dalam kitabnya sebanyak 5 halaman sekaligus menjadikan bahasan
ini sebagai penutup kitabnya . Sementara itu sebagian ulama syiah
yang hidup pada saat ini memuji penjelasan Ibnu Babawaih dan
menyebutnya sebagai penutup yang baik bagi kitabnya.
Ringkasan keyakinan itu adalah bahwasanya kaum syiah diciptakan dari
tanah liat* khusus dan orang sunni diciptakan dari tanah liat yang
lain. Maka terjadilah percampuran antara keduanya. Jadi apabila
terjadi kemaksiatan di kalangan syiah adalah dikarenakan
percampurannya dengan thinah sunni, dan apabila dijumpai kebaikan
dan amanah yang ada di kalangan sunni merupakan pengaruh dari thinah
syiah. Maka nanti dihari kiamat segala keburukan yang dilakukan oleh
kaum syiah, akan ditanggungkan kepada orang sunni, dan kebaikan kaum
sunni akan diberikan kepada kaum syiah.
Barangkali bisa disimpulkan sebab timbulnya keyakinan semacam ini
adalah dikarenakan adanya pertanyaan dan keluhan-keluhan yang
dilontarkan kepada para pemuka mereka. Kaum syiah mengeluhkan kaum
mereka yang tenggelam dalam kemaksiatan dan dosa-dosa besar dan
juga adanya muamalah yang tidak baik yang terjadi di antara mereka
serta banyak kegelisahan dan kebimbangan yang tidak diketahui
sebabnya. Akan tetapi para ulama syiah berdalih bahwa hal ini
disebabkan karena percampuran antara thinah syiah dan thinah sunni
pada penciptaan pertama.
Untuk itu marilah kita lihat sebagaian di antara pertanyaan ini
yang mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada masyarakat syiah,
Ibn Bawabaih meriwayatkan dengan sanadnya dari ibn Ishaq Al Laitsi
berkata: ”Saya bertanya kepada Abu Ja’far Muahmmad ibn Ali Al Baqir
Alaihis salam: 'Wahai putra Rasulullah, beritahukan kepada kami
tentang seorang mukmin yang benar , apabila dia sampai pada puncak
makrifah dan sempurna mungkinkah dia berzina ?' Dia berkata:
'Tidak.' Saya berkata: 'Mungkinkah minum khomer?' Dia berkata:
'Tidak.' Saya bertanya: 'Mungkinkah melakukan salah satu dari dosa
besar atau salah satu dari hal yang keji.' Dia berkata: ' Tidak.'
Saya berkata: 'Wahai putra Rasulullah sesungguhnya saya dapati
orang-orang syiah kita meminum khomer, melakukan perampokan di jalan
dan menjadi hantu di jalanan, berzina dan melakukan homosex, memakan
riba, melakukan perbuatan keji, meremehkan shalat, puasa dan zakat,
memutuskan hubungan sillaturrahmi dan banyak memperbuat dosa-dosa
besar , bagaimana hal ini bisa terjadi pada syiah dan sangat berbeda
dengan keadan orang sunni?' Dia berkata: 'Wahai Ibrahim adakah
sesuatu yang lain yang masih bergejolak dalam hatimu ?' Saya
berkata: 'Wahai putra Rasulullah ! ada beberapa hal yang lebih besar
dari itu semua !' Dia berkata: 'Apa itu wahai Abu Ishaq?' Berkata :
'Kemudian saya berkata: 'Wahai putra Rasulullah , saya dapati
musuh-musuh kalian , justru mereka banyak melakukan shalat, puasa
dan mengeluarkan zakat. Mereka juga begitu giat melakukan ibadah
haji dan umrah, bersemangat melakukan jihad, kebaikan, menyambung
sillaturrahmi, memenuhi hak saudaranya, meringankan beban derita
mereka dengan harta, menjauhi minuman keras, zina dan homosex serta
segala perbuatan keji, bagaimana hal ini bisa terjadi pada mereka
dan terjadi sebaliknya pada syiah ? Tolong jelaskan hal ini semua
kepadaku dengan sejelas-jelasnya. Sungguh hal ini telah banyak
memakan fikiranku, membuat aku tidak bisa tidur dan dadaku menjadi
sempit .'"
Ini merupakan salah satu pertanyaan yang mengungkap kebobrokan
masyarakat syiah yang penuh dengan kemaksiatan bila dibandingkan
dengan kenyataan para salaf dan ulama ahlussunnah dan sebagian
besar mereka yang dihiasi dengan ketakwaan, amanah dan kebaikan.
Pertanyaan ini dijawab dengan jawaban “aqidah Thinah”, yaitu bahwa
segala kemaksiatan yang diterjadi di kalangan syiah bersumber dari
kaum sunni, sebaliknya kebaikan dan amal saleh yang dilakukan kaum
sunni adalah karena tanah liat “milik kaum syiah”.
Seorang penanya lain bernama Ishaq Al Qummi bertanya pada Abu
ja’far: “Wahai Abu Ja’far, saya melihat seorang mukmin yang
sependapat denganku , dan mengakui wilayah ahlul bait, dan saya
tidak mempunyai masalah dengannya, selalu minum khomer, berzina,
melakukan homosex , dan jika saya datang kepadanya untuk meminta
bantuan maka saya dapati dia murung mukanya, mencerminkan wajah
kebencian dan ketidaksenangan, lagi berlambat-lambat dalam membantu
keperluanku, tapi sebaliknya, aku melihat seorang nasibi yang
berbeda pendapat denganku bahkan tahu jika aku berbeda mazhab
dengannya, jika aku mendatanginya untuk meminta bantuan, aku dapati
wajahnya berseri-seri, nampak dari wajahnya kegembiraan, dan
bersemangat dalam membantuku, merasa gembira dengan membantuku. Dia
banyak melakukan shalat, puasa, sedekah dan mengeluarkan zakat,
serta jika diberi amanah maka dia menyampaikannya."
Penanya barusan lebih banyak keluhannya tentang buruknya perlakuan
antara penganut syiah, sifat tidak amanat yang ada pada mereka
sedangkan dia melihat kaum sunni yang notabene adalah musuhnya
ternyata lebih baik akhlaknya dari kaum syiah yang notabene adalah
temannya sendiri, lebih senang membantu keperluannya dan lebih baik
amal ibadahnya.
Seseorang lagi mengeluh pada Abu Abdillah Ja’far Asshadiq tentang
perasaan gelisah yang tidak diketahui sebabnya: "Dari Abu Bashir dia
berkata: 'Saya masuk menemui Abu Abdillah bersama seseorang dari
teman kami (syiah) lalu aku berkata: 'Wahai Abu Abdillah, saya
selalu merasa gelisah dan sedih tanpa kuketahui sebabnya…"
Rupanya penyebab kegelisahan ini adalah ajaran syiah yang tidak
memiliki kejelasan dan penuh kontradiksi, yang diyakini oleh syiah.
Tetapi sang imam hanya menejelaskan semua itu dengan aqidah thinah
ini.
Pertanyaan di atas dan lainnya masih banyak , mencerminkan betapa
mereka membangun aqidah mereka, muamalah mereka dan akhlak serta
agama mereka. Akan tetapi para imam mereka dan pemuka agama mereka
berusaha mengelabui pertanyaan dan keluhan-keluhan ini dengan
berdalih pada satu aqidah yang mereka namakan dengan thinah. Untuk
itu marilah kita lihat jawaban para imam mereka.
Berkata Imam mereka: ”Wahai Ishaq (perowi berita ini) bukankah kamu
mengetahui dari mana kamu diciptakan ?" Saya berkata: ”Demi Allah
saya tidak tahu, kecuali kamu memberitahukan hal itu kepadaku."
Berkata: ”Wahai Ishaq! Sesungguhnya Allah Ta’ala ketika menyendiri
dengan keesaan-Nya, Dia memulai sesuatu dengan tanpa apapun,
kemudian Dia mengalirkan air yang segar pada tanah yang baik selama
tujuh hari tujuh malam, kemudian memisahkan tanah itu dari air.
Kemudian Allah mengambil satu genggaman dari tanah yang bersih itu
satu genggam tanah (thinah) yang kemudian Dia jadikan thinah kita,
Thinah ahlul bait. Kemudian Dia ambil dari bawahnya satu genggaman
(thinah) dan menjadikannya menjadi thinah syiah. Kalaulah Allah
Ta’ala membiarkan thinah syiah tadi sebagimana adanya, niscaya tidak
ada salah seorang diantara mereka yang berzina, minum khomer,
mencuri, homosex dan juga tidak akan melakukan seperti apa yang kamu
sebutkan tadi. Akan tetapi Allah Ta’ala mengalirkan air yang asin
pada tanah yang terlaknat selama 7 hari, lalu memisahkan air dari
tanah itu, lalu Dia mengambil segenggam dari tanah itu, yaitu thinah
yang terlaknat berwarna hitam dan berbau busuk, yaitu thinah musuh
kita. Dan kalaulah Allah Ta’ala membiarkan thinah ini sebagaimana
dia mengambilnya. Niscaya kamu tidak akan melihat mereka berakhlak
seperti manusia dan tidak akan bersyahadat, mereka tidak akan
puasa, tidak akan shalat dan juga tidak akan melakukan haji. Akan
tetapi Allah Ta’ala mencampur kedua air tadi, maka apabila kamu
melihat dari saudarakamu perkataan yang tidak baik, mereka
melakukan zina, atau apapun seperti yang kamu sebutkan, mulai dari
minum khomer dan yang lainnya, hakekatnya hal itu bukan dari asli
mereka dan juga bukan dari iman mereka. Akan tetapi pada hakekatnya
hal itu adalah pengaruh dari kaum Nasibi (orang sunni) yang
melakukan keburukan sebagaimana yang kamu sebutkan. Adapun
kebaikan-kebaikan yang dilakukan kalangan sunni, mulai dari akhlak
yang baik, shalat , puasa, shodaqah, atau haji pada hakekatnya bukan
merupakan asli mereka, akan tetapi merupakan pengaruh keimanan yang
mereka dapatkan."
Kemudian saya berkata: ”Lantas bagaimana nanti di hari akhir ?" Dia
berkata kepadaku: ”Wahai Ishaq, adakah Allah akan mengumpulkan
kebaikan dan keburukan dalam satu tempat ? Apabila datang hari
kiamat maka Allah akan mengambil berkas keimanan dari mereka
kemudian dikembalikan kepada pemiliknya yang asli. Dan segala
sesuatu akan kembali pada unsurnya yang pertama..." Kemudian saya
bertanya: ”Apakah kebaikan mereka akan diambil dan dikembalikan
kepada kita ? Dan apakah keburukan kita akan dikembalikan kepada
mereka ?" Berkata: ”Ya, demi Allah yang tidak ada Ilah kecuali
Dia."
Inilah aqidah Thinah. Dan pada bagian akhir dituliskan: ”Ambilah
pengertian ini bersamamu wahai Abu Ishaq, demi Allah sesungghnya dia
adalah termasuk orang yang menyembunyikan rahasia kita. Dan pergilah
dan jangan diceritakan kepada siapapun kecuali seorang mukmin yang
mustabshir karena jika kamu sebarkan kepada manusia artinya kamu
akan mendatangkan bencana bagi diri kamu sendiri, pada harta,
keluarga dan anak kamu sekalian.“
Maka hal ini sebagaimana kita saksikan merupakan aqidah yang sangat
rahasia, maka apakah akan terlintas di benak pencetus aqidah ini
bahwasanya akan terkuak di tangan kaum sunni kemudian
menyebarluaskannya pada khalayak sebagai sebuah kebusukan...?
Bantahan terhadap keyakinan ini :
- Pertama: Riwayat yang saling bertentangan,
sebagaimana anda lihat dalam pertanyaan dan keluhan di atas,
bahwasanya orang syiah adalah kaum yang tenggalam dalam kemaksiatan
dan kemungkaran, mempunyai muamalah yang buruk dan akhlak yang
bejat, lantas bagaiamana mungkin dia merupakan makhluk yang
diambilkan dari thinah yang bersih dan merupakan ciptaan yang paling
suci ?
- Kedua: Allah Ta’ala telah menciptakan manusia
semuanya berada pada fitrah Islam berfirman Allah ta’ala:
”Maka hadapkanlah wajahmu pada din yang hanif ini, yang merupakan
fitrah dari Allah yang telah diberikan kepada kepada manusia. Tidak
ada perubahan dalam ciptaan Allah dan itulah agama yang lurus.”
(QS. Arrum: 30)
- Ketiga: Dalam masalah thinah ini, syiah
berarti telah memakai faham bahwa manusia terikat atas apa yang
dikerjakannya dengan sebuah takdir, manusia tidak memiliki pilihan.
Yang mana perbuatan manusia berdasarkan thinah awalnya. Padahal
madzhab mereka menyatakan bahwa manusia mampu menciptakan
perbuatannya sendiri sebagaimana madzhab Mu’tazilah.
- Keempat: Riwayat-riwayat tentang thinah ini
menyatakan bahwa keburukan dan kemaksiatan yang dilakukan kalangan
syiah akan dibebankan dosanya kepada kaum sunni dan kebaikan yang
telah dikerjakan kamu muslimin pahalanya akan diberikan kepada kaum
syiah. Hal ini jelas sekali bertentangan dengan keadilan Allah dan
juga berlawanan dengan akal sehat dan fitrah manusia. Dan sangat
berlawanan dengan ayat-ayat berikut:
Artinya: ”Dan seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.“
(QS. Al An’am: 164)
Artinya: ”Setiap jiwa dengan apa yang telah dikerjakannya terikat.”
(QS. Al Mudatsir: 38)
Artinya: "Barangsiapa yang beramal kebaikan seberat biji sawi maka
Allah akan melihatnya, dan barangsiapa yang melakukan keburukan
seberat biji sawi, maka Allah akan mengetahui." (QS. Al Zalzalah:
7-8)
ِArtinya: "Pada hari ini akan dibalas setiap diri dengan apa yang
telah diperbuatnya , tidak ada kezaliman pada hari itu."
Makalah ini menyatakan tentang kebusukan mereka, cukup menggambarkan
bagaimana kerusakan aqidah mereka, madzhab Syiah Imamiyah. Sampai
sekarang kaum syiah tidak malu untuk menyatakan tentang aqidah ini
maka bisa didapati hal ini dalam buku mereka “Biharul Anwar” dan
dalam "Al Anwar Nu’maniyah” yang dikomentari oleh pakar syiah yang
menyatakan keridhaannya terhadap aqidah sesat ini.
Kita selalu menanti bantahan resmi dari Hauzah Ilmiyah di Qum maupun
Najaf, bahwa syiah tidak meyakini keyakinan yang dijelaskan di atas.
Karena hanya Hauzah Ilmiyah lah yang memiliki kredibilitas dan
kapabilitas untuk membantahnya, bukannya orang-orang yang baru masuk
syiah 7 atau 10 tahun yang lalu.(hakekat) |