Pair of Vintage Old School Fru

Dialah Yang Mencukupkan Saya Dan Sebaik-baiknya Penolong

PASAL

Penjelasan Millah Ibrahim

Allah Subhanahu Wa Ta ‘Ala berfirman tentang Millah Ibrahim.

Artinya: “Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang yang saleh.” (QS. Al Baqarah, 2: 130)

dan Dia Subhanahu Wa Ta ‘Ala berfirman juga seraya mengkhithabi Nabi-Nya Muhammad,

Artinya: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif". dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Rabb.” (QS. An Nahl, 16: 123)

Dengan ungkapan yang terang dan jelas ini, Allah Subhanahu Wa Ta ‘Ala menjelaskan kepada kita minhaj dan jalan. Jalan yang benar serta minhaj yang lurus adalah Millah Ibrahim, tidak ada kesamaran dan kejanggalan dalam hal itu. Dan siapa yang tidak menyukai jalan ini dengan dalih maslahat dakwah atau bahwa meniti jalan tersebut bisa mendatangkan berbagai macam fitnah dan bencana atas kaum muslimin atau alasan-alasan kosong lainnya yang dibisikkan oleh syaithan pada jiwa-jiwa yang lemah imannya, maka dia itu dungu, terperdaya lagi menduga bahwa dirinya lebih mengetahui akan metode dakwah daripada Ibrahim ‘Alaihis Salam yang telah disucikan Allah dengan firman-Nya:

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.” (QS. Al Anbiya, 21: 51)

Dan firman-Nya  Subhanahu Wa Ta ‘Ala

Artinya: “Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang yang saleh.” (QS. Al Baqarah, 2: 130)

Allah Subhanahu Wa Ta ‘Ala telah mensucikan dakwahnya di hadapan kita dan memerintahkan penutup para Nabi dan rasul agar mengikutinya, serta Dia menjadikan safaahah (dungu/bodoh sekali) sebagai sifat bagi setiap orang yang tidak suka terhadap jalan dan manhajnya. Sedangkan Millah Ibrahim adalah:

        Memurnikan ibadah kepada Allah saja dengan segala makna yang di kandung oleh kata ibadah.(5)

        Berlepas diri dari syirik dan para pelakunya.

Al Imam Asy Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata: Pokok dien Al Islam dan kaidahnya ada dua:

Pertama:    -   Perintah ibadah kepada Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya

- Dorongan kuat atas hal itU

- Melakukan loyalitas di dalamnya

- Dan mengkafirkan orang yang meninggalkannya

Kedua :      -   Peringatan dari penyekutuan dalam ibadah kepada Allah

- Kecaman keras terhadap hal itu

- Melakukan permusuhan di dalamnya

- Dan mengkafirkan orang yang melakukannya

Dan inilah tauhid yang didakwahkan oleh para rasul ‘Alaihis Salam seluruhnya … dan inilah makna laa ilaaha illallah. Yaitu pemurnian, tauhid, dan pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dalam ibadah serta loyalitas terhadap dien dan para wali-wali-Nya, dan kufur serta bara’ah dari segala yang diibadahi selain-Nya dan juga memusuhi musuh-musuh-Nya.

Ini adalah tauhid i’tiqadiy dan amaliy dalam satu waktu. Surat Al Ikhlas adalah dalil akan tauhid I’tiqadiy sedangkan surat Al Kafirun dalil akan tauhid ‘amaliy. Oleh sebab itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam sering membaca dua surat ini dan selalu kontinyu dalam sunat fajar dan yang lainnya karena sangat penting keduanya.


 

(5) Seorang hamba tidak akan mampu menghadapi syirik dan para pelakunya, dan tidak akan kuat untuk bara’ dari mereka serta menampakkan permusuhan terhadap kebatilan mereka kecuali dengan ibadah kepada Allah dengan sebenar-benarnya ibadah. Sungguh Allah  Subhanahu Wa Ta ‘Ala telah memerintahkan Nabi-Nya Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam  untuk membaca Al-Qur’an dan qiyamullail di Mekkah dan Dia memberitahukan kepadanya bahwa hal itu adalah bekal yang membantunya untuk memikul beban dakwah yang amat berat, dan perintah itu sebelum firman-Nya:

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. (QS. Al Muzammil,73:5)

dimana Dia berfirman :

Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS. Al Muzammil, 73: 1-4)

Maka beliau Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya melakukan qiyamullail sampai kaki-kaki mereka bengkak… hingga Allah  Subhanahu Wa Ta ‘Ala menurunkan keringanan di akhir ayat (surat ini). Sesungguhnya qiyamullail dengan membaca ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla dan mentadabburi Firman-Nya adalah bekal terbaik dan yang membantu si da’i, ia meneguhkan dan membantunya untuk menghadapi tantangan dan liku-liku dakwah. Dan sesungguhnya orang-orang yang mengira bahwa dirinya mampu memikul dakwah yang agung ini dengan beban-bebannya yang berat tanpa memurnikan seluruh ibadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan tanpa memanjangkan dzikir dan tasbih-Nya mereka sungguh sangat keliru dan terlalu mengkhayal… meskipun mereka telah berjalan beberapa langkah ke depan, namun mereka tak akan mampu melanjutkan perjalanan yang benar lagi lurus tanpa bekal… sedangkan sebaik-baiknya bekal adalah taqwa. Sungguh Allah ‘Azza wa Jalla telah mensifati para pembawa dakwah ini dan yang mana Dia telah memerintahkan Nabi-Nya Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam untuk mensabarkan diri bersama  mereka, bahwa mereka itu selalu menyeru Rab-nya di waktu pagi dan petang seraya mengharapkan wajah-Nya, dan bahwa mereka itu sedikit tidur di malam hari, badan mereka jauh dari tempat pembaringan seraya menyeru Rab-nya dengan penuh rasa takut dan pengharapan, dan mereka merasa takut terhadap Rab-nya di suatu hari yang kelam nan mencekam, serta sifat-sifat lainnya yang mana tidak layak untuk mengemban dakwah ini dan  memikul berbagai bebannya kecuali orang yang memiliki sifat-sifat ini. Semoga Allah  Subhanahu Wa Ta ‘Ala menjadikan kami dan engkau bagian dari mereka. Perhatikanlah hal itu…!!!

 

Islamic Media Ibnuisa
PUSTAKA ISLAM
HOME