TAUHID ADALAH MISI UTAMA PARA RASUL Wahai saudaraku pengikut tauhid, semoga Allah merahmati kita, ketahuilah bahwa perkara terbesar berkenaan dengan diutusnya para rasul dari yang pertama hingga terakhir adalah perintah untuk ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang peribadatan kepada selain Allah (syirik dan tandid). Hal ini bisa dilihat di dalam firman Allah berikut ini Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Demikianlah al-Qur’an dalam berbagai pembicaraan dan cerita yang dikemukakannya selalu menjelaskan bahwa tauhid adalah persoalan pokok yang diserukan oleh semua rasul. Setelah itu, baru turun hukum-hukum dan syari’at, turun penjelasan tentang halal dan haram. Karena itulah, Allah memerintahkan semua manusia untuk melakukan ibadah itu, bahkan penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah saja, sebagaimana firman Allah; Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Kata menyembah-Ku, pada ayat di atas maksudnya adalah mentauhidkan-Ku. Adapun Tauhid itu sendiri berarti mengesakan Allah dalam peribadatan. Di dalam hadis disebutkan, Dari Mu’adz bin Jabal ra, ia berkata; Aku pernah dibonceng oleh Rasulullah di atas himar, lalu beliau bersabda; “Hai Mu’adz, tahukan engkau apa hak Allah atas hamba-Nya, dan apa hak hamba atas Allah?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu” Beliau bersabda, “Hak Allah atas hambanya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan hak hamba atas Allah, ialah Dia tidak akan mengadzab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu” (Muttafaq ‘alaih) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ibadah adalah mentaati Allah dengan menjalankan apa yang Dia perintahkan sesuai dengan tuntunan para rasul”. Beliau juga mengatakan, “Ibadah adalah suatu nama yang menyeluruh untuk segala sesuatu yang dicintai dan diridlai oleh-Nya, baik berupa perkataan, amal dhahir maupun bathin”. Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Lihatlah wahai saudaraku yang mulia, bahwa ini adalah pernyataan dan peringatan dari Rasulullah saw dan para rasul terdahulu. Demikian juga di dalam surat al-An’am, setelah menyebut dan menceritakan para nabi, Allah berfirman; Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan (al-An’am:88) Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (an-Nisa’:48) Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, (al-Maidah:72) Syirik itu akan merusak nilai amal, menghapuskan pahalanya, menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam, mengekalkannya di dalam neraka jahanam, dan menjadikan syafaat dari orang lain tidak ada manfaatnya. Setiap orang yang menetapkan ada sekutu bagi Allah dalam hal uluhiyyah, rububiyyah, salah satu kekhususan bagi-Nya dan sifat-sifat-Nya maka ia adalah musyrik. Untuk memahami konsep ini secara utuh, maka kita harus terlebih dahulu memahami pembagian tauhid, yaitu tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Asma’ wa Shifat |
Islamic Media Ibnuisa |