78 FRANCIS BACON 1561-1626
Mestinya dia ini sekandang dengan politikus. Bertahun dia
dikenal selaku politikus Inggris terkemuka. Hampir sebagian
terbesar masa hidup dan energi dia tumpahkan dalam urusan
karier politik. Tetapi, di buku ini Francis Bacon dimasukkan
semata-mata karena tulisan-tulisan filosofinya. Dalam
tulisan-tulisan itu dia bagaikan "dukun"nya babak baru ilmu
pengetahuan; dialah filosof besar pertama yang menyadari
bahwa ilmu pengetahuan dan falsafah dapat mengubah dunia,
dan dengan sangat efektif menganjurkan penyelidikan
ilmiah.
Bacon lahir di London tahun 1561, putera pegawai eselon
tinggi masa Ratu Elizabeth. Tatkala menginjak usia dua belas
tahun dia masuk belajar di Trinity College di Cambridge,
tetapi baru tiga tahun keluar begitu saja tanpa menggondol
gelar apa pun. Mulai umur enam belas dia kerja sebentar di
staf Kedubes Inggris di Paris. Tetapi begitu umurnya masuk
delapan belas sang ayah mendadak meninggal dengan hanya
mewariskannya uang sedikit. Mungkin lantaran itu, dia
belajar hukum dan di umur dua puluh satu dia jadi
pengacara.
Karier politiknya segera mulai sesudah itu. Umur dua
puluh tiga dia terpilih jadi anggota Majelis Rendah. Tetapi,
kendati dia punya sanak famili dan kerabat tingkat atas, dan
kendati kecerdasannya yang menonjol, Ratu Elizabeth
senantiasa menolak pengangkatannya pada kedudukan yang
penting dan menguntungkan. Salah satu alasan adalah karena
keberaniannya menentang suatu rancangan pajak di parlemen
yang dengan gigih disokong sang Ratu. Karena hidup Bacon
boros, slebor, dan seenaknya, dia senantiasa dikepung oleh
hutang sana hutang sini (satu kali pernah ditahan karena
urusan hutang tidak bayar) dia bisa atasi hidup secara bebas
begitu.
Bacon jadi sahabat dan penasihat Pangeran Essex, seorang
bangsawan muda yang populer dan punya ambisi politik besar.
Sebaliknya, Pangeran Essex punya teman Bacon yang jujur dan
sekaligus bertindak sebagai pelindungnya. Tetapi, tatkala
Pangeran Essex punya ambisi yang keterlaluan, minta pimpin
dia susun rencana sebuah kup menggulingkan Ratu Elizabeth,
Bacon menasihatinya supaya tetap setia kepada Ratu. Biar
sudah dinasihati begitu, Pangeran Essex nekad meneruskan
niat percobaan kupnya. Ternyata kup itu gagal dan Bacon
pegang peranan aktif dalam proses penuntutan sang Pangeran
atas tuduhan pengkhianatan. Pangeran Essex dipancung
kepalanya, menggelinding bagai kelereng. Keseluruhan
peristiwa itu menimbulkan kesan buruk pada publik terhadap
Bacon.
Ratu Elizabeth tutup usia tahun 1603 dan Bacon menjadi
penasihat penggantinya, Raja James I. Raja James I tak
selalu mengindahkan nasihat Bacon, kendati dia
menghormatinya. Dalam masa pemerintahan James I, Bacon maju
pesat di kalangan pemerintahan. Tahun 1607 jadi konsultan
umum bidang hukum dan tahun 1613 dia menjadi jaksa agung.
Anak tangganya tidak sampai di situ, tahun 1618 dia ditunjuk
jadi ketua Majelis Tinggi, satu kedudukan yang kasarnya
setarap dengan hakim agung pada Mahkamah Agung di Amerika
Serikat. Di tahun itu juga dia peroleh gelar "baron" dan
tahun 1621 dinobatkan lagi jadi "viscount", satu gelar
kebangsawanan di atas "baron" tetapi di bawah "earl."
Tetapi, datanglah pukulan. Selaku hakim, Bacon terima
"hadiah" dari tertuduh. Meskipun macam begini agak umum juga
terjadi saat itu, toh tetap merupakan perbuatan terlarang.
Lawan-lawan politiknya di parlemen tak menyia-nyiakan
kesempatan baik ini untuk mendepaknya dari kursinya. Bacon
mengaku dan dijebloskan di penjara yang terletak di "Tower
of London," menara kota London. Bukan cuma itu, dia pun
mesti bayar denda yang besar jumlahnya. Dan bukan cuma itu,
dia dilarang kerja di kantor pemerintahan selama-lamanya.
Raja segera membebaskan Bacon dari penjara dan membebaskan
pula beban dendanya. Tetapi, dengan kejadian ini tamatlah
riwayat politik Bacon.
Sekarang, orang hanya bisa ingat sedikit sekali
contoh-contoh politikus kelas kakap yang ditangkap karena
memeras, atau tingkah laku semacamnya yang merusak
kepercayaan umum. Biasanya, yang sering, jika orang-orang
macam begituan tertangkap, mereka melolong-lolong dan
pertahankan diri dengan umbar omong bahwa yang lain-lain pun
sama brengseknya, sama penipunya, sama bangsatnya. Jika
lolongan ini didengarkan dan diterima dengan serius, tak
akan ada bajingan politik yang harus dihukum kecuali semua
bajingan sejenis dihukum lebih dulu. Komentar Bacon dalam
pengakuannya berbeda. Dia bilang, "Saya adalah hakim
terjujur di Inggris selama lima puluh tahun, dan saya tukang
ngomel dan tukang kritik yang terpolos di parlemen Inggris
selama 200 tahun."
Karier politik yang begitu aktif dan begitu kreatif
tampaknya cuma punya sedikit waktu tersisa buat
kerjaan-kerjaan lain. Kendati begitu, kemasyhuran Bacon yang
begitu tahan lama, dan tempatnya dalam daftar buku ini,
adalah karena pertimbangan tulisan-tulisan filosofisnya
ketimbang keaktifan politiknya. Karya penting pertamanya
ialah bukunya yang berjudul Essays, pertama muncul tahun
1597 dan sedikit demi sedikit diperluas. Essays ini yang
ditulis dengan padat dan gaya luar biasa bagus, mengandung
kekayaan mendalam, bukan saja dalam masalah politik
melainkan juga menyangkut hal ihwal pribadi pula. Beberapa
contoh yang khas misalnya:
Orang muda lebih
cocok mencipta ketimbang mengambil keputusan, lebih
cocok bertindak ketimbang beri pertimbangan, lebih
cocok untuk menggarap proyek baru ketimbang
berbisnis yang sudah mapan ... Orang berumur
terlalu sering menolak, berunding terlalu lama,
berbuat terlalu sedikit ... Tentu bagus jika bisa
menggabungkan kedua pekerjaan itu, karena nilai
yang terkandung pada masing-masing usia bisa
melempangkan kekurangan yang melekat pada tubuh
keduanya ...
Tentang Orang muda dan usia
Dia yang punya istri dan
anak-anak punya risiko yang tak mengenakkan di masa
depan.
Tentang perkawinan dan hidup membujang
(Bacon sendiri kawin, tetapi tak punya anak).
Tetapi, tulisan Bacon terpenting adalah menyangkut
falsafah ilmu pengetahuan. Dia merencanakan suatu kerja
besar Instauratio Magna atau Great Renewal dalam enam
bagian. Bagian pertama dimaksud untuk meninjau kembali
keadaan ilmu pengetahuan kita. Bagian kedua menjabarkan
sistem baru penelaahan ilmu. Bagian ketiga bersisikan
kumpulan data empiris. Bagian keempat berisi ilustrasi
sistem baru ilmiahnya dalam praktek. Bagian kelima
menyuguhkan kesimpulan sementara. Dan bagian keenam suatu
sintesa ilmu pengetahuan yang diperoleh dari metode barunya.
Taklah mengherankan, skema raksasa ini --mungkin pekerjaan
yang paling ambisius sejak Aristoteles--tak pernah
terselesaikan. Tetapi, buku The Advancement of Learning
(1605) dan Novum Organum (1620) dapat dianggap sebagai
penyelesaian kedua bagian dari kerja raksasanya.
Novum Organum atau New Instrument mungkin buku Bacon
terpenting. Buku ini dasarnya merupakan pernyataan
pengukuhan untuk penerimaan metode empiris tentang
penyelidikan. Praktek bertumpu sepenuhnya pada logika
deduktifnya Aristoteles adalah tak ada guna, merosot,
absurd. Karena itu diperlukan metode baru penelaahan, suatu
metode induktif. Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu titik
tempat bertolak dan mengambil kesimpulan darinya; tetapi
ilmu pengetahuan adalah sesuatu tempat sampai ke tujuan.
Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti
"mengamati"nya. Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian,
kata Bacon, ambil kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan
cara argumentasi induktif yang logis. Meskipun para ilmuwan
tidak mengikuti metode induktif Bacon dalam semua segi,
tetapi ide umumnya yang diutarakannya penelitian dan
percobaan penting yang ruwet jadi gerak dorong dari metode
yang digunakan oleh mereka sejak itu.
Buku terakhir Bacon adalah The New Atlantis, sebuah
penjelasan tentang negeri utopis terletak di pulau khayalan
di Pasifik. Meskipun pokok cerita diilhami oleh Utopia Sir
Thomas More, keseluruhan pokok masalah yang terdapat dalam
buku Bacon sepenuhnya berbeda. Dalam buku Bacon, kemakmuran
dan keadilan dalam negara idealnya tergantung pada dan hasil
langsung dari hasil pemusatan penyelidikan ilmiah. Dengan
tersirat, tentu saja, Bacon memberitahu. pada pembacanya
bahwa penggunaan intelegensia dalam penyelidikan ilmiah
dapat membuat Eropa makmur dan bahagia seperti halnya
penduduk yang hidup di pulau khayalan itu.
Orang selayaknya boleh bilang bahwa Francis Bacon
merupakan filosof modern pertama. Pandangan keseluruhannya
adalah sekuler dan bukannya religius (kendati dia percaya
kepada Tuhan dengan keyakinan teguh). Dia seorang rasionalis
dan bukan orang yang percaya kepada takhayul; seorang
empiris dan bukannya seorang dogmatis yang logikanya
mencla-mencle. Di bidang politik dia seorang realis dan
bukan seorang teoritikus. Dengan pengetahuannya yang
mendalam dalam pengetahuan klasik serta keahlian sastranya
yang mantap, dia menaruh simpati terhadap ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Meskipun dia seorang Inggris yang setia, Bacon punya
pandangan berjangka jauh melampaui batas negerinya. Dia
membedakan 3 jenis ambisi:
Pertama, mereka yang berselera meluaskan kekuasaannya di
negerinya sendiri, suatu selera yang vulgar dan tak bermutu.
Kedua, ialah mereka yang bekerja meluaskan kekuasaan atas
negerinya sendiri dan penguasaannya atas penduduk. Ini tentu
lebih bermutu meskipun kurang baik. Tetapi, jika orang
mencoba mendirikan dan meluaskan kekuasaan dan dominasi
terhadap umat manusia di seluruh jagad, ambisinya ini tak
salah lagi lebih bijak dari kedua ambisi yang disebut
duluan.
Biarpun Bacon seorang pengkhotbah ilmu pengetahuan, dia
sendiri bukan seorang ilmuwan, ataupun setara dengan
kemajuan-kemajuan yang diperbuat orang sejamannya. Bacon
anggap sepi samasekali Napier (yang baru saja menemukan
logaritma) dan Kepler, bahkan teman sejawat Inggrisnya
William Harvey. Bacon dengan tepat mengganggap bahwa "panas
merupakan bentuk dari gerak," suatu ide ilmiah yang penting.
Tetapi, di bidang astronomi dia menolak pikiran-pikiran
Copernicus. Haruslah diingat, Bacon tidak mencoba
menyuguhkan hukum-hukum ilmiah secara komplit dan tepat. Dia
sekadar hanya mencoba menyuguhkan hasil pengamatan apa-apa
yang perlu dipelajari. Perkiraan-perkiraan ilmiahnya hanya
bermaksud mendorong adanya diskusi lebih lanjut, dan
bukannya suatu jawaban final.
Francis Bacon bukanlah orang pertama yang menemukan arti
kegunaan penyimpulan akliah secara induktif, dan juga bukan
dia orang pertama yang memahami keuntungan-keuntungan yang
mungkin diraih oleh masyarakat pengembangan ilmu
pengetahuan. Tetapi, tak ada orang sebelum Bacon yang pernah
menerbitkan dan menyebarkan gagasan seluas itu dan
sesemangat itu. Lebih dari itu, sebagian karena Bacon
seorang penulis yang begitu bagus, dan sebagian karena
kemasyhurannya selaku politikus terkemuka, sikap Bacon
terhadap ilmu pengetahuan betul-betul punya makna penting
yang besar. Tatkala "Royal Society of London" (kelompok elit
orang pilihan) didirikan tahun 1662 untuk menggalakkan ilmu
pengetahuan, para pendirinya menyebut Bacon sebagai sumber
inspirasinya. Dan ketika Encyclopedie yang besar itu ditulis
jaman "Pembaharuan Perancis," para penyumbang tulisan utama
seperti Diderot dan d'Alembert, juga menyampaikan pujiannya
kepada Bacon yang memberikan inspirasi terhadap kerjanya.
Andaikata Novum Organum dan The New Atlantis agak kurang
dibaca orang ketimbang dulu, ini disebabkan pesan-pesan yang
disampaikan oleh buku itu sudah begitu luas diterima
orang.
Bacon layak dibandingkan setara dengan filosof Perancis
Rene Descartes, tokoh pendorong lain bagi masa depan ilmu
pengetahuan mendatang. Bacon hidup lebih dulu segenerasi
dari Descartes dan dia lebih gigih dari Descartes dalam hal
mengumandangkan pentingnya penelitian dan
percobaan-percobaan. Tetapi, arti penting orang Perancis ini
dalam hal penemuan matematika membuat ia sedikit lebih
tinggi dalam perbandingannya dengan Bacon.
|