Pengantar Kata
                  
                  Oleh : 
                  Armansyah
                   
                  
                  Allah Swt telah menentukan bahwa kesadaran manusia datangnya 
                  berangsur, bertahap sesuai dengan perkembangan peradaban yang 
                  Dia tetapkan lebih dahulu.
                  Dalam kalangan Scientist terdapat suatu kesimpulan bahwa apa 
                  yang telah dikatakan benar, sesungguhnya belumlah mutlak benar. 
                  Sesuatu hal adalah benar menurut anggapan relatif disuatu 
                  jaman karena pada periode berikutnya terdapat bukti yang 
                  memperbaiki kebenaran bermula, hingga apa yang kemarin telah 
                  benar, kini harus dirubah lagi, dan besok mungkin 
                  disempurnakan lagi.
                  
                  Karenanya, kebenaran ilmiah bukanlah kata akhir, dia hanyalah 
                  tahap baru yang pernah dicapai dalam suatu waktu untuk 
                  memperoleh pengertian. Tingkat keberhasilan dari pencaharian 
                  ini harus selalu diukur dengan tahap persetujuan antara 
                  pernyataan dan kenyataan tentang sesuatu. Kebenaran ilmiah 
                  barulah mewakili ataupun memperlihatkan kesanggupan yang telah 
                  dicapai disuatu jaman. Dia tidak berkuasa untuk menentukan 
                  ramalan penyelidikan selanjutnya dalam lapangan tertentu yang 
                  sehubungan dengannya.
                  
                  Perubahan dan peningkatan demikianpun terdapat dalam 
                  pengetahuan tentang hukum agama diantara masyarakat ramai. 
                  Namun apa yang terkandung dalam AlQur'an telah mutlak benar 
                  karena dia bukan karangan manusia, tetapi diturunkan oleh 
                  Allah yang menentukan perkembangan peradaban tadi.
                  
                  Karena AlQur'an itu dinyatakan berfungsi sampai keakhir jaman, 
                  tentulah banyak sekali pokok ilmu yang masih asing bagi 
                  manusia abad 14 Hijriah. Sebab itu, bukanlah suatu keanehan 
                  bilamana kesadaran manusia abad 15 lebih meningkat daripada 
                  generasi sebelumnya tentang rangkaian ilmu yang terkandung 
                  dalam AlQur'an.
                  
                  Dalam hal pentafsiran, kita tidak bisa terpaku hanya kepada 
                  penafsiran atau penterjemahan AlQur'an yang sudah ada saja, 
                  sebab seiring dengan perkembangan tata bahasa dan pengertian, 
                  maka akan banyak pula istilah-istilah yang lebih tepat didalam 
                  pengartian suatu ayat.
                  
                  Dalam berbagai tulisan para ahli tafsir modern, akan dijumpai 
                  berbagai keberatan terhadap pendapat para ahli tafsir klasik, 
                  hal yang sesungguhnya memperkaya pendapat yang telah ada. Yang 
                  pertama dan yang paling banyak adalah postulat gerakan 
                  pembaharuan yang berpendapat bahwa setiap orang diperkenankan 
                  mengungkapkan makna kitab suci. Karenanya penafsiran AlQur'an 
                  bukan monopoli para imam dan mudjtahid (pemimpin agama dan 
                  pemegang wewenang tertinggi dalam bidang hukum).
                  
                  Bahwa AlQur'an seharusnya dipandang sebagai sumber dari segala 
                  keilmuan, tidak perlu kita permasalahkan lagi. Banyak kaum 
                  intelegensia Muslim yang mengungkapkan bagaimana 
                  penemuan-penemuan ilmiah yang paling mutakhir sekalipun ada 
                  diungkapkan dengan bahasa simbolik dalam Al Qur'an.
                  
                  Secara apriori mengasosiasikan Qur-an dengan Sains modern 
                  adalah mengherankan, apalagi jika asosiasi tersebut berkenaan 
                  dengan hubungan harmonis dan bukan perselisihan antara Qur-an 
                  dan Sains. Bukankah untuk menghadapkan suatu kitab suci dengan 
                  pemikiran-pemikiran yang tidak ada hubungannya seperti ilmu 
                  pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang paradoks bagi 
                  kebanyakan orang pada jaman ini?
                  
                  Sesungguhnya orang yang membaca AlQur'an secara teliti dalam 
                  upaya memahami bagaimana pendiriannya terhadap Sains, ia akan 
                  mendapatkan sekumpulan ayat-ayat yang jelas, terbentang 
                  menurut empat bagian yang semua aspeknya mengarah kepada 
                  masalah ilmiah.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan hakikat Sains dan arah serta tujuannya mengenai apa yang dapat diketahui dengan filsafat Sains dan teori makrifat.
Metode pengungkapan tentang hakikat-hakikat ilmiah yang bermacam-macam.
Menampakkan sekumpulan hukum-hukum dan peraturan-peraturan dilapangan Sains yang bermacam-macam, terutama fisika, geographi dan ilmu hayat.
Menghimbau agar mempergunakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan tersebut.
                  
                  Semua ayat AlQur'an itu diturunkan 
                  mengandung hal-hal yang logis, dapat dicapai oleh pikiran 
                  manusia, dan AlQur'an itu dijadikan mudah agar dapat dijadikan 
                  pelajaran atau bahan pemikiran bagi kaum yang mau memikirkan 
                  sebagaimana yang disebut dalam Surah Al-Qamar ayat 17 :
                  
                  "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk 
                  pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?"
                   
                  (QS. 54:17)
                  
                  "Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Kitab kepada mereka, 
                  Kami jelaskan dia (kitab itu) atas dasar ilmu pengetahuan; 
                  menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."
                   
                  (QS. 7:52)
                  
                  Surah 3, Ali Imran ayat 7 menyatakan bahwa AlQur'an terbagi 
                  atas dua babak : Muhkamat dan Mutasyabihat
                  Yang Muhkamat adalah petunjuk hidup yang mudah dimengerti yang 
                  terdapat didalam AlQur'an, termasuk didalamnya masalah 
                  halal-haram, perintah dan larangan serta hal-hal lainnya 
                  dimana ayat-ayat tersebut dapat dipahami oleh siapa saja 
                  secara gamblang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran 
                  yang berat.
                  Sedangkan Mutasyabihat adalah hal-hal yang susah dimengerti 
                  karena berupa keterangan tentang petunjuk banyak hal yang 
                  mesti diteliti dan merangkaikan satu sama lain hingga dengan 
                  begitu terdapat pengertian khusus tentang hal yang dimaksudkan, 
                  termasuk didalamnya adalah dapat diungkapkan melalui kemajuan 
                  teknologi dan cara berpikir manusia.
                  
                  Seandainya AlQur'an itu seluruhnya muhkam, pastilah akan 
                  hilang hikmah yang berupa ujian sebagai pembenaran juga 
                  sebagai usaha untuk memunculkan maknanya dan tidak adanya 
                  tempat untuk merubahnya. Berpegang pada ayat mustasyabih saja 
                  dan mengabaikan ayat Muhkamat, hanya akan menimbulkan fitnah 
                  dikalangan umat.
                  Juga seandainya AlQur'an itu seluruhnya mutasyabihat pastilah 
                  hilang fungsinya sebagai pemberi keterangan dan petunjuk bagi 
                  umat manusia. Dan ayat ini tidak mungkin dapat diamalkan dan 
                  dijadikan sandaran bagi bangunan akidah yang benar.
                  
                  Akan tetapi Allah Swt dengan kebijaksanaanNya telah menjadikan 
                  sebagian tasyabuh dan sisanya mustayabihat sebagai batu ujian 
                  bagi para hamba agar menjadi jelas siapa yang imannya benar 
                  dan siapa pula yang didalam hatinya condong pada kesesatan.
                  
                  Cukup banyak selama ini orang yang mencoba menguak sisi 
                  keilmiahan dari AlQur'an dengan mengandalkan ayat-ayat yang 
                  bersifat mutasyabihat semata, namun tidak jarang pula akhirnya 
                  mereka malah terjebak didalam pemahaman mereka sendiri akibat 
                  berbenturan dengan hal-hal yang memang non-ilmiah yang 
                  terdapat didalam AlQur'an, sehingga pengungkapannya seringkali 
                  berkesan rancu dan dicocok-cocokkan guna mendukung teori 
                  mereka.
                  
                  Sesungguhnya Tasyabuh yang terdapat dalam AlQur'an itu ada dua 
                  macam :
                  
                    1  Tasyabuh hakiki     ialah 
                  tasyabuh yang tidak mungkin dapat dimengerti oleh manusia,     
                  seperti mengenai hakekat sifat-sifat Allah Azza wa Jalla,     
                  meskipun kita tahu makna dari sifat-sifat itu, tetapi kita 
                  tidak     mengerti hakikat dan kaifiyatnya.
                      Dalam hal ini Allah telah berfirman : "...sedang 
                  ilmu mereka     tidak dapat meliputi 
                  ilmu-Nya."
                   
                  (QS. 20:110)
                    2  Tasyabuh nisbi     Ialah 
                  tasyabuh bagi sebagian orang tetapi tidak demikian bagi     
                  sebagian lainnya. Orang-orang yang mendalam ilmunya ataupun 
                  orang     yang mempelajari ilmu 
                  pengetahuan bisa mengetahui tasyabuh     
                  seperti ini, namun sebaliknya, orang-orang yang tidak memiliki     
                  pengetahuan ataupun mendalam ilmunya tidak dapat mengetahuinya.
                  
                      Tasyabuh macam ini dapat diungkap dan 
                  dijelaskan, karena didalam     AlQur'an 
                  tidak ada yang tidak jelas maknanya bagi siapa saja yang     
                  mau mendalaminya.
                      Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :     
                  "(AlQur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan     
                  petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa."  
                  (QS.     3:138)
                  
                  Pengertian harakah (gerakan) dalam Islam berbeda dengan apa 
                  yang diungkapkan sebagian doktrin dan agama lainnya. 
                  Pengertian ini timbul sebagai asas dari keselarasan antara 
                  pasangan-pasangan ini : Material dan Immaterial, fisika dan 
                  metafisika, bumi dan langit, ilmu dan iman, manusia dan Allah. 
                  Hilangnya salah satu ujung dari ujung-ujung perseimbangan ini 
                  akan memisahkan agama Allah dari kemampuan untuk bergerak dan 
                  menyebar.
                  
                  Disini celah-celah pembicaraan mengenai pendirian dari Sains, 
                  tampaklah kerapatan hubungan tersebut secara kokoh, yaitu 
                  kerapatan hubungan antara AlQur'an dan hakikat Sains serta 
                  sumbangsihnya. Namun ini tidak menghalang-halangi kita untuk 
                  memandang bagian-bagian yang sarat akan setiap hakikat 
                  Qur'aniah yang bersumber dari Ilahi, dan tidak bisa dinamai -secara 
                  metaphoris atau figuratif- hakikat ilmiah yang bersumber dari 
                  manusia. Karena disana ada garis pemisah dilihat dari segi 
                  berubah-ubahnya kedua sumber ini, yaitu garis pemisah yang 
                  terbentang diantara ilmu Ilahi dan ilmu Basyari (manusia).
                  
                  Ilmu Ilahi yang memberi kita sebagian pemberiannya dalam 
                  AlQur'an itu berisi hakikat-hakikat dan penyerahan-penyerahan 
                  yang mutlak. Sesuatu yang batil tidak datang dari depannya dan 
                  tidak pula dari belakangnya, yaitu ketika pemberian-pemberian 
                  ilmu Basyari menjadi tertahan oleh relativitasnya, 
                  kekacauannya dan perubahannya.
                  Dalam ilmu Basyari tiada hakikat final. Para ilmuwan sendiri -setelah 
                  melalui eksperimen dengan segala perlengkapannya- berkesudahan 
                  sampai kepada hasil ini bahwa pemberian-pemberian Sains 
                  hanyalah kemungkinan-kemungkinan belaka, kadang salah kadang 
                  tepat, dan penyingkapan-penyingkapannya adalah penyifatan bagi 
                  yang tampak, bukan interpretasi baginya.
                  
                  Allah mengajarkan bahwa isi AlQur'an itu tidak lain dari 
                  fitrah manusia, petunjuk bagi manusia untuk mengenal dirinya 
                  dan lingkungannya. Sayangnya umat Islam selama ini cenderung 
                  lari dan mengingkari kefitrahan yang dimaksudkan oleh AlQur'an 
                  itu sendiri. Kaum muslimin tidak lebih mengerti AlQur'an 
                  ketimbang orang diluar Islam sendiri. Agama Islam menjadi 
                  asing dalam lingkungannya sendiri, tepat seperti yang 
                  disabdakan oleh Rasulullah.
                  AlQur'an mengajarkan bahwa tiada iman yang tidak diuji, 
                  karenanya kaum Muslimin harus mempersiapkan diri menghadapai 
                  ujian Allah yang sangat berat sekalipun. AlQur'an juga 
                  mengajarkan bahwa ia merupakan petunjuk yang sebaik-baiknya 
                  untuk membina kehidupan umat, itulah kewajiban kaum Muslimin 
                  untuk membuktikan kebenarannya ! Bukan kewajiban Allah untuk 
                  membuktikan kebenaran firmanNya ! Sebab firman itu benar 
                  dengan sendirinya.
                  
                  Dengan modal kejujuran, kita bisa membaca sikap kita selama 
                  ini: meminta, menuntut agar Allah membuktikan kebenaran 
                  firmanNya ! Karena kita tidak mengerti apa makna ajaran Allah 
                  !
                  Coba anda belajar pada orang Jepang tentang ilmu membuat mobil 
                  dan orang Jepang akan memberikan buku serta rumus-rumusnya. 
                  Tugas anda adalah untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu yang 
                  anda terima dari Jepang, dan bukan menagih agar orang Jepang 
                  membangun industri mobil di Indonesia dengan ilmu-ilmu mereka 
                  itu, serta bukan pula dengan jalan menghapalkan dengan 
                  melagukan ilmu-ilmu membuat mobil itu saja dengan harapan anda 
                  akan menjadi pintar dengan sendirinya sehingga tiba-tiba anda 
                  bisa menciptakan mobil tersebut dengan sim salabim!
                  
                  Begitulah AlQur'an, sebagai satu sarana untuk menghadapi ujian 
                  Allah tentang keimanan, kita harus belajar, belajar, berjuang 
                  dan berjuang agar kita bisa merealisasikan kebenaran ayat-ayat 
                  itu. Memang tidak mungkin jika ilmu Allah termuat dengan rinci 
                  dalam AlQur'an, karena AlQur'an sendiri sudah mengkiaskan 
                  bahwa ilmu Allah itu tidak bisa dituliskan dengan tinta 
                  sebanyak air dilautan sekalipun.
                  AlQur'an hanyalah satu petunjuk yang menunjukkan bahwa Ilmu 
                  Allah terdapat dimana-mana, diluar dan dalam diri manusia itu 
                  sendiri. Suatu petunjuk yang sempurna yang harus dikaji dengan 
                  otak, perasaan dan logika pengetahuan. Bukan sekedar menagih 
                  kepada Allah untuk merealisasikan janjiNya !
                  
                  Dengan penuh kerendahan hati dan bermodalkan kemampuan yang 
                  pas-pasan , baik dalam berpikir maupun pengetahuan, saya 
                  disini mencoba untuk ikut menguak sedikit ilmu yang terkandung 
                  dalam kitabullah ini dengan berdasarkan pada surah 9:122 
                  dibawah ini:
                  
                  "Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu keluar 
                  semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di 
                  antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan 
                  mereka tentang agama ? dan untuk memberi peringatan kepada 
                  kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka 
                  itu dapat menjaga dirinya ?"  
                  (QS. 9:122)
                  
                  Dalam mengemukakan pendapat dalam rangka menggali ilmu agama 
                  yang terkandung dalam AlQur'an, saya tidak memisahkan antara 
                  sesuatu yang ilmiah dan yang non-ilmiah, muhkamat dan 
                  mutasyabihat, semuanya coba saya satukan, sebagai suatu hal 
                  yang memang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam agama, sebab 
                  salah satu pokok keimanan kita adalah mempercaya hal-hal ghaib 
                  yang memang tidak dapat kita lihat seperti ayat 2:3
                  
                  "Mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, 
                  dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada 
                  mereka."  (QS. 2:3)
                  
                  "Dia-lah yang menurunkan Kitab (AlQur'an) kepada kamu. Di 
                  antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi 
                  AlQur'an dan yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang 
                  dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti 
                  sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan 
                  fitnah /perselisihan/ dan untuk mencari-cari pengertiannya, 
                  padahal tidak ada yang mengetahui pengertiannya melainkan 
                  Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya . 
                  Katakanlah:"Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu 
                  dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran 
                  melainkan orang yang mau memikirkan."  
                  (QS. 3:7)
                  
                  Namun demikian, bukanlah saya ini hendak berkata sombong bahwa 
                  saya termasuk orang yang berpengetahuan atau mendalam ilmu 
                  dibidang agama sehingga bisa membedah-bedah AlQur'an 
                  sekehendak hati saya, sama sekali tidak ada terbesit dalam 
                  hati saya untuk yang demikian.
                  Semua ini saya lakukan hanya sebagai hasil dari olah pemikiran 
                  saya terhadap apa yang saya pelajari dari AlQur'an, Sunnah 
                  Rasul, dan ditambah dengan berbagai pendapat para ulama dan 
                  kaum cendikiawan untuk selanjutnya sebagai hasil akhir kajian 
                  saya ini saya serahkan kepada anda semua untuk melakukan 
                  penilaian dan menjadi bahan pemikiran dari pendapat yang saya 
                  kemukakan ini.
                  
                  Didalam beragama, saya tidak mempermasalahkan mahdzab apapun 
                  yang dipergunakan oleh orang lain didalam Islam, bagi saya, 
                  selama orang itu memiliki dalil dan dasar hukum yang dapat 
                  dijadikannya sandaran dari keyakinannya itu, adalah syah-syah 
                  saja.
                  Islam terlahir "TIDAK dengan bermahdzab", Islam adalah satu. 
                  Tidak ada Islam Hanafi, Islam Hambali atau Islam Syafe'i. 
                  Bahkan 'Islam Muhammad' pun tidak pernah ada, apalagi Islam 
                  Ahmadiyah ! Islam adalah agama Allah, agama yang berdasarkan 
                  fitrah manusia dan agama yang diturunkan kepada semua Nabi dan 
                  Rasul sebelumnya.
                  
                  Islam bukanlah agama yang penuh misteri, yang hanya dapat 
                  dimengerti oleh sekelompok jemaah. Rasulullah Muhammad Saw 
                  tidak meninggalkan dunia yang fana ini kecuali setelah ia 
                  menyampaikan amanat dan menunaikan risalahnya. Rasulullah 
                  kemudian meminta para pengikutnya dan semua sahabat-sahabatnya 
                  untuk menyebarluaskan dan menyampaikan ajaran-ajaran Ilahi 
                  yang telah mereka peroleh darinya.
                  Seluruh umat Islam bertanggung jawab untuk menyampaikan dan 
                  menyebarluaskan risalah Islam. Tidak ada perbedaan, kecuali 
                  perbedaan kadar dalam memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul. 
                  Dan tidak ada seorangpun yang memperoleh izin khusus /sekalipun 
                  dia memiliki kemampuan dan pengakuan yang tertinggi dalam 
                  bertabligh/ untuk dapat menghalalkan yang diharamkan Allah, 
                  atau mengharamkan yang telah dihalalkanNya.
                  
                  Dan janganlah kamu mengatakan dusta terhadap apa yang 
                  disebut-sebut oleh lidahmu: "ini halal dan itu haram", untuk 
                  kamu ada-adakan kebohongan atas nama Allah. Sesungguhnya orang 
                  yang mengada-adakan dusta atas nama Allah tiada akan bahagia.
                  
                  (QS. 16:116)
                  
                  Allah sangat membenci perpecahan, marilah kita semua saling 
                  rangkul merangkul, bahu membahu didalam menghadapi serbuan 
                  para musuh-musuh Islam dengan semangat persatuan dan ukhuwah 
                  Islamiah yang berpedomankan kepada AlQur'an dan Sunnah Rasul 
                  serta membuktikan bahwa Islam adalah memang yang terbaik dan 
                  agama yang diridhoi oleh Tuhan.
                  
                  Allah Yang Pengasih Penyayang, dengan namaNya dimulai tulisan 
                  ini semoga diberkahi dan dibimbingNya menurut keridhoanNya 
                  serta berguna untuk peradaban masyarakat ramai, khususnya 
                  untuk saudara-saudaraku umat Islam dan bagi para penuntut ilmu 
                  dan kebenaran dari berbagai disiplinnya, termasuk para alim 
                  ulama dan cendikiawan muda. 
                  
                   
| Islamic Media 2008 Kritik & Saran INDEX UTAMA |