Hukum Amal Dalam Rangka Menegakkan Khilafah Rasyidah Dan Mengangkat Imam Adil Yang Umum Memimpin Seluruh Kaum Muslimin
(Bag.3)

<< Baca Sebelumnya

Selain ketiga pilihan itu baginya tidak ada pilihan lain kecuali pilihan adzab, dan penungguan turunnya goncangan-goncangan yang dahsyat padanya baik sekarang atau nanti.

Allah ta’ala tidak memulai sehingga engkau hai Abdullah yang memulai – bila engkau memulai – sikap perang terhadap Allah maka janganlah kamu mencela kecuali dirimu sendiri…!

Dan orang yang memperhatikan goncangan-goncangan yang dahsyat yang menimpa umat pada zaman ini – dan hal itu banyak dan beragam – maka ia mendapatkan bahwa sebab itu semua kembali pada sikap mereka menelantarkan jihad fi sabilillah dan nushrah para mujahidin.

Dan beliau saw : “Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad melainkan Allah menimpakan adzab kepada mereka”20, yaitu Allah mengurung dan memayungi mereka dengan adzab; adzab dunia dengan berupa kehinaan dan dengan apa yang Allah kehendaki, dan adzab akhirat yang mana ia lebih dahsyat dan lebih pedih…

Dan beliau saw : “Bila kalian jual beli ‘inah21, mengikuti ekor sapi, rela dengan pertanian dan meninggalkan jihad di jalan Allah maka Allah kuasakan atas kalian kehinaan yang tidak Dia cabut sampai kalian kembali kepada dien kalian,”22 yaitu Dia tidak mengangkat dari kalian kehinaan dan adzab ini sampai kalian kembali pada jihad fi sabilillah, sebab kejayaan dan kemuliaan kalian -, dimana Rasul menamakan dien kaum muslimin dengan jihad – kemudian kalian tidak menyibukkan diri darinya dengan perniagaan – yang bercampur praktek riba – dan tidak pula sibuk dengan peternakan atau pertanian atau yang lainnya yang masuk dalam makna perhiasan dan kesibukan dunia.23

Dan sabdanya saw : “Hampir umat-umat mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang makan mengerumuni nampannya,” seorang penanya berkata : “Apa karena kami sedikit?” beliau menjawab : “Justeru kalian saat itu banyak, tapi kalian adalah buih seperti buih banjir, dan sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh kalian rasa segan (takut) terhadap kalian, dan Dia akan menimpakan Wahn di hati kalian,” orang itu bertanya : “Wahai Rasulullah apa Wahn itu?” beliau berkata : “Cinta dunia dan takut mati.”24

Saya katakan : yaitu bersekongkolnya bangsa-bangsa kafir terhadap umat Islam – umat semilyar muslim! – adalah lebih dahsyat dari persekongkolan mereka terhadapnya pada zaman ini. Dan sebab itu semua – sebagaimana yang dikatakan penghulu seluruh makhluk saw – adalah wahn yang menimpa manusia dan yang menghantarkannya pada sikap berpaling dari jihad fi sabilillah.

Keempat : Di antara sisi-sisi yang membawa kita begitu juga untuk memilih jalan jihad tidak yang lainnya adalah bahwa meninggalkan jihad itu – tanpa alasan syar’iy yang sah – dan menjauhi jalannya adalah dianggap qarinah (bukti) yang menunjukkan terhadap kemunafikan, hati yang berpenyakit dan kerusakannya. Wal ‘iyadzu billah.

Allah swt berfirman :

 

“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.” (At Taubah : 44-45).

 

Allah ta’ala mengabarkan bahwa sikap mereka meninggalkan jihad dan absen dari jihad bersama Nabi saw adalah dalil atas kemunafikan mereka, keberpenyakitan hati mereka dan ketidakimanan mereka.

Ibnu Taimiyyah berkata dalam Al Fatawa 28/438 : Ini adalah pemberitahuan dari Allah bahwa orang mu’min tidak akan meminta izin kepada Rasul dalam meninggalkan jihad, akan tetapi yang meminta izin kepadanya hanyalah orang-orang yang tidak beriman, maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan tanpa meminta izin?!. Selesai.

Saya berkata : Maka bagaimana dengan orang yang mematahkan semangat dari jihad, dan menganggap dosa dan jahat para mujahidin karena sebab jihad mereka…?!

Bagaimana dengan orang yang menggugurkan jihad secara total dan menghalang-halangi umat darinya, karena pentakwilan-pentakwilan yang bathil lagi rusak, yang faktor pendorongnya adalah sifat pengecut dan penakut serta penebaran isyu…?!.

Bagaimana dengan orang yang mengganti jihad fi sabilillah dengan jalan-jalan yang bathil lagi syirik, seperti demokrasi, pemilu parlemen dan yang lainnya…?!.

Bagaimana dengan orang yang dibawa rasa hasud dan dengki untuk menuduh para mujahidin dengan tuduhan khianat dan kaki tangan (‘umalah) bagi negara-negara kafir dan thaghut, dan bahwa mereka itu tidak lebih dari sekedar orang-orang upahan yang digerakkan oleh sikapnya sebagai ‘umalah bagi pemerintah-pemerintah yang khianat…?!.

Bagaimana dengan orang yang membenci jihad dan mujahidin – orang-orang pilihan dari umat ini – dan memusuhi mereka, serta mengompori manusia untuk menyakiti mereka, serta mencela mereka dan jihadnya…?!

Tidak ragu lagi bahwa orang yang mendatangkan satu dari sifat-sifat buruk tadi adalah lebih layak divonis munafik daripada orang yang meninggalkan jihad setelah meminta izin…!!

Rasulullah saw berkata : “Siapa yang mati sedang ia belum pernah berperang dan tidak pernah membisikkan hatinya dengan berperang maka ia mati di atas cabang dari kemunafikan.” Muslim.

Ini tentang orang yang tidak membisikkan jiwanya untuk berperang dengan jujur dan ikhlash, maka bagaimana dengan orang-orang yang tadi disebutkan berikut sifat-sifatnya yang busuk…?!

Saya katakan : Derajat iman paling lemah adalah seseorang membisikkan jiwanya untuk perang, jihad dan mengangan-angankannya, dan ia berdo’a kepada Allah agar memudahkan hal itu baginya serta ia jujur kepada dirinya dalam hal itu – sedangkan ini adalah hal yang bisa dilakukan oleh semua, tidak seorangpun diudzur dalam meninggalkannya, karena tidak ada kekuasaan bagi seorangpun atasnya yang bisa menghalanginya dari hal itu – karena sesungguhnya bila ia jujur dalam bisikan jiwanya itu, maka jiwanya suatu hari akan membawanya untuk berjihad di jalan Allah, dan itu mesti.

Kemudian bila meninggalkan jihad adalah qarinah atas kemunafikan dan dalil atasnya, karena sesungguhnya jihad fi sabilillah adalah dalil yang benar atas kejujuran iman pelakunya, sebagaimana firman Allah ta’ala :

 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang jujur.” (Al Hujuraat : 15).

 

Yaitu mereka lah orang-orang yang jujur dalam keimanannya lagi sebenar-benarnya, karena mereka telah mendatangkan bukti yang benar yang menunjukkan kepada hal itu, yaitu al jihad fi sabilillah dengan harta dan jiwa mereka.

Karena sesungguhnya al wilayah (perwalian) – bagi orang yang berupaya kepadanya dan mencarinya – tidak akan terealisasi bagi pelakunya kecuali dengan mutaba’ah terhadap tuntunan syari’at dan dengan jihad fi sabilillah. Dan seukuran berkurangnya dari hal itu maka berkurang pula perwalian Allah ta’ala dan kecintaan-Nya kepadanya.

Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitabnya Al ‘Ubudiyyah : “Allah telah menjadikan bagi orang-orang yang dicintai-Nya dua tanda : Mengikuti Rasul dan jihad di jalan Allah, dan itu karena jihad pada hakikatnya adalah ijtihad (berupaya) dalam meraih apa yang Allah cintai berupa al iman dan amal shaleh, dan dalam menolak apa yang Dia benci berupa kekafiran, kefasikan dan maksiat.” Selesai.

Wa Ba’du :

 

Inilah sebagian sebab-sebab – sedangkan satu saja cukup bagi pencari kebenaran – yang membawa kita dengan kuat untuk mengatakan bahwa jihad fi sabilillah adalah jalan syar’iy yang shahih dan satu-satunya yang wajib dianut dan dilalui umat ini dalam mencapai kembalinya kehidupan Islami dan penegakkan khilafah rasyidah.

Walaupun nampak di hadapan mata – untuk pertama memulainya – bahwa jalan ini berat dan susah atas umat untuk menerjuninya atau berjalan di atasnya, dan bahwa ia membutuhkan pengorbanan besar darinya.

Saya katakan : Walaupun keberadaan sebagian kesulitan bagi jalan yang penuh berkah ini akan tetapi ia adalah jalan termudah, terdekat dan terminimal beban dan pengorbanannya; dan tidak ada jalan yang lebih mudah darinya dan yang lebih dekat untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Dan upaya apa saja dalam rangka merealisasikan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran umum bagi dien ini tanpa jalan ini, maka ia adalah upaya yang gagal lagi rugi yang di belakangnya tidak ada selain penyia-nyiaan waktu dan tenaga secara bersamaan. Oleh sebab itu hendaklah para du’at dan para ‘amilin untuk dien ini bertaqwa kepada Allah dalam hal waktu dan tenaga umat ini; dan janganlah mereka menjadikannya sebagai barang jajanan bagi perniagaan mereka dan pendapat-pendapat pribadi mereka yang tidak menambah bagi umat ini kecuali keterbelakangan dan ketinggalan dari tujuan-tujuan dan sasaran-sasarannya?


20 Dikeluarkan oleh Ath Thabaraniy, silsilah Al Ahadits Ash Shahihah 2663

21 Jual beli ‘inah : adalah satu macam transaksi, dan caranya : engkau menjual sesuatu kepada orang lain dengan bayaran tertunda, kemudian engkau kembali membelinya darinya kembali dengan harga lebih murah secara kontan.

22 Abu Dawub dll, As Silsilah Ash Shahihah : 11.

23 Saya berkata : Pernah saya menghadiri ceramah Al Qardlawiy dengan tema problema ekonomi Islam atau dunia Islam – sesuai apa yang saya ingat – di Universitas Islam Malaysia. Dia berdalil dengan hadits ini terus menempatkannya bukan pada tempatnya dan menafsirkannya dengan tafsiran yang aneh sekali yang tidak bisa diterima bahasa hadits dan dilalahnya, serta tidak pernah seorang alim pun baik kalangan dahulu dan sekarang mengatakannya sebelum dia, bahkan dia membawanya pada makna yang sakit yang menyelisihi dilalah hadits, dan di antara yang dia ucapkannya : makna hadits ini : yaitu sesungguhnya kalian bila sibuk dengan peternakan dan pertanian serta merasa cukup dengan hal itu, dan kalian tidak memperhatikan sumber-sumber pemasukan lain seperti industri dan yang lainnya maka Allah kuasakan atas kalian kehinaan yang tidak Dia cabut dari kalian sampai kalian kembali kepada industri dan mengambil semua sebab-sebab kemajuan ekonomi…!!

Perhatikanlah penyelewengan dan dusta atas nama Allah dan Rasul-Nya…!!

Dan yang menghalangi saya dari membantahnya saat itu adalah bahwa kondisi keberadaan saya di negeri itu tidak resmi, sehingga saya khawatir andaikata saya melakukan (bantahan), perbuatan saya itu menarik perhatian orang-orang dzalim – sedang mereka itu banyak disana – dan mengarahkannya kepada saya, terus saya diciduk ke penjara-penjara mereka dan sampai waktu yang tidak mengetahuinya kecuali Allah ta’ala!

24 Abu Dawud dan yang lainnya, As Silsilah Ash Shahihah : 958.

 

Islamic Media Ibnuisa
PUSTAKA ISLAM
HOME


Ring ring