Chapter 1
Titik Bertolak - Awal Berkait
 

1.1   Agama Kristen Nyaris Roboh
 

7 April tahun 30 A.D. (Anno Domini)1 bertepatan dengan hari Jum'at, YESUS KRISTUS putera Tuhan yang diutus pada domba-domba Israel telah dijatuhi hukuman mati, disalib! Demikianlah cerita yang tersurat dalam kitab suci ummat Kristen, Perjanjian Baru.

Di lembah GOLGOTTA Bethlehem Yerusalem, kira-kira pukul 3 sore pada Jum'at yang na'as itu, dalam keadaan hampir telanjang, Yesus sang Putera telah menjalani hukuman matinya. Itulah klimaks dari kegagalan missinya. Ia gagal total menanam benih di atas ketandusan bangsanya. James M. Stalker berkata dalam bukunya:
 

"Belum pernah di dunia ini sesuatu kegagalan begitu mutlak nampaknya seperti kegagalan Tuhan Yesus. Tubuhnya terkapar dalam kubur. Musuh-musuhnya sudah menang. Kematian mengakhiri segala pertentangan dan dari kedua yang bertentangan itu, kemenangan adalah pada pihak pemimpin-pemimpin Yahudi. Tuhan Yesus sudah tampak dan menyatakan diri sebagai Messias. Tetapi Ia bukanlah jenis Messias yang mereka idam­idamkan. Pengikut-pengikutnya sedikit saja jumlahnya dan tidak berpengaruh. Masa kerjanya singkat sekali. Sekarang Ia sudah mati dan tamatlah riwayatnya." 2

 

Alangkah ironisnya peristiwa itu. Betapa tidak, sang BAPAK di sorga seolah­olah tidak mengenal watak hakiki bangsa Israel "selalu berkhianat" terutama terhadap Utusan-utusan yang datang. Ah, lagi-lagi Tuhan Bapak itu telah lalai mempersiapkan keamanan menjelang Sang Putera datang ketengah domba­domba Israel. Ataukah ada unsur kesengajaan sang BAPAK membunuh PUTERANYA sendiri?
 

Cobalah lihat peristiwa yang menimpa diri Yesus ini. Bahkan pengikut-pengikutnya yang sedikit itupun mengingkari dia. SIMON PETRUS murid yang dicinta dan menyintai juga meninggalkannya. Bukan itu saja, ia banyak menyaksikan adegan-adegan hina atas Gurunya. Ia menyaksikan Gurunya dituntut di depan pengadilan, tapi ia diam saja. Ia menyaksikan pukulan-pukulan tinju menjatuhi tubuh Gurunya, ia diam saja. Saat Gurunya diludahi, ia diam saja. Ketika orang bertanya apakah ia kenal Yesus, ia menjawab: "Aku tidak kenal orang itu." Sampai tiga kali orang bertanya padanya, Simon Petrus murid yang terdekat itu tetap menyangkal. Padahal ia pernah bersumpah di hadapan Gurunya:

"Biarpun hamba mati bersama-sama TUHAN tiada hamba akan menyangkali Tuhan. "3
 

Takutkah ia? Ataukah ia sehaluan dengan Judas Iskariot si pengkhianat?!! Cobalah lihat yang lain, seluruh lapisan masrakat, orang-orang Yahudi, orang tua ahli-ahli Taurat, seluruhnya ikut melibatkan diri mereka atas pembunuhan yang keji. Bahkan yang memilih vonis salib adalah mereka.4 Tatkala kematian di salib berakhir dengan jeritan putus harap: "Ya Tuhan! Ya Tuhan, mengapa Engkau tinggalkan Aku" (Eli Eli Lama Sabakhtani), sedangkan dari sang BAPAK di sorga tiada juga datang jawaban atas panggilan putera yang menyayat pilu, maka berakhirlah sudah kisah dramatis di lembah Golgotta. Sebaliknya dari kisah yang tamat, dimulailah awal persengketaan religius di kalangan theoloog-theoloog Kristen terhadap diri Yesus. Figur siapa "YESUS KRISTUS" menjadi pokok fundamentil dari kekacauan iman yang tak habis-habisnya.

Siapakah sebenarnya ia itu? Seorang manusia, Superman, Juru Selamat yang celaka, SEMI (setengah) GOD, ataukah ia PUTERA Tuhan atau TUHAN itu sendiri? Itulah soal-soal yang memusingkan akal, mengacaukan keyakinan kaum kristen. Missinya yang singkat dan gagal total, kematiannya yang hina di palang kayu, membuktikan secara nyata betapa mati gersang rohani bangsa Yahudi dan betapa sia-sia serta konyol setiap Utusan Tuhan yang datang pada mereka.

Adalah satu hal yang wajar bila sejarah Yesus berakhir pada kematiannya: Sebagaimana yang dikatakan James Stalker:  "Sekarang ia sudah mati dan tamatlah riwayatnya."

Akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian; Sejarah Kristen mulai menampilkan lembaran-lembaran babak baru tentang Yesus. Justru dengan kisah "SESUDAH MATINYA" itulah, jalan baru telah terbuka lempang bagi kelangsungan iman kristiani. Kematian Yesus bukan penutup dari kegagalannya, demikian theolog-theolog Kristen berbicara. Dari kematian timbul masa cerah. Samuel Zwemer berkata:

"Syukur kepada Allah bahwa berita Injil tidak berakhir dengan kematian Kristus. Cerita itu tidak tammat dengan jeritan kemenangannya "sudah selesai." Demikian juga amanat kerasulan. Kematian Kristus disusul oleh kebangkitannya. "5

Orang-orang yang menjadi saksi mata kisah kebangkitan dari maut tersebut, termasuk murid-muridnya yang ingkar, konon memperoleh kembali keyakinan mereka akan Tuhannya Yesus. Kebangkitan dari maut memancarkan cahaya baru, kata Samuel.6 Karenanya kegagalan missi beralih success, yang ingkar balik percaya, yang berdosa putih kembali, dan tammatnya kisah Kristus karena kematiannya menjadi berlanjut.

 

James Stalker berkata:

"Karena kebangkitannya dari maut maka kebangkitan itu sendiri adalah MUJIZAT terbesar, sehingga karenanya SELURUH KEHIDUPANNYA YANG AJAIB menjadi dapat dipercaya."7

Rasul Paulus juga berkata:

"Jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu. "8
 

Itulah makna kebangkitan. Sayangnya kebangkitan itu hanya berjalan 40 hari.

Pada hari ke-40 dari kematian Yesus maka tubuhnya yang dipermuliakan itupun kembalilah ke tempatnya yang sejati, di sebelah KANAN ALLAH BAPAK.
9

Tidak semua kaum Yahudi yang mati rohani sempat menjadi saksi-saksi mata.
Konon kepercayaan hanya menjalar pada segelintir manusia yang melihat kisah kebangkitan itu. Apakah yang melihat sanggup bertahan, padahal semenjak Yesus lenyap telah timbul kontroversi-kontroversi religius yang tak kunjung selesai. Bertahun­tahun awan gelap meliputi ummat Masehi. Opini-opini yang bertentangan mengenai siapa YESUS KRISTUS melanda kaum pendeta, kaum paderi, uskup­uskup dan Paus-paus. Mereka saling berbantah, saling mengucil, saling melaknat dan mengutuk. Masa gelap dan silang sengketa ini harus disudahi serta dicarikan obat penawar demi kelangsungan hidup agama itu sendiri.

Hal inilah yang menyebabkan kisah versi Perjanjian Baru masih berlanjut.


 

1.2   Kedatangan Kembali Almasih
 

Pada akhirnya diketemukanlah semacam obat penawar yang kelihatannya dipaksakan pada tubuh yang sedang sakit itu. Obatnya tidak lagi berkisar pada cerita "KUBURAN KOSONG" atau pada "KEMATIAN TUHAN DISALIB" atau pada cerita "BANGKIT DARI MAUT" melainkan pada cerita baru: "KEDATANGAN KEMBALI ALMASIH" ke atas dunia ini. Entah kapan ia datang, namun ia sudah berjanji untuk kembali dan mendirikan kerajaan Allah yang kekal. Charles H. Spurgeon berkata dalam kitabnya:

 

"Drama keseluruhan yang meliputi kebangkitan kembali itu belum komplit jika Yesus Kristus belum juga datang kembali ke dunia sebagai Raja. Jika dia sudah datang, dia tidak akan dihina, diludahi lagi. Setiap orang akan berlutut padanya. Dia akan datang bersama salib namun tidak sepotongpun paku akan melukai tangannya yang halus lembut itu. Dia datang untuk mendirikan kerajaan Allah yang kekal dan akan memerintah untuk selama-lamanya. Haleluyah!"10
 

Demikian makna kedatangan kembali Yesus ke dunia; menjadi obat penawar, sinar cerah dan keyakinan usang yang diperbarui.

Masa keragu-raguan tampaknya hilang sudah karena konsep baru telah diperoleh. Akan tetapi pada hakikatnya dalam praktek penindoktrinasian konsepsi baru tersebut ternyata tidak sanggup mendominir ratio maupun fitrah insaniah di dada setiap orang. Logika mulai menolak, dada mulai sangsi. Bentrokan-bentrokan opini timbul kembali. Masih belum terjawab juga soal: "SIAPA YESUS ITU." Ahli sejarah Inggris yang mashur, Prof. J. Arnold Toynbee berkata:
 

"Sudah jelas bahwa kedatangan kembali Almasih mula-mula dipusakai sendiri oleh gereja, tatkala mereka diliputi kelemahan kepercayaan serta kegagalan dalam pokok keimanan mereka. Jelas pula bahwa doktrin kedatangan kembali menjalar dengan cepat pada masyarakat, sekte-sekte dan orang-orang yang sama-sama merasa serta mengalami kekecewaan karena kehilangan pegangan."11
 

Demikian yang terjadi doktrin kedatangan kembali Almasih menyerap ke dalam tubuh kristen hanya sebagai penawar iman "yang semu belaka." Ia tidak lebih dari pada suatu sumbangan konsep yang harus diterima oleh setiap Kristiani yang setiap waktu pula bersiap-siap pergi karena ditolak oleh rongga-rongga dada yang sesak yang telah lama menyimpannya, maupun oleh logika kritis yang memberontak atas dogma membeku yang melekat padanya.
 

1.3   Siapakah Imam Mahdi Itu?
 

Satu hal yang menarik untuk disisipkan di sini masih perihal KEDATANGAN KEMBALI ALMASIH ialah, bahwa bukan saja kaum Kristen yang memiliki kepercayaan "kedatangan kembali" itu melainkan pada kaum Muslimin ternyata pula menyimpan kepercayaan itu. Entah siapa yang berhak di antara kedua ummat ini, ataukah keduanya sama-sama berhak?

Jika kedatangan Almasih bagi ummat Kristen merupakan HALELUYAH KEMENANGAN, maka bagi ummat muslimin merupakan DATANGNYA YANG HAQ SIRNANYA YANG BATIL. Bukankah Almasih akan datang dan menyatakan bahwa Islam adalah Agama sejati? Bukankah Almasih akan mendirikan Shalat berjama'ah serta menjadi ma'mum di shaf pertama? Alangkah bahagia saat-saat demikian!

Disamping kebahagiaan ummat Muslimin karena Almasih datang untuk kemenangan Islam, terpetik pula sebuah "kabar suka" bahwa kebahagiaan akan melimpah, kemenangan akan mutlak yaitu pada saat seseorang yang bergelar IMAM MAHDI datang di tengah-tengah ummat Muslimin. Yang lebih meyakinkan lagi ialah bahwa munculnya Imam Mahdi itu bertepatan waktunya dengan kedatangan Almasih. Beliau inilah yang didorong oleh Almasih untuk menjadi imam dalam shalat berjama'ah itu. Kedatangan Imam Mahdi telah tersebut dalam beberapa Hadits. Di antara Missi-missinya yang utama ialah:
 

* Beliau akan membagi harta sama rata;
* Beliau menegakkan Agama pada akhir zaman seperti Nabi Muhammad saw. pada permulaan zaman.

* Beliau akan menegakkan keadilan di bumi.
* Beliau akan berperang atas Sunnah Rasul.
* Beliau akan membunuh babi dan salib.
l2

* Ummat Islam akan mendapat kesenangan dari padanya yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.

* Beliau tidak membangunkan orang tidur dan tidak menumpahkan darah.
* Penduduk Bumi dan Langit serta burung-burung suka pada kekhalifahan­nya.


 

Demikianlah missi-missi utamanya. Begitu hebat makna kedatangannya, bahkan terpetik berita-berita yang mengatakan bahwa meriam-meriam musuh yang memuntahkan peluru untuk membunuh kaum Muslimin konon mendadak berobah menjadi cairan dingin. Jika demikian kondisi dan situasinya, beliau tentunya sangat diharapkan mengingat penderitaan ummat sudah semakin parah.

Akan tetapi kapan beliau datang? Soalnya hanya tunggu waktu saja; dan sesudah sekian tahun bahkan sekian abad belum juga terjawab "kapan beliau datang," maka yang menunggu bertambah menderita sedang yang ditunggu belum juga tiba.

Last but not least harapan ummat yang menderita telah terpenuhi. Secara mengejutkan namun menggembirakan, sejarah Islam telah menampilkan Imam Mahdi; Beliau sudah datang! Siapa orangnya, dimana munculnya, kapan datangnya, inilah yang sulit memastikan! Sebab Imam Mahdi yang datang tidak seorang melainkan banyak. Bahkan yang menambah sulit lagi masih ada Imam­imam Mahdi yang belum datang. Mereka juga ditunggu-tunggu kedatangannya.

Untuk memudahkan Kita mengenal para Imam Mahdi tersebut, baiknya kita memisalkan mereka dalam dua masa. Masa pertama ialah masa "mereka yang belum datang" dan masa kedua ialah "masa mereka yang sudah datang." Mereka yang akan datang menurut aliran Syiah Sabaiyah adalah Ali bin Abi Talib; Menurut Syiah Kaisaniyah adalah Mohammad Ali Hanafiyah. Menurut Syiah AI-Jaridiyah, Mohammad bin Abdullah An-Nafsus Zakiyah adalah Mahdi yang ditunggu-tunggu. Menurut Syiah Imamiah, Mohammad bin Hasan Al-Askari adalah Mahdi yang ditunggu-tunggu. Adapun para Mahdi yang "sudah datang" antara lain ialah: Ubaidullah bin Mohammad Alhabib oleh Syiah Qaramithah dianggap Mahdi. Mohammad bin Ismail bin Ja'far oleh golongan Syiah Ismailiyah dianggap Mahdi. Golongan Muwahidin menganggap Mohammad bin Taumert adalah Mahdi. Segolongan Muslim di India menganggap Ahmad bin Mohammad Berelvi adalah Mahdi. Golongan Ahmadiyah di India menganggap Mirza Ghulam Ahmad adalah Mahdi. Golongan Babiyah menganggap Ali Mohammad Al-Bab adalah Mahdi. Penduduk Sudan Afrika menganggap Mohammad Ahmad Donggola adalah Mahdi. Mahdi-mahdi yang lain seperti Mahdi dari Rief Afrika, dari Tunisia, dari Marokko, dari Pegunungan Shahrazur, dari Kurdistan, dari Senegal dan Mahdi dari Jawa timur Indonesia, merekapun telah datang dan masing-masing membawa missi-missi utamanya.l3

Demikian kumpulan Mahdi yang tercatat dalam sejarah Islam. Kenyataan dari mereka yang telah datang itu sama sekali tidak sanggup memenuhi missi-missi utamanya. Jangankan seluruh missi sanggup dipikulnya, pada tugas pembagian harta sama-rata saja, beliau-beliau itu tidak sanggup melaksanakannya; Juga mereka tidak membunuh BABI atau memecah SALIB, baik harafiyah maupun kiasan. Apalagi memberi kesenangan pada kaum Muslimin yang belum pernah dirasakannya.

Bagaimana dengan Mandi-mahdi yang belum datang?! Apakah kaum Muslimin harus menanti kedatangan mereka? Padahal, penantian itu membuat ummat jadi lamban. Lebih-lebih penantian yang tak menentu, entah tahunan, puluhan tahun, abad bahkan ribuan tahun. Ummat Muslimin akan kehilangan langkah, statis, mati gerak, bahkan tertelan zaman. Mengambil sikap yang baik adalah tidak menanti dan tidak terlintas dalam pikiran untuk menanti. Lebih baik lagi ialah membuang jauh doktrin kedatangan kembali Almasih maupun Almahdi.

Namun andaikata sejarah Islam nanti menampilkan tokoh-tokoh tersebut, maka biarkanlah nama beliau, tempat munculnya, waktu datangnya berada dalam ketentuan TUHAN.
 

1.4   Tersusunlah Buku Ini

Berbagai ragam aliran kepercayaan, kebatinan maupun pergerakan yang menamakan dirinya sebagai faham-faham baru dalam Islam, pikiran-pikiran baru tentang Islam. Modernisasi Islam atau Neonisasi Islam, telah berada maupun berkisar berputar di sekeliling tubuh Islam, melekat merapat mengisap tubuh itu bahkan melukainya dalam goresan yang dalam. Mereka pada kenyataannya memecah belah mayoritas, kemudian bagian-bagian dari mereka mengisolir diri dan menyatakan bahwa mereka adalah pewaris-pewaris Islam serta pengikut-pengikutnya adalah muslim-muslim sejati. Banyak kaum Muslimin terkena jerat terbawa jauh bahkan terpisah dari pedoman Al-Qur'an dan Sunnah.

Pada mulanya patokan-patokan yang dipakai untuk landasan berpijaknya gerakan-gerakan itu tampaknya bersandar pada Kitab Suci Al-Qur'an; Namun pada saat-saat mereka bergerak selangkah ke depan tampaklah isi maupun hakikatnya bertujuan menyimpang bahkan menyesatkan! Mereka sebenarnya merupakan tanda-tanda nyata kelemahan iman maupun kondisi ummat Islam di satu pihak, dan keunggulan musuh-musuh Islam di lain pihak.

Membahas gerakan neonisasi Lslam ini akan banyak memakan tempo, tenaga dan pikiran yang dicurahkan. Karenanya lebih baik diambil satu contoh dari mereka untuk dikemukakan disini. Maka perkenankanlah kiranya jika contoh itu jatuh pada aliran atau gerakan AHMADIYAH yang didirikan oleh MIRZA GHULAM AHMAD dari QADIAN INDIA. Aliran ini terkenal juga dengan doktrin kedatangan kembali Almasih dan Almahdi. Bahkan yang menarik dari aliran ini ialah bahwa Almasih dan Almahdi itu sudah datang dan terdapat pada seseorang yang bernama MIRZA GHULAM AHMAD. Ia merangkap kedua jabatan itu sekaligus.

Aliran Ahmadiyah menyatakan diri sebagai Islam sejati. Organisasinya rapi, keuangannya padat, kerjanya agak lambat namun berbekas pada penganut-penganutnya. Justru karena kerapian organisasi dan kepadatan uangnya, maka Ahmadiyah pikatannya sangat menarik, jeratannya sangat lekat dan sekujur tubuhnya kelihatan mulus dan cantik. Namun demikian, pada hakikatnya di balik kecantikan yang mulus itu, pada darah yang mengalir dalam tubuhnya, rumah tempat bernaungnya, pelindung tempat berteduhnya, semua itu merupakan kenyataan-kenyataan yang sangat berlawanan dengan lahirnya. Hal mana apabila diungkapkan di sini akan menjadi suatu sajian menarik baik sebagai bahan telaal maupun sebagai bahan pengetahuan.

Sungguh sangat menyedihkan bahwa ISLAM dilingkari dan diisap oleh gerakan semacam itu, yang pada lahirnya merupakan MERCU SUAR ISLAM dengan pancaran sinar terang benderang, namun pada hakikatnya mercu suar itu telah mengantar biduk-biduk iman serta pikiran manusia ke tempat labuh yang sesat sehingga menimbulkan tubrukan-tubrukan keras dan kerusakan­kerusakan fatal.

Adalah menjadi harapan-harapan saya dengan tersusunnya tulisan ini, semoga dapat dijadikan pangkal study mendalam terhadap gerakan tersebut maupun terhadap gerakan-gerakan yang lain. Dan semoga pula dapat disisipkan sebagai bahan-bahan tambahan untuk LEMBAGA RESEARCH ISLAM.

Hanya kepada ALLAH YANG MAHA MENGETAHUI jualah saya pasrahkan segala pekerjaan ini dengan memohon ampun serta keridhaanNya. Kemudian salam dan selawat serta sejahtera terlimpah kepada Rasul MUHAMMAD Nabi penutup junjungan ummat serta tauladan hidup. Kepada keluarga beliau, kerabat serta sahabat terucap pula salam selawat sejahtera. Kepada TUHAN PENCIPTA ALAM SEMESTA segala puja dan pengabdian tertuju satu.
 

<< BACK

UP

NEXT >>

1.Tahun A.D. (Anno Domini) = Tahun-tahun Tuhan masehi. ^

2 James M. Stalker, SENGSARA TUHAN YESUS, terjemahan T.F. Foedioka, Jakarta, B.P. Keristen, tiada tahun, hal. 120. ^

3. Matius 26: 35. ^

4 Yahya 18: 35;-Mattius 27: 23. 5 Samuel Zwemer, Kemuliaan Salib, ^

5 Samuel Zwemer, Kemuliaan Salib, terjemah Gajus Siagian, BPK. Jakarta, 1970, hal. 70.  ^
6
idem, hal 72. ^

7 James Stalker, Sengsara Tuhan Yesus, hal. 121. ^
8
Korintus 15: 11. ^

9 James Stalker, Sengsara Tuhan Yesus, hal. 128. ^

10 Charles H. Spurgeon, The Second Coming of Christ, Moody Press, Chicago, th.?, hal. 101: (Make you sure of this that the whole drama of redemption cannot be perfected without this last act of coming the king. None shall spit in his face then, but every knee shall bow before him. The crucified shall come again, no nails shall then fasten his dear hands to the tree, haleluyah!). ^
11 Arnold J. Toynbee, A Study of History, Vol. III, London Oxford University Press, 1956, hal. 462: (It is certainly true that the doctrine of the second coming was conceived in the primitive christians church at a time when church was oppressed by a sense of weakness and failure ... It is also true that this doctrine here since been adopted with the greatest enthusiasm by societies and sects and people that have been in the same dissapointed or frustrated state of mind.)
^
12
Ali Mohammad Ali Dhukhayyil, Al-Imam Mahdi, Darut-turas Al-Islami, 1974, Beirut, hal. 13. ^
13
H.M. Arsyad Thalih Lubis, IMAM MAHDI, Medan, Firma Islamiyah, 1967, hal 8 dan hal. 94/95/96. ^

 

Islamic Media Ibnuisa
Kritik & Saran
Counter
INDEX UTAMA

XtGem Forum catalog