XtGem Forum catalog

Arifin Muftie
MATEMATIKA ALAM
SEMESTA
 

Kodetifikasi Bilangan Prima dalam Al-Qur'an
Cetakan I, Rabiulawal 1425/Mei 2004
Diterbitkan oleh: PT Kiblat Buku Utama
Bandung

Navigasi & Konversi ke format html / chm : pakdenono - 2005 -
Diposting Oleh
Ibnuisa

< BACK

DAFTAR ISI

NEXT >

11
Penutup

 

Sulit kita mengatakan bahwa al-Qur'an dibuat oleh ma­syarakat pada abad ke-7, apalagi oleh Muhammad saw, yang tidak dapat membaca dan menulis, bahkan oleh manusia abad kini atau )in sekalipun. Isinya sarat dengan makna. Tiap surat dan ayat ditempatkan dengan "kodetifikasi" tertentu. Struktur­nya matematis dan mengikuti kodetifikasi bilangan prima, khu­susnya bilangan prima kembar. Al-Qur'an berpandangan bah­wa tidak ada kejadian atau objek di alam semesta yang terjadi secara "kebetulan", segala "sesuatu berdasarkan hitungan yang teliti", al-'adad. Struktur al-Qur'an meliputi hal yang paling se­derhana sampai hal yang rumit. Kita dapat membayangkan, struktur dan makna bagaimana lagi yang ditemukan oleh para pembaca di masa mendatang, misalnya masyarakat abad ke­25? Hal ini mudah saja, karena kalau kita berbicara 20 atau 30 tahun yang lalu, kita tidak mungkin membahas hubungan al­Qur'an dengan sejumlah fenomena alam semesta: Metonic cycle, umur alam semesta, multi universes, bilangan prima, atau keajaiban Surat Besi-sebagai salah satu unsur kimia dengan isotop stabil Fe-57.

 

Bilangan prima adalah bilangan yang dipakai sebagai ko­munikasi universal di alam semesta. Frank Drake telah membuktikannya sejak tahun 1961 dengan kriptogram yang diben­tuk dengan bilangan prima 31 dan 41 untuk komunikasi inter­stellar, dan de-kodetifikasi sinyal-sinyal yang datang dari ETI­angkasa luar. Demikian juga, bukan suatu kebetulan jika al­Qur'an terstruktur dengan bilangan prima secara sistematis: bilangan 19, 11, 29, 31, dan 41. Sedangkan shalat di='kode°­kan dengan bilangan prima 5 dan 17. Bahkan "perjalanan ma­lam Nabi" ditempatkan dalam surat nomor 17, al-Isra'. Bilangan 7 dikodekan untuk "lapisan langit (hyperspace) dan bumi". "Tempat tertinggi" atau al-A'raf ditempatkan pada surat nomor 7. Bagian paling menarik adalah bilangan prima kembar, yang mengapit "pola kelipatan 6", hexagonal system-yang ditunjukkan oleh Laba-laba, surat "penengah" pada surat no­mor 29 ayat 41, al-'Ankabut. Walaupun begitu, semuanya meng­arah pada bilangan 19-sebagaimana al-Qur'an mengindika­sikannya pada al-Muddatstsir ayat 30.

 

Konfirmasi keaslian al-Qur,an ditunjukkan dengan bantuan Hukum Benford, di mana digit ayat-ayatnya yang dipetakan dalam 114 surat, di-enkripsi dengan bilangan 19. Enkripsi juga ditunjukkan dengan pembagian surat yang simetris, antara surat yang homogen dan heterogen-semuanya merujuk kepada jumlah nomor surat (6555) clan jumlah ayat al-Qur'an (6236). Pembagian ke-114 surat al-Qur'an juga unik. Terbagi antara 29 surat yang ditandai dengan ayat-ayat berhuruf fawatih, dan 85 surat sisanya. Dalam 114 surat al-Qur'an hanya-tidak lebih dan kurang-ditemukan 19 surat yang membentuk bilangan prima, nomor surat dan ayatnya. Sedangkan di antara 29 surat fawatih, di-enkripsi dengan 19 surat-huruf fawatih sebagai ayat tersendiri. Dengan demikian, pesan yang dibaca oleh kita-ber­dasarkan struktur tadi-surat, ayat, baik jumlah maupun letak­nya, tidak dapat dipertukarkan. Bahkan judul surat pun di­enkripsi dengan bilangan 19, yang dikodekan pada huruf qaf.

 

Pada mulanya, Tuhan Pencipta (banyak) alam semesta, memperkenalkan diri-Nya dengan kata Rabbika. Baru pada Su­rat al-Ikhlash, wahyu ke-19, diperkenalkan kata Allah. Wahyu pertama adalah 5 ayat pertama Surat al-'Alaq, terdiri dari 19 kata dan (19 x 4) huruf. Ditutup wahyu terakhir Surat an-Nashr, terdiri dari 19 kata juga, dengan ayat pertama terdiri dari 19 huruf. Tuhan yang mengajarkan, mendidik, dan memelihara manusia, memilih nabi-nabi di seluruh penjuru bumi di segala zaman untuk mendidik dan memberi contoh kepada masing­masing umat dan kaum supaya beriman, lebih beradab, dan berbuat kebajikan. Dalam upaya komunikasi langsung dan privat, manusia dan jin diwajibkan shalat, dengan enkripsi 5 dan 17. Dalam bahasa kriptogram Frank Drake: ditunjukkan dalam bentuk kode 24434 bits (banyaknya digit rakaat), hasil dari produk (hasil kali) bilangan prima 19 dengan koefisien 1286 atau 1286 garis; dengan tiap garis memuat 19 bits. Angka "1" dan angka "0", atau kode biner. Komunikasi 3 dimensi; 24434 bits merupakan produk 3 bilangan prima, yaitu 19, 2, dan 643.

Bentuk komunikasi seperti ini adalah bentuk komunikasi tertinggi di alam semesta, yang dikodekan dalam bilangan prima kembar sebagai komunikasi dasar. Dengan demikian, kita bisa mencatat bahwa dalam shalat, banyaknya rakaat clan fre­kuensi pengirimannya tidak dapat dipertukarkan, karena spe­sifik di-enkripsi dengan jumlah dan susunan digitnya.

 

Kita dapat berpikir bahwa al-Qur'an bukan saja kitab pe­doman bagi umat manusia tetapi juga mukjizat abadi yang nyata diturunkan dari langit. Mahakarya Yang Tertinggi di alam semesta, catatan dan rekaman yang disusun dengan state of the arts, sempurna tiada bandingannya. Kita juga bisa berpikir, apa lagi yang dapat ditemukan oleh para pembaca di abad ke-25, misalnya, masyarakat abad mendatang? Karena ilmu dari Rabbi yang diturunkan melalui Rasul tidak akan habis "dicerna" oleh pengetahuan manusia dan jin di seluruh zaman.



 

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memiliki dan memelihara (banyak) alam semesta (al-Fatihah, 1:2)

 

 

1. Baca tentang arti shalat: M. Quraish Shihab, Tafsir AI-Qur'art AI-Karim: Tafsir atas Surat-surat Penrlek Berdasarkan Urutan Wahyu, Pustaka Hidayah, hal. 122.

2. Hasil studi kelompok Fakir 60 Amerika Serikat, lihat http:// www.fakir60.tripod.com, diterima 10 Desember 2003.

3. Baca lebih lanjut hasil studi kelompok Fakir 60 atau lihat zveb site: http:// fakir60.tripod. com/salat.htm, diterima 28 Desember 2003.

 

< BACK

DAFTAR ISI

NEXT >

Izin publikasi buku ini belum diperoleh, bila pemegang copy-right keberatan dg publikasi ini, kami segera menghapusnya

Islamic Media Ibnuisa
Kritik & Saran
Counter
INDEX UTAMA