Dengan Nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.
Matematika adalah bahasa Tuhan ketika Dia menulis alam
semesta.
Galilea (1564-1642 M)
Bukan suatu keanehan bila
sebagian besar ilmuwan berpendapat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta
dengan kode-kode tertentu--struktur bilangan tertentu.1
Alam sendiri mcngajarkan kepada manusia tentang adanya periode-periode
tertentu yang selalu berulang, terstruktur dan sistematis, misalnya, orbit
Bulan, Bumi dan planet-planet, lintasan meteorit dan bintang-bintang, DNA,
kromosom, sifat atom, lapisan bumi dan atmosfer, dan elemen kimia dengan
segala karakteristiknya.
"Katakanlah: ‘Adakah sama
orang-orang yang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran". (az-Zumar 39: 9).
Kitab Mulia al-Qur'an
mengajarkan pembacanya bahwa "Tuhan menciptakan sesuatu dengan hitungan
teliti'
(al-Jinn 72: 28). Bahkan jumlah
manusia yang akan datang menghadap Tuhan Yang Maha Pemurah, selaku seorang
hamba pada hari yang telah dijanjikan (telah) ditetapkan dengan
hitungan yang teliti
(Maryam 9
: 93-94).
Dalam pandangan al-Qur'an,
tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Semua terjadi dengan
"hitungan", baik dengan hukum-hukum alam yang telah dikenal manusia maupun
yang belum. Bagi Muslim yang beriman, tidak ada bedanya apakah al-Qur'an
diciptakan dengan "hitungan" atau tidak, mereka tetap percaya bahwa kitab
yang mulia ini berasal dari Tuhan Yang Esa. Pencipta (banyak) alam
semesta, yang mendidik dan memelihara manusia. Namun bagi sebagian
ilmuwan, terutama yang Muslim, yang percaya bahwa adanya kodetifikasi
alam semesta, baik kitab suci, manusia maupun objek di langit, adalah
suatu "kepuasan tersendiri" jika dapat menemukan hubungan-hubungan
tersebut. Al-Qur'an adalah salah satu mahakarya yang diturunkan dari
langit, untuk pedoman umat manusia, berlaku hingga alam semesta runtuh. Ia
menggambarkan masa lalu, sekarang dan masa depan dengan cara yang
menakjubkan. Prof. Palmer seorang ahli kelautan di Ainerika Serikat
mengatakan "Ilmuwan sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis
didalam al-Qur'an beberapa tahun yang lalu" .2
Walaupun begitu, tidak semua
orang dapat memperoleh hikmah. Bagaimana pembaca bisa memahami keindahan
alQur'an tanpa mengetahui ilmunya? Contoh yang paling sederhana adalah
ayat 68-69 Surat Lebah atau an-Nahl, yang menceritakan aktivitas lebah
"mendirikan sarang dan mencari makan".
Ayat tersebut menggunakan
bentuk kata kerja femina, karena memang yang mencari makan dan membuat
sarang adalah lebah betina. Lebah jantan diberi makan oleh lebah betina,
bukan sebaliknya.3
Jangankan masyarakat di abad ke-7, masyarakat di
abad ke-21 pun tidak tahu bagaimana cara membedakan lebah jantan dan
lebah betina7 Terlebih, memahami bahwa lebah betinalah yang mencari makan,
bukan sebaliknya. Jika Surat an-Nahl merefleksikan lebah betina dengan
bentuk kata kerja femina. Lebah jantan digambarkan oleh al-Qur'an pada
nomor suratnya, yaitu bilangan 16. Bilangan 16 ini adalah banyaknya
kromosom lebah jantan, sedangkan jumlah kromosom lebah betina diketahui
berjumlah 32.
Teknik-teknik seperti inilah
yang disebut ilmuwan dengan coding isyarat-isyarat di alam semesta,
atau-meminjam istilah Malik Ben Nabi
4
"tanda-tanda" atau ayat bagaikan "anak panah yang berkilauan".
"Hanya
orang-orang yang berakal sajalah yang dapat menerima pelajaran".
(ar-Ra'd 73: 19)
Buku ini tidak ditulis untuk
membahas ilmu pengetahuan dalam al-Qur'an, tetapi tentang Kitab Mulia
al-Qur'an dan kodetifikasi bilangan prima. Bilangan prima ini dipercaya
oleh sebagian besar ilmuwan sebagai bahasa universal dan berhubungan
dengan desain kosmos. Bagi sebagian kecil ilmuwan Muslim, mereka tidak
akan heran bila menemukan dalam alQur'an, ratusan struktur matematik
dalam bilangan prima, khususnya prima kembar, karena sebelumnya memang
telah menduga hal tersebut. Bahkan sebagian besar mufasir modern percaya
bahwa al-Qur'an memuat hal-hal yang mengantisipasi masa depan,
"ramalan-ramalan ilmiah" atau prophecy yang menyangkut generasi mendatang
.
Buku ini merupakan pelengkap
tulisan terdahulu pada tahun 2002, ketika penulis membuat sembilan seri
artikel yang berjudul Les Grands Themes du Coran, bagi pelajar Indonesia
pemerhati Islam di Eropa, melalui putri penulis di sana. Tetapi kali ini,
Illa 'an yasya Allah, diterbitkan untuk pembaca di Indonesia.
Terima kasih kepada penerbit,
kawan-kawan editor, saudara-saudaraku, dan kepada kolegaku Hari Indra
Tahir yang telah memberikan dukungan penuh dan pandangan-pandangannya
hingga buku ini terbit.
Akhir kata, puji syukur ke
Hadirat Ilahi, jika buku ini bermanfaat bagi pembaca, dalam upaya
memperkaya pemahaman al-Qur'an, "Mahakarya Yang Paling Sempurna". Dengan
demikian, kita makin memahami kebesaran Tuhan dan mampu menjalankan
kewajiban manusia sebagai deputi Tuhan di muka bumi ini dengan
sebaik-baiknya.
----- -----
|