BAB II
MEMAHAMI RAHASIA AL-QURAN
Ilmu Tafsir dan Kelompok Mufasir
Sesudah Rasulullah wafat, sekelompok sahabat menekuni penafsiran
Al-Quran. Mereka adalah Ubay bin Ka'b, Abdullah bin Mas'ud,
Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu Sa'id al-Khudri, Abdullah
bin Zubair, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu
Musa al-Asy'ari, dan yang paling terkenal adalah Abdullah bin
Abbas. Dalam menafsirkan Al-Quran, mereka menggunakan metode
mengutip apa yang mereka dengar dari Rasulullah s.a.w. tentang
makna ayat-ayat, yaitu dalam bentuk hadis-hadis yang ber-sanad.14)
Hadis-hadis ini berjumlah lebih dari dua ratus empat puluh buah.
Banyak di antaranya ber-sanad
*)
lemah dan matan-matan (teks-teks hadis)-nya tidak bisa
dipercaya.
Kadangkala mereka menafsirkan ayat-ayat tanpa menisbatkannya
kepada Rasulullah s.a.w. Kemudian para mufasir dari kalangan
Ahlus Sunnah memandang penafsiran ini sebagai bagian dari hadis
Nabi, dengan alasan bahwa para sahabat menerima pengetahuan
'tentang Al-Quran dari Rasulullah, dal: tidak mungkin mereka
memberikan penafsiran mereka sendiri. Tidak ada bukti kuat yang
menopang pandangan mereka ini. Dan sejutnlah besar hadis
tersebut berbicara tentang sebab-sebab turunnya ayat-ayat
Al-Quran dan latar belakang sejarahnya. Lagi pula, di antara
hadishadis itu ada yang tidak memiliki sanad yang sampai kepada
Nabi, dan diriwayatkan dari beberapa ulama Yahudi yang memeluk
Islam, seperti Ka'b al-Ahbar dan lainnya.
Ibnu Abbas, dalam memahami makna ayat-ayat AI-Quran, sering
bertumpu pada bait-bait syair. Hal ini terlihat dengan
jelas dalam menjawab masalah-masalah yang dikemukakan oleh Nafi'
bin al-Azraq. Ibnu Abbas menggunakan syair sebagai dalil dalam
menjawab lebih dari dua ratus masalah. Dan As-Suyuthi, dalam
bukunya, al-Itqan,15)
mengutip seratus sembilan puluh jawaban Ibnu Abbas. Oleh karena
itu, hadis-hadis yang diriwayatkan dari para sahabat tidak dapat
dipandang sebagai hadis-hadis Nabi. Begitu pula, tidak dapat
dikatakan bahwa mereka sepenuhnya tidak menafsirkan Al-Quran
dengan berdasarkan pendapat pribadi mereka sendiri.
Para mufasir tersebut memandang para sahabat ini sebagai
kelompok-pertama mufasir. Kelompok kedua adalah dari generasi
tabi'in. Mereka adalah murid-murid para sahabat seperti Mujahid,
Sa'id bin Jubair, Ikrimah dan ad-Dhahak, Hasan al-Basri, Atha'
bin Abi Rabah, Atha' bin Abi Muslim, Abul Aliyah, Muhammad bin
Ka'b al-Kuradhi, Qatadah, 'Athiyah, Zaid bin Aslam dan Thawus
al-Yamani.16)
Kelompok ketiga adalah para murid mufasir kelompok kedua,
seperti Rabi' bin Anas, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, Abu
Shalih al-Kilbi dan lain-lain.17)
Metode tabi'in dalam menafsirkan Al-Quran adalah menafsirkan
ayat-ayat kadang-kadang dalam bentuk hadis dari Rasulullah
s.a.w. atau para sahabatnya, dan kadang-kadang menerangkan arti
ayat tanpa merujuk kepada siapa pun. Sikap para mufasir
mutaakhir terhadap pandangan-pandangan mufasir tabi'in ini sama
dengan sikap mereka terhadap hadis-hadis Nabi, dan memandang
pandangan-pandangan ini sebagai
hadits mauquf.
18) Dua kelompok terakhir ini disebut
qudama-ul mufassirin.
Kelompok keempat adalah orang-orang yang pertama kali menulis
buku tentang ilmu tafsir, seperti Sufyan bin 'Uyainah, Waki' bin
al Jarah, Syu'bah bin Haijaj, Abd bin Hamid dan Ibnu Jarir
ath-Thabari, pengarang buku tafsir yang termasyhur.19) Metode
mufasir kelompok ini adalah meriwayatkan pendapat-pendapat para
sahabat dan tabi'in tanpa mengemukakan pendapat mereka sendiri.
Hanya saja Ibnu Jarir, dalam buku tafsirnya, kadang-kadang lebih
berpegang pada pandangan-pandangan tertentu.
Kelompok kelima adalah para mufasir yang menghimpun hadis-hadis
dengan membuang
sanad-sanad-nya. As-Suyuthi mengatakan: "Dari sini
terjadilah perbauran berbagai penafsiran; penafsiran yang benar
berbaur dengan penafsiran yang salah.20)
' Orang-orang yang
mengkaji hadis-hadis ber-
sanad akan menemukan banyak pemalsuan dan
penyusupan, pendapat-pendapat yang saling bertentangan yang
dinisbatkan kepada sahabat dan tabi'in, kisah-kisah dan
cerita-cerita yang dapat dipastikan ketidakbenarannya dan
hadis-hadis tentang sebab-sebab turunnya ayat,
nasikh - mansukh
yang tidak sesuai dengan konteks ayat. Diriwayatkan bahwa Imam
Ahmad bin Hambal (yang hidup sebelum munculnya kelompok ini)
berkata: "Ada tiga macam hadis yang tidak
mempunyai dasar, yaitu hadis-hadis tentang keperwiraan,
peperangan besar dan tafsir." Imam asy-Syafi'i dikutip sebagai
menyatakan bahwa di antara hadis-hadis yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas, hanya ada seratus hadis yang pasti kebenarannya.
Kelompok keenam adalah para mufasir yang muncul sesudah
berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan dan kematangan mereka
dalam Islam. Para mufasir ini melakukan penafsiran menurut
spesialisasinya dan tentang ilmu yang dikuasainya. Yang ahli
nahwu (gramatika
bahasa Arab) melakukan penafsiran dari sudut pandang
nahwu, seperti
az-Zajaj, al-Wahidi dan Abu Hayan;21) yang ahli sastra
melakukannya dari sudut pandang sastra, seperti az-Zamakhsyari
dalam al-Kasyaf;22)
yang ahli teologi melakukannya dari sudut pandang teologi,
seperti al-Fahrur Razi dalam buku tafsirnya al-Kabir;23) yang
sufi melakukannya dari sudut pandang sufi, seperti Ibnu Arabi
dan Abdurrazaq al-Kasyani dalam buku tafsir mereka;24) yang ahli
cerita memenuhi buku tafsirnya dengan cerita-cerita, seperti
as-Tsa'labi dalam buku tafsirnya;25) yang ahli fikih
melakukannya dari sudut pandang fikih, seperti al-Qurthubi dalam
buku tafsirnya;26)
dan sekelompok mufasir mengemukakan berbagai
ilmu pengetahuan dalam buku tafsir mereka, seperti yang kita
lihat dalam buku tafsir
Ruhul Ma'ani,27)
Ruhul Bayan,28)
dan Tafsir
an-Naisaburi.29)
Jasa kelompok ini kepada ilmu tafsir adalah mengeluarkan
ilmu ini dari kemandegan (stagnasi) dan memasukkannya ke dalam
pengkajian dan pembahasan. Akan tetapi, obyektivitas menuntut
kita untuk menyatakan bahwa dalam banyak pembahasan mereka,
pandangan-pandangan ilmiah dipaksa-paksakan terhadap Al-Quran,
dan pembahasan-pembahasan itu tidak dilakukan melalui konteks
ayat-ayat itu sendiri.
*).
Sanad
adalah rangkaian orang yang meriwayatkan hadis.
14).
Al-Itqan, As-Suyuthi,
(Kairo, 1370 H),
halaman terakhir.
15).
Ibid,
h. 120-133.
16).
Mujahid adalah seorang mufasir terkenal. Meninggal pada
100 (103) H
(An-Nawawi, Tahzibul Asma'). Sa'id bin Jubair
adalah seorang mufasir yang cukup terkenal dan murid Ibnu
Abbas. Dibunuh oleh Hajaj as-Tsaqafi pada 94 H (Ibid).
Ikrimah adalah seorang budak yang dimerdekakan oleh Ibnu
Abbas dan menjadi muridnya, dan murid Sa'id bin Jubair.
Meninggal pada 10 H (Ibid). Ad-Dhahak adalah
seorang murid Ikrimah
(Lisanul Mizan).
Hasan al-Basri adalah seorang sufi dan mufasir yang
terkenal. Meninggal pada 110 H
(Tahzibul Asma').
'Atha' bin Abi Rabah, seorang ahli hukum Islam dan mufasir
yang terkenal. Murid Ibnu Abbas. Meninggal pada 115 H
(Ibid). 'Atha' bin Abi Muslim, adalah salah seorang
ulama terbesar dari generasi tabi'in. Murid Ibnu Jubair
dan Ikrimah. Meninggal pada 133 H (Ibid). Abul
'Aliyah adalah salah seorang tokoh tafsir dan ulama
terbesar dari generasi tabi'in. Hidup pada abad pertama
Hijrah. Muhammad bin Ka'b al-Kuradhi adalah seorang
mufasir yang cukup terkenal. Berasal dari keluarga Yahudi
Bani Kuraidhah. Hidup pada abad pertama Hijrah. Qatadah
adalah seorang buta. Salah seorang mufasir terbesar. Murid
Hasan al-Basri dan lkrimah. Meninggal pada 117 H.
(Tahzibul Asma').
'Athiyah meriwayatkan tafsir dari Ibnu Abbas.
(Lisanul Mizan).
Zaid bin .4slam adalah seorang budak yang dimerdekakan
oleh Umar bin Khatthab. Seorang ahli hukum Islam dan
mufasir. Meninggal pada 136 H
(Tahzibul Asma').
Thawus alYamani termasuk ulama yang tinggi ilmunya pada
masanya. Seorang murid Ibnu Abbas. Meninggal pada l06 H
(lbid).
17). Abdurrahman adalah seorang ulama ahli tafsir. Sedang
Abu Shalih al-Kilbi adalah seorang ahh nasab dan mufasir.
Ia termasuk ulama paling alim pada abad kedua Hijrah.
18).
Hadits mauquf
adalah hadis yang sumber periwayatannya tidak disebutkan.
19).
Sufyan bin 'Uyainah berasal dari Makkah. Termasuk generasi
kedua tabi'in dan ulama tafsir. Meninggal pada 198 H
(Tahzibul Asma').
Waki' bin al-Jarah berasal dari Kufah. Termasuk
generasi kedua tabi'in dan ulama tafsir terkenal.
Meninggal pada 197 H (Ibid). Syu'bah bin
Hajjaj dari Basrah. Termasuk generasi kedua tabi'in dan
mufasir terkenal. Meninggal pada 160 H (Ibid).
Abd bin Hamid, pengarang buku tafsir. Termasuk
generasi kedua tabi'in. Hidup pada abad kedua Hijrah.
Muhammad bin Jarir bin Yazid ath-Thabari, seorang ulama
Ahlus Sunnah yang terkenal. Meninggal pada 310 H
(Lisanul Mizan ).
20).
As-Suyuthi, Al-Itqan,
II, h. 190.
21).
Az-Zajaj adalah seorang ahli
nahwu. Meninggal pada 310 H
(Raihanatul Adab).
AlWahidi, seorang ahli
nahwu dan
mufasir. Meninggal pada 468 H (Ibid). Abu
Hayan alAndalusi, seorang ahli
nahwu,
mufasir dan ahli
qira-ah. Meninggal di Mesir pada 745 H
(Ibid).
22).
Az-Zamakhsyari adalah seorang ahli sastra yang terkenal.
Pengarang buku
al-Kasyaf. Meninggal pada 538 H
(Kasyfudh Dhunun)
23).
Imam Fahrudin ar-Razi, adalah seorang teolog dan mufasir
yang terkenal. Pengarartg buku tafsir
Mafatihul Ghaib.
Meninggal pada 606 H (Ibid)
24).
Abdurrazaq al-Kasyani, adalah seorang sufi yang terkenal
pada abad kedelapan Hijrah
(Raihanatul Adab).
25).
Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim as-Tsa'labi adalah seorang
penulis kitab tafsir yang terkenal. Wafat pada 426
(427?) H (Ibid).
26).
Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Qurthubi meninggal
pada 668 H (Ibid).
27).
Karya Syihabudin al-Alusi dari Baghdad, meninggal pada
1270 H (Ibid).
28).
Karya Syaikh Ismail Haqi, meninggal pada 1137 H
(Dzail Kasyfudh Dhunun).
29).
Gharaibul Quran,
karya Nidhamudin Hasan al-Qummi an-Naisaburi. Ia meninggal
pada 728 H (Ibid).
|
|