BAB II
MEMAHAMI RAHASIA AL-QURAN
Metode dan Kelompok Mufasir Syi'ah
Kelompok-kelompok yang telah kami sebutkan di atas adalah
kelompok para mufasir Ahlus Sunnah. Telah kita ketahui bahwa
mereka memiliki metode tertentu dalam menafsirkan Al-Quran.
Mereka memakai metode ini sejak masa pertumbuhannya. Metode
mereka itu ialah membandingkan hadis-hadis Nabi dengan
pendapat-pendapat para sahabat dan tabi'in. Mereka melarang
penggunaan nalar terhadap hadis-hadis, karena penggunaan nalar
seperti itu dianggap sebagai ber-ijtihad
terhadap nash.
Tetapi setelah terjadi pertentangan, penyusupan dan pemalsuan
dalam hadis-hadis, kelompok keenam mulai menggunakan
pendapat-pendapat mereka sendiri tentang hadis-hadis itu.
Adapun metode Syi'ah dalam menafsirkan Al-Quran berbeda dengan
metode Ahlus Sunnah. Oleh karena itu, pembagian
kelompok-kelompok mereka berbeda dengan kelompok-kelompok yang
telah disebutkan di atas. Berdasarkan
nash Al-Quran,
Syi'ah berpendapat bahwa sabda Nabi Muhammad s.a.w., sebagaimana
ditunjukkan oleh Al-Quran, merupakan dasar yang tepat dalam
menafsirkan Al-Quran. Syi'ah juga berpendapat bahwa para sahabat
dan tabi'in adalah seperti kaum Muslimin lainnya. Pendapat
mereka tidak dapat dijadikan hujah, kecuali jika berdasarkan
hadis Nabi. Dalam hadits
tsaqalain, dengan
sanad mutawatir,
disebutkan bahwa sabda Ahlul Bait Nabi yang suci mengiringi
sabda beliau, sehingga sabda mereka juga metupakan hujah. Oleh
karena itu, dalam menafsirkan Al-Quran, Syi'ah menerima apa yang
diriwayatkan dari Rasulullah dan Ahlul Baitnya, sehingga
kelompok mufasir Syi'ah adalah sebagai berikut:
Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengemukakan tafsir
dari Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait, dan mereka memasukkan
hadis-hadis itu dalam berbagai karangan mereka, seperti Zurarah,
Muhammad bin Muslim, Ma'ruf, Jarir dan lain-lain.30) Kelompok
kedua adalah orang-orang yang pertama kali menulis buku tafsir,
seperti Furat bin Ibrahim al-Kufi, Abu Hamzah as-Tsali,
al-'Iyasyi, Ali bin Ibrahim al-Qummi dan an-Nu'mani.31)
Dalam menafsirkan Al-Quran, mereka menggunakan metode yang
digunakan oleh kelompok-keempat mufasir Ahlus Sunnah. Mereka
mengemukakan hadis-hadis yang diriwayatkan dari kelompok
pertama, dan memasukkannya ke dalam karangan-karangan mereka
dengan menyebutkan sanad
-nya, dan mereka tidak mengemukakan pendapat mereka sendiri
tentang masalah yang sedang dibahas. Jelas, waktu yang
dibutuhkan untuk menerima riwayatriwayat dari para Imam adalah
lama, sampai kurang lebih tiga ratus tahun, sehingga wajar bila
urut-urutan waktu dua kelompok ini tidak dapat ditentukan secara
tepat, bahkan kedua kelompok itu saling berbaur dan sulit
dipisahkan. Mufasir-mufasir pertama Syi'ah sedikit sekali
mengutip hadis-hadis yang berbentuk riwayat yang tidak
disebutkan sanad-nya
(mursal) dalam
buku-buku tafsir mereka. Contoh untuk pengutipan hadis-hadis
yang diriwayatkan tanpa
sanad adalah
Tafsir al-'lyasyi yang, oleh sebagian muridnya,
sanad-sanad-nya
dibuang demi keringkasan. Kemudian naskah ringkasan itu
menjadi terkenal dan menggantikan naskah aslinya. Kelompok
ketiga adalah orang-orang yang memiliki berbagai macam ilmu
pengetahuan, seperti asy-Syarif Radhi dengan buku tafsirnya yang
bercorak sastra; Syaikh ath-Thusi dengan buku tafsirnya yang
bercorak teologi, yang dinamakannya
at-Tibyan; Maula
Shadrudin asy-Syirazi dengan buku tafsirnya yang bercorak
filsafat; al-Maibadi al-Kunabadi dengan buku tafsirnya yang
bercorak tasawuf; dan Syaikh Abdul Ali al-Huwaizi, Sayyid
Hasyim al Bahrani serta al-Faidhul Kasyani dengan buku-buku
tafsir mereka: Nuruts
Tsaqalain, al-Burhan dan
ash-Shafi.32)
Ada juga sekelompok ulama yang mengumpulkan berbagai macam ilmu
pengetahuan dalam buku tafsir mereka, antara lain adalah Syaikh
ath-Thabarsi dengan buku tafsirnya
Majma'ul Bayan.
Di dalam buku ini dibahas ilmu-ilmu bahasa,
nahwu, qira-ah,
teologi, hadis dan lain-lain.33)
30). Zurarah bin
A'yun bin Muslim, seorang ahli flkih Syi'ah, murid-pilihan Imam
alBaqir dan ash-Shadiq a.s. Ma'ruf bin Khurbuz dan Jarir
termasuk murid-murid pilihan Imam as-Shadiq a.s.
31).
Furat bin
Ibrahim dari Kufah, pengarang buku tafsir yang terkenal dan gutu
Ali bin Ibrahim al-Qummi
(Raihanatul Adab). Abu Hamzah as-Tsali, ahli fikih
Syi'ah dan murid-pilihan Imam as-Sajjad dan al-Baqir a.s.
Muhammad bin Mas'ud al-Kufi as-Samarkandi al-Iyasyi, ulama
Syi'ah Imamiah yang terkemuka dalam paruh kedua abad ketiga
Hijrah (Ibid). Ali bin Ibrahim al-Qumnu, seorang guru
hadis mazhab Syi'ah. Hidup pada akhir abad ketiga dan awal abad
keempat Hijrah. Muhammad bin Ibrahim an-Nu'mani, ulama terkemuka
Syi'ah Imamiah. Murid Tsiqatul Islam al-Kulaini. Hidup pada awal
abad keempat Hijrah.
32).
Asy-Syarif
ar-Ridha Muhammad bin Husain al-Musawi adalah seorang ahli hukum
Syi'ah Imamiah yang terkemuka, dan pada masanya menjadi orang
yang paling ahli syair dan sastra. Di antara
karangan-karangannya adalah
Nahjul Balaghah.
Meninggal pada 404 (406?) H
(Raihanatul Adab).
Syaikh Thaifah Muhammad bin Hasan ath-Thusi adalah seorang
ulama Syi'ah Imamiah yang terkemuka. Di antara
karangan-karangannya adalah
at-Tahzib dan al-Istibshar
yang merupakan salah satu buku standar tentang hadis bagi
golongan Syi'ah. Meninggal pada 460 H (Ibid). Shadrul
Muta$llihin Muhammad bin Ibrahim asy-Syirazi adalah seorang
filosof terkenal, pengarang buku
Asrarul Ayat dan
Majmu'atut Tajasir.
Meninggal pada 1050 H (Ibid). Sayyid Hasyim al-Bahrani adalah
pengarang empat jilid besar tafsir
al-Burhan.
Meninggal pada 1107 H (Ibid). AI-Faidhul Kasyani, Maula
Muhammad Muhsin bin al-Murtadha, pengarang kitab
ash-Shafi dan
al Ashafa.
Meninggal pada 1091 H (Ibid). Syaikh Abdul Ali al-Huwaizi
asy-Syirazi, pengarang buku
Nuruts Tsaqalain
dalam lima jilid. Meninggal pada 1112 H (Ibid ).
33). Aminul Islam
al-Fadl bin Hasan ath-Thabarsi, seorang ulama Syi'ah Imamiah
yang terkemuka dan pengarang
Majma'ul Bayan
dalam sepuluh jilid. Meninggal pada
548 H (Ibid).
|
|