BAB III
RAHASIA WAHYU
Firman
Pandangan di atas menyatakan bahwa pikiran-pikiran suci Nabi
Muhammad s.a.w. adalah firman Allah. Hal ini berarti bahwa
gagasan-gagasan itu adalah tidak seperti gagasan-gagasan lain
Nabi sendiri. Al-Quran dengan tegas mengatakan gagasan-gagasan
dan ayat-ayat ini bukanlah kata-kata Nabi, dan bukan pula
gagasangagasan dan kata-kata manusia lainnya, tapi firman
Allah. Allah berfirman:
"Atau mereka itu mengatakan: 'Muhammad membuat-buat AlQuran.'
Katakanlah: 'Datangkanlah sebuah surat yang menyamai Al-Quran
dan panggillah orang-orang yang dapat kau panggil
(untuk membantumu), jika kamu orang-orang yang benar. “
(QS 10:38)
"Atau mereka mengatakan: 'Muhammad membuat-buat AlQuran.'
Katakanlah: 'Datangkanlah sepuluh surat yang menyamai Al-Quran,
dan panggillah yang dapat kamu panggil, selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar. "'
(QS
11:13)
"Katakanlah: 'Jika manusia dan jin berkumpul untuk mendatangkan
sesuatu yang menyamai Al-Quran ini, maka mereka tidak akan mampu
mendatangkan apa yang menyamai Al-Quran, meskipun sebagian
mereka membantu sebagian yang lain. "'
(QS
17:88)
"Jika kamu meragukan apa yang telah Kami turunkan kepada hamba
Kami, maka datangkanlah' satu surat yang menyamainya dan
panggillah pembantu-pembantumu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar."
(QS
2:23)
"Tidakkah mereka merenungkan Al-Quran? Seandainya ia itu dari
sisi selain Allah, tentu mereka akun menemukan banyak
pertentangan di dalamnya. "
(QS
4:82)
QS
4:82 ini menunjukkan tidak adanya perubahan selama dua puluh
tiga tahun pada gaya ungkapan, istilah dan maknanya. Jika
Al-Quran ini adalah kata-kata manusia, tentu ia akan mengalami
perubahan. Jelaslah bahwa Al-Quran adalah firman Allah SWT. Di
samping itu, dalam beratus-ratus ayat; Al-Quran menyebutkan
mukjizat-mukjizat, atau hal-hal yang menyalahi kebiasaan alam,
yang ditunjukkan oleh para Nabi. Dengan mukjizat-mukjizat itu
mereka membuktikan kenabian mereka. Seandainya kenabian itu
merupakan panggilan suara hati, dan wahyu merupakan
gagasangagasan suci manusia - sebagaimana dikatakan oleh
pandangan di atas - niscaya Al-Quran tidak perlu menunjukkan
bukti kenabian para Nabi dengan memaparkan kisah-kisah tentang
mukjizatmukjizat dan kekeramatan.
Sebagian penulis menerangkan mukjizat-mukjizat nyata ini sebagai
suatu permainan. Namun bila pembaca menelaah
keterangan-keterangan mereka, maka akan tahu bahwa ayat-ayat
Al-Quran tidak sesuai dengan pernyataan-pernyataan mereka.
Dalam pembahasan ini, kami tidak bermaksud membuktikan
kemungkinan terjadinya mukjizat dan tindak-tindak adialami, atau
membuktikan kebenaran kisah-kisah Al-Quran. Tetapi kami
bermaksud menyatakan bahwa Al-Quran menegaskan bahwa para Nabi,
seperti Saleh, Ibrahim, Musa dan Isa, mempunyai
mukjizatmukjizat tertentu. Dan kisah-kisah tentang hal-hal ini
menunjukkan hanya hal-hal adilami. Padahal, untuk bukti seruan
suara hati tidak dibutuhkan mukjizat.
|