BAB III
RAHASIA WAHYU
Jibril dan Ar-Ruhul
Amin
Pandangan di atas menamakan jiwa suci Nabi, yang senantiasa
mengusahakan perbaikan dan pembaruan masyarakat, "ar-Ruhul
Amin," dan menamakan ilham-ilham jiwa yang suci itu "wahyu".
Tetapi Al-Quran tidak mendukung pandangan ini. Sebaliknya
AlQuran menegaskan bahwa pembawa wahyu itu adalah Jibril.
Dengan demikian, pandangan di atas mesti ditolak. Allah
berfirman :
"Katakanlah: 'Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka
sesungguhnya ia telah menurunkan Al-Quran ke dalam hatimu
dengan seizin Allah. "'
(QS
2:97)
Ayat
ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi yang bertanya
kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang malaikat yang datang membawa
wahyu kepadanya. Nabi menjawab bahwa yang membawa wahyu
kepadanya adalah Jibril. Maka mereka berkomentar: "Itu adalah
salah satu malaikat yang menjadi musuh kami. Jika yang membawa
wahyu kepadamu itu Mikail, tentu kami mengikutimu."2)
Dalam ayat ini Allah membantah orangorang Yahudi, dan
menegaskan bahwa Jibril turun membawa wahyu atas perkenan-Nya.
Dengan demikian jelas bahwa Al-Quran adalah firman Allah, bukan
perkataan Jibril. Jelaslah bahwa orangorang Yahudi itu memusuhi
malaikat pembawa wahyu dari langit. Malaikat itu bukan Musa bin
Imran atau Muhammad bin Abdullah. uga bukan jiwa keduanya yang
suci.
Dalam ayat lain, AI-Quran sendiri - yang dalam ayat di atas
menjelaskan bahwa yang membawa wahyu itu adalah Jibril -
menjelaskan bahwa Jibril adalah ar-Ruhul Amin. Ia berkata:
"Ar-Ruhul Amin datang membawa Al-Quran ke hatimu. "
(QS
26:193-194)
Dalam ayat yang lain, dalam rangka mengenalkan malaikat pembawa
wahyu, Allah berfirman:
"Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman Allah yang dibawa
oleh seorang utusan yang mulia. Utusan itu memiliki kekuatan
dan keduduhan yang tinggi di sisi Allah. Di sana
(alam malaikat) ia ditaati dan dipercaya. Sahabatmu
(Muhammad) sama sekali bukan orang
gila. Dia telah melihat Jibril di ufuk yang terang.
"
(QS
81:19-23)
Ayat-ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa Jibril adalah
seorang malaikat yang sangat dekat dengan Allah, mempunyai
kekuatan yang besar, kedudukan yang tinggi dan ditaati serta
dipercaya. Dalam ayat lain, Allah menyifati malaikat-malaikat
yang dekat dengan-Nya dengan firman-Nya:
"Mereka yang menyangga 'Arsy dan bertasbih di sekitarnya dengan
memuji Tuhan mereka. Mereka beriman kepada-Nya dan memohonkan
ampunan bagi orang-orang yang beriman. "
(QS
40: 7)
Ayat
ini menunjukkan bahwa malaikat adalah makhluk yang memiliki
kehendak, kecerdasan dan kemerdekaan, karena sifatsifat yang
disebutkan dalam ayat tersebut - seperti beriman kepada Allah,
bertasbih dan memohonkan ampunan bagi orangorang beriman -
hanya terdapat pada makhluk yang memiliki kemerdekaan,
kecerdasan dan kehendak. Tentang para malaikat yang dekat
dengan-Nya, Allah juga berfirman:
"Isa
al-Masih dan para malaikat yang dekat dengan
(Allah) sama sekali tidak enggan menjadi hamba Allah.
Barangsiapa enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, maka
Allah akan mengumpulkan mereka semua di hadapan-Nya. .... Adapun
orangorang yang enggan dan sombong, maka Allah akan menyiksa
mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan
memperoleh pelindung dan penolong selain Allah." (QS
4:172-173)
Sesungguhnya Isa al-Masih dan malaikat yang dekat dengan Allah
tidak mendurhakai-Nya dalam sekejap mata pun. Tetapi meskipun
demikian, Allah mengancam mereka dengan siksaan yang menyakitkan
jika mereka berbuat durhaka kepada-Nya.
Ancaman dengan siksaan di Hari Kiamat, karena meninggalkan suatu
kewajiban, tidak dapat dibenarkan kecuali bila yang diancam
memiliki kemerdekaan dan kehendak. Dari ayat-ayat tersebut
jelaslah bahwa ar-Ruhul Amin, yang juga disebut Jibril dan yang
datang membawa wahyu Allah, mempunyai kemerdekaan, kehendak dan
kecerdasan. Bahkan dari celah-celah ayat surat atTakwir, "di
sana ditaati dan dipercayai", dapat dipahami bahwa Jibril
memberikan perintah dan larangan di alam malaikat, serta ditaati
oleh para malaikat yang dekat dengan Allah. Bahkan kadang-kadang
wahyu dibawa oleh malaikat yang mematuhi perintah Jibril,
seperti diisyaratkan oleh beberapa ayat surat 'Abasa berikut:
"Sekali-kali tidaklah demikian. Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan
itu adalah suatu peringatan. Barangsiapa menghendaki, tentu ia
memperhatikannya. Ajaran itu ada di dalam kitab-kitab yang
dimuliakan, ditinggikan dan disucikan, dan di tangan para utusan
yang mulia serta berbakti. "
(QS
80:11-16)
2).
As-Suyuthi, ad-Durrul Mantsur,
I, h. 90.
|
|