BAB III
RAHASIA WAHYU
Seruan Hati Nurani
Menurut pandangan yang disebutkan di atas, kenabian dan
kerasulan merupakan seruan hati nurani untuk mengadakan
pembaruan sosial yang menyeluruh, dan untuk menghilangkan
kejahatan-kejahatan sosial dan menggantinya dengan hal-hal yang
dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat. Tetapi
AlQuran justru berbeda dengan pandangan ini. Allah berfirman:
"Demi jiwa dan Penyempurnanya. Kemudian Allah mengilhamkan
kepada jawa itu untuk mengetahui yang benar dan salah baginya."
(QS 91:7-8)
Ini
berarti bahwa setiap manusia mengetahui yang baik dan buruk
melalui hati nurani dan fitrahnya, sehingga ia tahu baik
buruknya perbuatan-perbuatannya. Ada sebagian orang yang
memperhatikan seruan hati nurani ini sehingga mereka
berbahagia, dan ada sebagian orang yang tidak memperhatikannya
sehingga mereka celaka, sebagaimana difirmankan Allah:
"Sungguh beruntung orang yang menyucikannya,
dan sungguh 'merugi orang yang mengotorinya."
(QS
91:9-10)
Jika
kenabian dan kerasulan merupakan hasil dari seruan hati nurani,
maka semua orang akan mengemban kenabian dan kerasulan. Padahal
telah diketahui bahwa Allah mengkhususkan kenabian dan kerasulan
itu kepada sebagian hamba-Nya saja. Allah berfirman:
"Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata:
'Kami tidak akan beriman sampai diberikan kepada kami apa yang
telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.' Allah lebih
mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan."
(QS
6: 124)
Ayat
ini dengan jelas menunjukkan bahwa orang-orang kafir mau beriman
bila terjadi pemerataan kerasulan, sehingga mereka mengemban
kerasulan tersebut. Maka Allah menolak mereka dengan menyatakan
bahwa kerasulan itu hanyalah bagi suatu kelompok terpilih.
Khurafat
Telah berulangkali kami katakan bahwa dalam pembahasan ringkas
ini kami tidak sedang berusaha menetapkan bahwa agama Islam itu
haq dan bahwa
pengakuan Rasulullah s.a.w. itu benar.
Tetapi maksud kami di sini ialah memaparkan bahwa pandangan
mereka tentang wahyu, kenabian dan kerasulan, sebagaimana telah
mereka kemukakan, adalah salah, tidak sesuai dengan Al-Quran.
Adapun pandangan kedua, ia berusaha mengemukakan bahwa
pokok-pokok akidah yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.
merupakan sekumpulan kepercayaan
khurafat yang
dikemukakan dalam bentuk agama samawi kepada orang-orang saat
itu yang masih bodoh dan tak berkebudayaan. Hal ini dimaksudkan
untuk membuat mereka mematuhi aturan-aturan agama karena takut
kepada Allah Yang akan menghukum setiap yang tidak mematuhi
aturan-aturan ini, takut akan siksaan di Hari Kebangkitan,
mengharapkan pahala di akhirat sebagaimana dijanjikan kepada
orangorang yang taat.
Riwayat hidup Nabi yang lain sangat kurang jelas, sedangkan
riwayat hidup Rasulullah s.a.w. dan Ahlul Baitnya sangat jelas.
Siapa pun merujuk dengan cermat kepada kehidupan Nabi s.a.w.,
maka ia akan yakin bahwa Nabi sangat meyakini missinya.
Seandainya akidah Islam itu merupakan
khurafat -
seperti yang mereka sangka - maka sia-sialah banyak hujah yang
diajukan AlQuran tentang akidah itu. Dan sia-sia pulalah
hujah-hujah yang dikemukakan untuk mengukuhkan keberadaan Yang
Maha Pencipta, tauhid, semua sifat Tuhan dan seluruh
kepercayaan lain tentang kenabian, dan kebangkitan.
|