BAB III
RAHASIA WAHYU
Wahyu dan Kenabian menurut Al-Quran
( 6 - 6 )
10.
Cara Pewahyuan Al-Quran
Yang
kami pahami dari Al-Quran tentang cara pewahyuannya ialah bahwa
kitab suci ini diwahyukan melalui firman Allah kepada
Rasulullah, dan beliau menerima firman itu dengan segenap
keberadaannya. Allah berfirman:
"Tidak mungkin bagi seorang manusia Allah berkata-kata
de要gannya kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang
tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat), lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguh要ya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana. Demikianlah,
Kami me趴ahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Quran itu dan
tidak pula mengetahui apakah iman itu. Tetapi Kami menjadikan
Al-Quran sebagai cahaya untuk memberi petunjuk kepada siapa yang
Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesung茆uhnya
kamu benar-benar memberi petunjuk ke jalan yang lurus."
(QS 42:51-52)
Tentang berfirmannya Allah, mereka menyebutkan ada tiga bagian,
berdasarkan pengulangan yang terdapat dalam ayat pertama, dan
bahwa wahyu dalam bagian pertama tidak dinisbatkan kepada tempat
tertentu, dan dalam bagian ketiga dinisbatkan ke計ada
Rasulullah. Tiga macam itu adalah:
-
Berfirman tanpa ada perantara antara Allah dan manusia.
-
Berfirman dari balik tirai, seperti pohon Thur, dan Musa
mendengar firman Allah dari arah pohon itu.
-
Firman yang dibawa oleh malaikat dan disampaikannya ke計ada
manusia, sehingga dia mendengar perkataan malaikat sebagai
wahyu ketika malaikat itu menirukan firman Allah.
Sedangkan ayat kedua menunjukkan bahwa Al-Quran di趴ahyukan
kepada Nabi dengan cara terakhir ini. Dan dari cara ini
diketahui bahwa Al-Quran diturunkan melalui firman yang dibawa
oleh malaikat. Allah berfirman:
"Ar-Ruhul Amin turun membawa Al-Quran kepada hatimu agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan dengan bahasa Arab yang jelas."
(QS
26:193-195)
"Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka sesungguhnya ia telah
menurunkan Al-Quran di hatimu."
(QS
2:97)
Dari
ayat-ayat ini dapat dipahami bahwa Al-Quran, seluruhnya atau
sebagiannya, diturunkan dengan perantaraan malaikat pembawa
wahyu, Jibril, yang disebut ar-Ruhul Amin. Dari ayat苔yat ini
dapat pula dipahami bahwa Nabi s.a.w. menerima wahyu dari
malaikat dengan segenap keberadaannya,5)
tidak dengan telinganya saja. Allah berfirman:
"Allah mewahyukan apa yang diwahyukan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya. Hati tidak akan mendustakan apa yang
dilihat要ya. Maka apakah mereka (kaum musyrikin Makkah)
akan membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya." (QS
53:10-12)
Dalam tempat lain, wahyu diungkapkan dengan 'membaca
lembaran-lembaran.' Allah berfirman:
"Seorang Rasul dari Allah
(Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan.
" (QS 98:2)
Sebelum mengakhiri pembahasan ini, kami ingin mengatakan bahwa
ada banyak masalah dan keterangan lain dalam Al-Quran tentang
macam-macam wahyu, sifat-sifat dan ciri-cirinya. Dan hal ini
berada di luar pembahasan buku ini untuk membicarakannya secara
panjang lebar.
5).
Dengan alasan bahwa
kedua ayat itu menegaskan diturunkannya Al-Quran pada hati Rasul
s.a.w. Dalam kebiasaan Al-Quran, yang dimaksudkan dengan hati
adalah jiwa, sebagaimana kita ketahui dalam beberapa ayat yang
menisbatkan pengetahuan, perasaan dan maksiat kepada hati.
Padahal, semuanya itu berasal dari jiwa.
|
|