BAB IV
MENGUNGKAP ILMU AL-QURAN
Ilmu-Ilmu yang
Dilahirkan oleh Al-Quran
Tidak diragukan lagi bahwa sejarah pertumbuhan ilmu keagamaan
yang dikenal oleh kaum Muslimin dewasa ini berawal dari masa
Nabi s.a.w. dan tuntnnya Al-Quran. Para sahabat dan tabi'in
telah mengenal ilmu-ilmu ini dalam abad pertama Hijrah secara
tidak sistematis, karena adanya larangan untuk membukukan ilmu
dengan segala cabangnya. Sedangkan cara menerima dan
mempelajarinya adalah penghapalan dan penyampaian secara lisan,
kecuali sedikit sekali catatan tentang fikih, tafsir dan hadis.
Pada
awal abad kedua Hijrah, ketika larangan itu ditiadakan,1)
mulailah kaum Muslimin membukukan hadis, kemudian mengarang
buku-buku tentang ilmu-ilmu yang lain dan membuat sistem
tertentu untuk menulis dan mengarang. Sebagai hasil dari
usahausaha itu adalah 'ilmul-hadits, 'ilmurrijal (ilmu mengenai para perawi
hadis) dan dirayah
(ilmu mengenai kandungan hadis},
'ilmu ushul fiqh, 'ilmul
kalam dan lain-lain.
Sampai-sampai dalam hal filsafat yang diterjemahkan dari bahasa
Yunani ke dalam bahasa Arab pada tahap-tahap permulaannya, dan
yang tetap bertahan menurut versi Yunaninya untuk jangka waktu
vang tidak pendek, ternyata lingkungan pergaulan Arab-Islam
telah m mempengaruhinya, baik dari segi bentuk maupun
materinya. Bukti paling andal untuk hal ini adalah
masalahmasalah filosofis yang dikenal di kalangan kaum Muslimin
dewasa ini. Untuk mengetahui suatu masalah kefilsafatan tentang
pengetahuan ketuhanan diperlukan penemuan teks, bukti-bukti dan
argumentasi-argumentasinya dalam lembaran-lembaran ayat-ayat
Al-Quran dan hadis-hadis.
Hal
ini juga bisa diberlakukan pada ilmu-ilmu kesusastraan. Yang
mendorong orang untuk mempelajari, membahas dan mengkaji
ilmu-ilmu seperti sharf
(tata bahasa), nahwu
(sintaksis) ma'ani, bayan, badi', lughah dan
fiqhul lughah, dan
etimologi, meskipun mencakup bahasa Arab secara umum, adalah
firman Allah (Al-Quran) yang memiliki keindahan bahasa yang
sempurna. Hal ini merupakan sebab timbulnya usaha untuk
mengetahui keistimewaan-keistimewaan AI-Quran, usaha untuk
mengkaji bukti-bukti dan bandingan-bandingannya, serta usaha
untuk mengetahui segi-segi kefasihan, keindahan bahasanya, dan
rahasiarahasia yang tersimpan di dalam kalimat dan
kata-katanya. Kemudian, karena faktor-faktor inilah, ditemukan
ilmu-ilmu bahasa yang telah kami sebutkan di atas.
Ibnu
Abbas termasuk penafsir terbesar dari kalangan sahabat. Dalam
menafsirkan Al-Quran ia menggunakan syair. Dia menyuruh
mengumpulkan dan memelihara syair itu. Dia berkata: "Syair
adalah bunga rampai (ontologi) bangsa Arab." Dengan perhatian
dan kesungguhan inilah, prosa dan syair Arab dipelihara,
sampaisampai seorang ulama Syi'ah, Khalil bin Ahmad al-Farahidi
dari Basrah,2)
mengarang Kitabul 'Ain
tentang bahasa Arab, dan menciptakan
'ilmul 'arudh (ilmu syair), untuk mengetahui pedomanpedoman
khusus dalam membuat syair. Demikian pula, ulamaulama lain juga
mengarang buku-buku bernilai tentang dua ilmu ini.
Ilmu
sejarah juga merupakan sempalan dari ilmul
hadits. Pada
mulanya ilmu itu merupakan kumpulan kisah para Nabi dan
umatumat mereka. Dimulai dari sejarah Nabi Mluhammad s.a.w.,
kemudian ditambah dengan sejarah permulaan Islani, dan sesudah
itu menjadi sejarah seluruh dunia. Para ahli sejarah, seperti
ath-Thabari, al-Mas'udi, al-Ya'kubi dan al-Wakidi, telah menulis
karya-karya tentang sejarah.
Dapat dikatakan dengan tegas bahwa Al-Quran merupakan faktor
pendorong pertama bagi kaum Muslimin untuk mempelajari ilmu-ilmu
rasional, baik ilmu kealaman maupun matematika, dengan mengambil
alih dan menerjemahkannya dari bahasabahasa lain, pada
permulaannya. Kemudian mereka mandiri dalam mempelajari, membuat
teori-teori baru mengenai obyek bahasan ilmu-ilmu tersebut,
merinci masalah-masalahnya, dan mengkaji secara mendalam
beberapa pembahasannya yang penting. Pada waktu itu, dengan
dorongan dari khalifah, ilmu-ilmu itu diterjemahkan dari
bahasa-bahasa Yunani, Suryani dan India ke dalam bahasa Arab.
Kemudian ilmu-ilmu yang telah diterjemahkan itu disajikan kepada
kaum Muslimin di daerah tempat tinggal mereka. Wilayah
pengkajian terhadap ilmu mulai meluas dan dilakukan secara
mendalam dan terinci.
Peradaban Islam, yang kini menjangkau sebagian besar wilayah
dunia sesudah wafat Rasulullah, mempunyai pengaruh yang besar
dan terus berkembang sampai dewasa ini di kalangan lebih dari
enam ratus juta orang Islam. Peradaban ini merupakan salah satu
produk Al-Quran (perlu diketahui bahwa kami - kelompok Syi'ah -
selalu menentang para khalifah dan raja yang mengabaikan
penjelasan tentang ajaran-ajaran Islam dan penerapan
hukumhukumnya. Meskipun demikian kami yakin bahwa cahaya Islam
sebesar dan secerah ini di berbagai penjuru dunia hanyalah
merupakan salah satu cahaya dari sekian banyak cahaya
Al-Quran).
Tentu saja, perkembangan sedemikian ini, yang merupakan salah
satu dari rangkaian kejadian di dunia ini, akan berpengaruh
secara langsung terhadap perkembangan-perkembangan di masamasa
yang akan datang. Dari sinilah muncul suatu keyakinan bahwa
sebab dari salah satu perkembangan mencengangkan ilmu
pengetahuan yang kita saksikan dewasa ini adalah pengaruh
AlQuran.
Menjelaskan masalah ini secara lebih terang dan mendalam
membutuhkan pengkajian yang luas dan mendalam. Tetapi cara
ringkas yang kami pergunakan dalam buku ini tidak memberi
kesempatan yang cukup kepada kami untuk melakukan pengkajian
seperti itu. Oleh karena itu, kami mengharapkan Anda menelaah
buku-buku yang membicarakan hal di atas.
1).
Berdasarkan kesepakatan para ahli sejarah, larangan itu
dihapus oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz antara 99-101 H.
2).
Khalil bin Ahmad Abu Abdurrahman al-Farahidi adalah
seorang ahli bahasa dan sastra. Dia adalah pencetus
'ilmul 'arudh
dan guru Imam Sibawaih, seorang ahli
nahwu ternama. Bukunya yang berjudul al-'Ain adalah
tentang bahasa. Dia merunggal di Basra pada 170 H
(Ar-Razka6, al-A'lam).
|
|