BAB V
TURUN DAN TERSEBARNYA
AL-QURAN
Kodifikasi AI-Quran
Pembicaraan tentang kodifikasi (penyusunan) Al-Quran harus
dilakukan dalam dua tahap:
1. Al-Quran sebelum wafat Rasulullah
Al-Quran diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat. Karena
kefasihan dan keindahan bahasanya luar biasa, ia tersebar dengan
cepat dan menakjubkan. Orang-orang Arab, yang sangat
menggandrungi kefasihan dan keindahan bahasa, tertarik
kepadanya, sehingga dari tempat-tempat yang jauh mereka datang
untuk mendengarkan beberapa ayat dari bibir Nabi Muhammad s.a.w.
Para pembesar Makkah dan kalangan berpengaruh suku Quraisy
adalah penyembah-penyembah berhala dan musuh-musuh Islam. Mereka
berupaya keras menjauhkan orang ramai dari Nabi, dan tidak
memberi kesempatan untuk mendengarkan Al-Quran, dengan alasan
bahwa Al-Quran itu adalah sihir yang dilontarkan kepada mereka.
Meskipun demikian, secara sembunyi-sembunyi dalam malam-malam
yang gelap, mereka datang mendekati rumah Nabi untuk
mendengarkan ayat-ayat Al-Quran yang sedang beliau baca.
Kaum
Muslimin juga bersungguh-sungguh dalam menghapal dan mempelajari
Al-Quran, karena Nabi s.a.w. diperintahkan untuk mengajarkan
Al-Quran kepada mereka (QS 16:44), dan karena mereka
berkeyakinan bahwa Al-Quran adalah firman Allah dan merupakan
sandaran pertama bagi keimanan-keimanan keagamaan, dan sebab
dalam salat mereka diwajibkan untuk membaca surat al-Fatihah
dan surat yang lain.
Setelah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah, dan urusan kaum
Muslimin menjadi teratur, beliau memerintahkan kepada sekelompok
sahabatnya untuk memperhatikan keadaan AI-Quran, mengajarkan,
mempelajari dan menyebarkannya. Wahyu itu dicatat hari demi hari
sehingga
tidak musnah, dan mereka dibebaskan dari wajib militer, seperti
ditegaskan dalam Al-Quran (QS 9: 122).
Mengingat kenyataan bahwa sebagian besar sahabat buta huruf,
tidak mengetahui tulis-baca, maka Rasulullah memanfaatkan para
tawanan Yahudi. Beliau memerintahkan kepada setiap
tawanan itu untuk mengajar beberapa orang sahabat. Dengan cara
inilah maka sekelompok sahabat menjadi mengetahui tulis-baca.
Dalam kelompok itu terdapat beberapa sahabat yang tekun membaca
Al-Quran, menghapal dan memelihara surat-surat dan ayat-ayatnya.
Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan
al-qurra’. Ketika pecah perang Bir Ma'unahempat puluh atau
tujuh puluh al-qurra’ gugur.7) Ayat-ayat yang diturunkan
secara bertahap, ditulis pada papan-papan, kulit domba atau
pelepah kurma, dan dihapal.
Tidak dapat diragukan dan diingkari bahwa sebagian besar surat
Al-Quran tersebar luas melalui para sahabat sebelum Rasulullah
wafat. Nama-nama dari kebanyakan surat itu telah disebutkan
dalam banyak hadis yang diriwayatkan oleh golongan Syi'ah maupun
Ahlus Sunnah. Hadis-hadis itu menjelaskan bagaimana Nabi
menyampaikan dakwah Islam, bagaimana beliau melakukan salat dan
membaca Al-Quran. Demikian pula, dalam beberapa hadis kita
menemukan nama-nama tertentu surat-surat Al-Quran sebelum
Rasulullah wafat, seperti at-Thawal, al-Ma'in, al-Matsani dan
al-Mafshalat.
2. Sesudah Rasulullah wafat
Sesudah Rasulullah wafat, Ali - yang oleh Nabi dikukuhkan
sebagai orang yang paling tahu tentang Al-Quran - diam di
rumahnya untuk menghimpun Al-Quran dalam satu mushaf menurut
urutan turunnya.8)
Dan belum enam bulan sejak wafatnya Rasulullah, dia telah
merampungkan penghimpunan itu dan mengusungnya ke atas punggung
unta.9)
Satu
tahun sesudah Rasulullah wafat,10)
pecah perang Yamamah yang merenggut korban tujuh puluh orang
qurra’. Pada waktu itu khalifah berpikir untuk menghimpun
surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran dalam satu mushaf, karena
khawatir akan terjadi perang lagi serta khawatir akan punahnya
para qurra’ dan
hilangnya Al-Quran karena kematian mereka. Khalifah
memerintahkan kepada sekelompok qurra` sahabat di bawah
pimpinan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran. Mereka
menghimpun dari papan-papan, pelepah-pelepah kurma, dan
kulit-kulit domba yang terdapat di rumah Nabi yang ditulis oleh
para penulis wahyu, dan tulisan-tulisan yang ada pada
sahabat-sahabat yang lain. Setelah menyelesaikan penghimpunan
itu, mereka menyalin beberapa naskah dan dibagikan ke beberapa
negeri Islam.
Sesudah khalifah ketiga mengetahui bahwa Al-Quran terancam
perubahan dan penggantian akibat sikap mempermudah dalam
menyalin dan memeliharanya, dia memcrintahkan untuk mengambil
mus-haf yang disimpan oleh Hafsah, yakni naskah pertama di
antara naskah-naskah khalifah pertama, dan memerintahkan kepada
lima orang sahabat, yang di antaranya Zaid bin Tsabit, untuk
menyalin mus-haf tersebut. Khalifah ketiga juga memerintahkan
agar semua naskah yang terdapat di negeri-negeri Islam
dikumpulkan dan dikirimkan ke Madinah, kemudian dibakar.11)
Mereka menulis lima naskah Al-Quran. Satu naskah ditinggal di
Madinah dan empat yang lainnya dibagi-bagikan ke Makkah, Suriah,
Kufah dan Basrah. Masing-masing satu buah. Ada yang mengatakan
bahwa selain lima naskah ini, ada satu naskah yang dikirimkan ke
Yaman, dan satu lagi ke Bahrain. Naskah inilah yang dikenal
dengan scbutan Mus-haf Imam dan semua naskah AlQuran ditulis
menurut salah satu dari kelima naskah ini. Semua naskah ini dan
mus-haf yang ditulis melalui perintah khalifah pertama tidak
berbeda, kecuali dalam satu hal, yaitu bahwa surat al-Bara'ah
dalam mus-haf khalifah pertama diletakkan di antara surat-surat
mi'un,*)
dan surat al-Anfal diletakkan di antara suratsurat matsani.**)
Sedangkan dalam Mus-haf Imam, surat al-Anfal dan al-Bara'ah
diletakkan di antara surat al-A'raf dan Yunus.
3).
As-Suyuthi, al-Itqan, I,
h. 10. Dikutip dari Ibnu Dhiris,
Fadhailul Quran.
4).
Ibid.
5).
Ibid.
6).
Ibid.,
h.11.
7).
Ibid.,
h. 72.
8).
Ibid.,
h. 59.
9). As-Sajistani,
af-Mashahij.
10).
As-Suyuthi,
ibid., h. 59-60.
11).
Ibid.,
h. 61.
*). Yaitu surat-surat
yang berisi kira-kira seratus ayat lebih, seperti: Hud, Yuauf,
Mukmin, dan sebagainya.
**).
Yaitu surai-srat yang
berisi kurang sedikit dari seratus ayat, seperti: al-Anfal,
alHijr, dan sebagainya (penyunting).
|
|