BAB V
TURUN DAN TERSEBARNYA
AL-QURAN
Qira-ah, Penghapalan
dan Periwayatan Al-Quran
Telah berulang-ulang kami katakan bahwa sekelompok orang
tertentu di zaman Rasul menekuni bacaan
(qira-ah)
Al-Quran, mengajarkan dan mempelajarinya. Mereka selalu ingin
mengetahui ayat-ayat yang diturunkan secara berangsur-angsur
kepada Nabi Muhammad s.a.w., kemudian menghapalkannya. Dan
terkadang mereka membaca ayat-ayat itu di hadapan Nabi agar
disimak.
Sebagian mereka menjadi guru. Orang-orang yang belajar
qira-ah
kepada
mereka meriwayatkannya dengan menyebutkan
sanad-nya
dan mereka sering menghapalkan
qira-ah yang
diriwayatkan dari seorang guru. Penghapalan dan periwayatan
seperti ini memang sesuai untuk masa itu, karena tulisan yang
digunakan
pada
waktu itu adalah tulisan
kufi. Dalam tulisan ini satu kata dapat dibaca dengan
beberapa cara. Oleh karena itu, harus belajar langsung kepada
guru, kemudian menghapalkan dan meriwayatkan.
Selain itu, kebanyakan orang pada waktu itu masih buta huruf,
tidak bisa tulis-baca dan belum mengenal cara menjaga pelajaran
selain menghapal dan meriwayatkan. Cara ini juga terus diikuti
dalam masa-masa berikutnya.
Para Qurra’
Kelompok pertama para
qurra’ adalah para
qurra’ dari
kalangan sahabat Nabi yang tekun mengajar dan belajar di masa
hidup beliau. Sebagian dari mereka telah menghimpun Al-Quran
seluruhnya, di antaranya adalah seorang wanita yang dikenal
dengan nama Ummi Waraqah binti Abdullah bin Harits.14)
Yang dimaksud dengan menghimpun Al-Quran - yang dalam beberapa
hadis Nabi dihubungkan dengan empat, lima, enam sahabat Anshar
atau lebih - adalah mempelajari dan menghapal Al-Quran, bukan
menata dan menyusun surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran dalam
satu mus-haf. Jika tidak demikian, maka tidak ada artinya
penyusunan dan penataan yang dilakukan pada masa khalifah
pertama dan ketiga. Adapun penjelasan yang terdapat dalam
sebagian hadis bahwa Nabi Muhammad sendiri menentukan tempat
ayat-ayat dan surat-surat Al-Quran, dibantah oleh banyak hadis
yang diriwayatkan dari Rasulullah sendiri.
Menurut keterangan beberapa ulama, sebagian
qurra’ dari
kelompok ini terkenal sebagai pengajar Al-Quran. Mereka itu
adalah Usman, Ali, Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Mas'ud dan Abu Musa al-Asy'ari.15)
Kelompok kedua adalah murid-murid dari kelompok pertama. Mereka
ini adalah dari generasi tabi'in dan mempunyai
halqah (kelas
belajar} di kata-kota Makkah, Madinah, Kufah, Basrah dan Suriah.
Ke kota-kota inilah Mus-haf Imam dikirimkan, seperti telah
dijelaskan di depan.
Di
antara mereka yang tinggal di Makkah adalah Ubaid bin 'Umair,
'Atha' bin Abi Rabah, Thawus, Mujahid, Ikrimah, Ibnu Abi Malikah
dan lain-lain. Yang tinggal di Madinah adalah Ibnul Musayyab,
'Urwah, Salim, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman bin Yasar, Atha'
bin Yasar, Mu'az al-Qari, Abdullah bin al-A'raj, Ibnu Syihab
az-Zuhri, Muslim bin Jundub dan Zaid bin Aslam. Yang tinggal di
Kufah adalah al-Qamah, al-Aswad, Masruq, 'Ubaidah, Amr bin
Syurahbil, Harits bin Qa.is, Rabi' bin Khaitsam, Amr bin Maimun,
Abu Abdurrahman as-Sulami, Zir bin Jaisy, 'Ubaid bin Naflah,
Sa'id bin Jubair an-Nakha'i dan asy-Sya'bi. Yang tinggal di
Basrah adalah Abu 'Aliyah, Abu Raja', Nasr bin 'Ashim, Yahya bin
Ya'mar, Hasan al-Basri, Ibnu Sirin dan Qatadah. Yang tinggal di
Suriah adalah Mughirah bin Abi Syihab, seorang murid Usman, dan
Khalifah bin Sa'id, seorang murid sahabat Abu Darda .
Kelompok ketiga adalah para
qurra’ yang hidup kurang lebih pada pertengahan pertama abad
kedua Hijrah. Mereka itu adalah sekelompok imam
qurra’ yang
belajar kepada kelompok kedua. Di antara mereka yang tinggal di
Makkah adalah Ibnu Katsir, salah seorang dari tujuh imam
qira-ah. Humaid
bin Qais al-A'raj dan Muhammad bin Abi Muhaisin. Yang tinggal di
Madinah adalah Abu Ja'far Yazid bin al-Qa'qa', Syaibah bin
an-Nafah dan Nafi' bin Nu'aim, salah seorang dari tujuh imam
qira-ah. Yang
tinggal di Kufah adalah Yahya bin Watsab, 'Ashim bin Abin Najud,
Hamzah dan Kisa'i. Tiga orang yang disebut terakhir termasuk
tujuh imam qira-ah.
Yang tinggal di Basrah adalah Abdullah bin Abi Ishak, Isa
bin Umar, Abu Amr bin al-'Ala', salah seorang dari tujuh imam
qira-ah, 'Ashim al
Jahdari dan Ya'kub al-Hadhrami. Yang tinggal di Suriah adalah
Abdullah bin 'Amir, salah seorang dari tujuh imam
qira-ah, 'Athiyah bin Qais al-Kilabi, Ismail bin Abdullah bin
Muhajir, Yahya bin Harits dan Syuraih bin Yazid al-Hadhrami.
Kelompok keempat adalah para murid dan orang-orang yang
meriwayatkan qira-ah
dari kelompok ketiga, seperti Ibnu 'Iyasy, Hafs dan Khalaf. Kami
akan menyebutkan beberapa orang yang terkenal di antara mereka
dalam pembahasan yang akan datang. Kelompok kelima adalah para
pengkaji dan penyusun ilmu
qira-ah. Mereka
itu adalah Abu 'Ubaid al-Qasim bin Salam, yang dikatakan sebagai
orang yang pertama kali menyusun buku tentang yira-ah,16)
Ahmad bin Jubair al-Kufi dan Ismail bin Ishak alMaliki, dua
orang murid Qalun, Abu Ja'far bin Jarir ath-Thabari dan Mujahid.
Sesudah mereka ini, medan pembahasan dan pengkajian ilmiah
tentang ilmu qira-ah
bertambah luas sehingga orangorang seperti ad-Dani dan
asy-Syatibi17) menulis risalah dalam bentuk
puisi maupun prosa.
14).
Al-Itqan,
I, 74.
15).
Kelompok
yang disebutkan dalam bab ini adalah kelompok yang disebutkan
asSuyuthi dalam al-Itqan.
Untuk mengetahui riwayat hidup mereka secara terinci, baca
buku-buku yang membahas tentang tokoh-tokoh periwayatan hadis.
16).
Al-Itqan,
I, h. 75.
17).
Abu Amr Usman bin Said ad-I)ani dari Andalusia adalah
seorang ahli qira-ah
yang sangat terkenal dan mempunyai banyak karangan.
Meninggal pada 444 H. Asy-Syatibi adalah seorang ahli
qira-ah dan
penghapal Al-Quran yang terkenal. Menulis buku mengenai
qira-ah yang
diberi judul Qashidah
Syatibiyah, terdiri atas 1120 bait puisi.
Menirtggal di Kairo pada 590 H.
|
|