DAFTAR ISI
KONSENSUS PADA PERIODE SESUDAH PERANG
Gerakan Neo-orthodox
Ditekankannya Alkitab di luar gerakan neo-orthodox
Akibat-akibat gerakan kritik-historis
Ciri-ciri keneo-orthodoxan
Unsur polemik terhadap fundamentalisme
Alkitab dipandang sebagai keseluruhan
Ditekankannya exegesis
Keneo-orthodoxan dan gerakan oikumenis
Keneo-orthodoxan dan soal-soal sosio-politis
Kesimpulan
BEBERAPA TANDA-TANYA YANG DIAJUKAN BELAKANGAN INI
Persoalan-persoalan kritik-historis belum terpecahkan
Betulkah Alkitab harus dibaca sebagai keseluruhan?
Reaksi terhadap berkhotbah secara exegetis
Persoalan-persoalan tentang exegesis di kalangan "oikumenis"
Reaksi terhadap pendapat bahwa "Alkitab merupakan landasan Kesatuan"
Diskusi tentang metode-metode hermeneutik
Kesimpulan Sementara
Reaksi merupakan fenomena yang terbatas
Fenomena tampak terutama di kalangan yang berbahasa Inggris
Terbatas pada minoritas
Terutama berpengaruh di antara generasi muda
Bukan penolakan terhadap Alkitab
Pokok-pokok ketegangan yang dirasakan
Persoalan tentang relevansi (perlunya) Alkitab
Persoalan tentang pengkomunikasian berita Alkitab
Persoalan tentang keterbatasan Alkitab
Persoalan tentang "pengisolasian" bahan Alkitab
Persoalan tentang tanggung-jawab kita
PENGILHAMAN
"Pengilhaman" diartikan "bebas dari kesalahan"
Ditekankannya asal-mula Alkitab
Ketak-mungkinan-salah Alkitab
Pengilhaman kalamiah/harfiah
Di kalangan fundamentalis
Di kalangan Katholik
Alkitab dan tradisi
Kekonservatifan Katholik
"Pengilhaman" tidak identik dengan "Ketak-mungkinan-salah"
Pengilhaman di bidang kesusasteraan
Keberatan-keberatan terhadap konsep pengilhaman
FIRMAN ALLAH
Konsep Firman Allah menurut Karl Barth
Firman Allah = Yesus Kristus
Alkitab sebagai laporan historis dan kesaksian-iman
Firman yang berbentuk tiga
Alkitab "menjadi" Firman Allah
Alkitab bersifat ilahi dan manusiawi
Keuntungan-keuntungan dalam memakai istilah Firman Allah
Keberatan-keberatan terhadap istilah Firman Allah
Konsep Firman Allah terlalu berbau dogmatis
Kesulitan-kesulitan hermeneutis
Keberatan-keberatan teologis
KEWIBAWAAN
Konsep "kewibawaan" menunjukkan "hubungan"
Hubungan Alkitab dengan kita
Hubungan Alkitab dengan tradisi
Keuntungan-keuntungan dalam memakai konsep kewibawaan
Mengalihkan perhatian dan soal "asal-mula" Alkitab
Memusatkan perhatian kepada karya-karya Allah dalam proses penyelamatan
Mengalihkan perhatian dari "laporan historis" kepada "kesaksian iman"
"Kewibawaan" tidak diidentikkan dengan "ketak-mungkinan salah"
Keberatan-keberatan terhadap konsep kewibawaan
Krisis kewibawaan di dunia modern
"Kewibawaan" disamakan dengan "keotoriteran"
Konsep kewibawaan yang "lunak" dan yang "keras"
Konsep yang "keras"
Konsep yang "lunak"
Istilah "kewibawaan" biasanya diartikan secara keras atau hukumiah
Akar-akar konsep kewibawaan
Konsep kewibawaan tidak sesuai dengan kerangkaian/struktur pemikiran teologis modern
"Kewibawaan. Alkitab" sebagai pengalaman perorangan dan sebagai prinsip umum
FUNGSI
Keuntungan-keuntungan dalam memakai konsep fungsi"
Memungkinkan pendekatan yang konkret atau mendetail/terperinci
Memusatkan perhatian kepada proses-proses penafsiran dan penerapan
Memungkinkan penilaian yang lebih flexibel terhadap berbagai jenis bahan Alkitab
Konsep "fungsi" lebih flexibel daripada konsep "kewibawaan"
Keberatan-keberatan terhadap konsep "fungsi"
Konsep "fungsi" menghasilkan pendekatan yang bersifat deskriptif melulu
Ada keuntungan dalam pendekatan "netral"
Pendekatan melalui "fungsi" tidaklah bersifat deskriptif melulu
Konsep "fungsi" agaknya tidak membantu penentuan norma
Kurang nampak adanya perbedaan prinsipial antara konsep "fungsi" dan konsep "kewibawaan"
PENUTUP
PENDAHULUAN
Tandatanya-tandatanya yang radikal
Sikap keradikalan baru terhadap keneo-orthodoxan
CIRI-CIRI KERADIKALAN BARU
Ditekankannya situasi modern
Peranan Alkitab bagi orang Kristen modern
Alkitab sebagai perangsang keputusan existensial
Alkitab berperan dalam konteks gereja
Penolakan terhadap konsep struktur kewibawaan extern
Relativisme-antar-kebudayaan
Kekunaan dan keasingan Alkitab
Jarak antara kebudayaan Alkitab dan kebudayaan kita
Jarak antara pengarang Alkitab dan peristiwa yang dilaporkannya
Jarak antara penode dengan periode dalam sejarah penyusunan Alkitab
Penolakan terhadap ide kekonstanan tabiat manusia
Perbandingan relativisme-antar-kebudayaan dengan teologia Bultmann
Kepekaan terhadap keganjilan-keganjilan yang implisit dalam konsep kewibawaan Alkitab
Kepekaan terhadap unsur kebetulan dalam proses pembentukan kanon
LANGKAH-LANGKAH PERTAMA DALAM MENDISKUSIKAN KERADIKALAN BARU
Unsur-unsur kekuatan
Unsur-unsur keberat-sebelahan
Pertimbangan-pertimbangan tentang relativisme antar-kebudayaan
Kecenderungan untuk mengisolasikan manusia modern
Pendefinisian masa-berlakunya kebudayaan secara terlampau sempit
Kecenderungan untuk mem-pasifkan iman atau teologia Kristen berhadapan dengan kebudayaan modern
Ide tentang kekonstanan tabiat manusia
Pandangan tradisional Kristen mendukung konsep kekonstanan tabiat manusia
Perobahan tabiat dan perobahan situasi
"Analogi situasi" sebagai prinsip penafsiran atau penerapan bahan Alkitab
Beberapa pertimbangan-tambahan tentang keradikalan baru
Aspek falsafi keradikalan baru
Perbandingan relativisme-antar-kebudayaan dengan keneo-orthodoxan
Perbandingan lanjutan antara relativisme-antar-kebudayaan dan teologia Bultmann
Prinsip bahwa konsensus pemikiran gereja sendiri menjadi standard untuk gereja
TANGGAPAN SEMENTARA TERHADAP KERADIKALAN BARU
Unsur kekuatan: protes terhadap keganjilan-keganjilan yang implisit termaktub dalam konsep kewibawaan Alkitab
Unsur yang kurang kuat: ditekankannya relativisme-antar-kebudayaan
Apakah ada alternatif terhadap keradikalan baru itu?
Sanggupkah keradikalan baru itu menghasilkan suatu teologia yang positif?
ALKITAB SEBAGAI MITOS-DASAR AGAMA KRISTEN
Definisi "mitos" sebagai kategori kesusasteraan
Unsur faktualitas dan unsur kesusasteraan dalam Alkitab
Contoh-contoh:
Kitab Ayub
Perumpamaan-perumpamaan
Kitab nabi Yunus
Riwayat penciptaan
Riwayat kelahiran dan kebangkitan Tuhan Yesus
Ditekankannya unsur kesusasteraan tidak timbul dari ketidak-percayaan
"Mitos-mitos kesusasteraan": Terjadinya dunia, Kelahiran Tuhan Yesus, Kebangkitan Tuhan Yesus
Pemakaian bahan Alkitab secara liturgis dan secara meditatif
Typologi dan alegorisasi
Pendekatan "apresiasi kesusasteraan" sebagai milik-bersama gereja dan masyarakat
Pendekatan teologis dan pendekatan "apresiasi kesusasteraan" saling melengkapi
TIGA KEMUNGKINAN PENDEKATAN TERHADAP PENYELIDIKAN ALKITAB
Tiga sasaran: keterangan-obyektif; pikiran pengarang; apresiasi kesusasteraan
Integrasi tradisionil antara ketiga faktor itu
Keterpisahan ketiga faktor itu pada masa kini
Ditekankannya kewibawaan Alkitab
Ditekankannya aspek-aspek kesusasteraan
PEMAKAIAN ALKITAB SECARA LITURGIS DAN MEDITATIF
Titik-titik persamaan dengan pendekatan "apresiasi kesusasteraan"
Titik-titik perbedaan dengan pendekatan "apresiasi kesusasteraan"
Nisbah antara liturgi, faktualitas, den teologia
ALKITAB SEBAGAI BAHAN PUITIS-SIMBOLIS
Penilaian terhadap pendekatan puitis-simbolis
Kelemahan-kelemahan exegetis
Keberatan-keberatan para ahli "kritik kesusasteraan"
Keberatan-keberatan terhadap dilebih-lebihkannya unsur typologi
Pemutlakan unsur puitis-simbolis
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PENGAPRESIASIAN KESUSASTERAAN UMUM
Pendapat D.E. Nineham
Beberapa tanggapan terhadap pendapat D.E. Nineham
"Tafsiran yang paling tepat atas karangan kesusasteraan ialah karangan kesusasteraan itu sendiri"
"Tiap-tiap karangan kesusasteraan mengandung kemajemukan makna"
Keberatan terhadap penentuan "makna definitif" karangan kesusasteraan
Jalan tengah: Kemajemukan makna dalam batas-batas tertentu
Hubungan "makna untuk masa lampau" dan "makna untuk masa kini"
KESIMPULAN-KESIMPULAN
Keuntungun-keuntungan dalam pendekatan "apresiasi kesusasteraan"
Bahaya bahwa "apresiasi kesusasteraan" mengaburkan hasil-hasil penyelidikan kritis-historis
Kenetralan-teologis pendekatan "apresiasi kesusasteraan"
Segi-segi positif
Segi-segi negatif
ALKITAB SEBAGAI BAHAN KESAKSIAN UTAMA TENTANG "PERISTIWA-PERISTIWA PENYELAMATAN"
Penyataan bukanlah terletak dalam Alkitab, melainkan dalam peristiwa-peristiwa yang dilaporkan Alkitab
Unsur-unsur ketidak-telitian dalam laporan-laporan Alkitab
Unsur-unsur subyektif dalam laporan-laporan Alkitab
Nisbah peristiwa dan penafsiran: beberapa pendapat
Ada "analogi yang cukup" antara peristiwa dan laporan
Pendapat yang agak konservatif
Pendapat yang sungguh-sungguh konservatif
Pendapat "liberal" atau "existensialis"
KEBERATAN-KEBERATAN TERHADAP PENDAPAT BAHWA ALKITAB MERUPAKAN "KESAKSIAN TENTANG PERISTIWA-PERISTIWA PENYELAMATAN"
Konsep "Alkitab = Kesaksian" tidak membuktikan kedefinitifan kanon Alkitab
Konsep tentang rentetan "peristiwa penyelamatan" mempersempit lapangan karya Allah dalam sejarah atau dunia
Status Alkitab sebagai sumber historis tidak menjamin kewibawaannya sebagai norma teologis
"Kewibawaan sumber sejarah" lain dan pada "kewibawaan norma teologis"
Kadang-kadang ada jarak-waktu antara peristiwa dan laporan
Bahan dapat digeser dari statusnya sebagai sumber yang utama atau unik
Ada bahan sekunder dalam Alkitab
Nisbah antara peristiwa dan penafsirannya
Tiga jenis "peristiwa"
Karya Allah melalui tindakan manusia-agen/pelaku
Peristiwa berupa "mujijat"
"Peristiwa" yang bersifat legenda
Kekaburan dalam pemakaian istilah "karya penyelamatan"
Karya Allah yang obyektif? atau "Pola pemikiran yang memakai konsep "Allah berkarya/bertindak, berbuat"?
Hubungan "Karya Allah" dengan bahan legenda
Titik-titik persamaan antara "peristiwa-penyelamatan" dan "mitos-dasar"
Konsep "peristiwa penyelamatan" dan penentuan skriptura
Konsep "peristiwa penyelamatan" tidak membuktikan kedefinitifan kanon
Banyak bahan Alkitab yang bukan laporan peristiwa
Ada tafsiran-tafsiran alternatif tentang peristiwa-peristiwa tersebut, disamping tafsiran Alkitabiah
Bukan "peristiwa beserta penafsirannya" yang merupakan norma, melainkan teologia Alkitab
Argumentasi tentang "peristiwa-peristiwa penyelamatan" bersifat a priori
KESIMPULAN
TEOLOGIA ALKITAB SEBAGAI TEOLOGIA STANDARD
Alkitab mengandung unsur teologia
Alkitab tidak merupakan text-book dogma
Alkitab bukanlah hanya "bahan agamawi"
Teologia explisit dan implisit dalam Alkitab
Pusat perhatian beralih dari "Alkitab sebagai sumber keterangan" kepada "cara-pemikiran pengarang Alkitab"
Nisbah antara teologia dan rekonstruksi sejarah
Hubungan antara laporan peristiwa-peristiwa Alkitabiah, dan cara-pemikiran pengarang Alkitab
Motivasi baru dalam usaha merekonstruksikan peristiwa-peristiwa Alkitabiah
Apakah teologia wajib dibangun atas dasar Alkitabiah?
Pendirian mazhab neo-orthodox
"Kewibawaan" dan kebebasan pemikiran falsafi
Berbagai kemungkinan tentang bentuk atau kerangkaian teologis
Teologia sebagai perumusan iman Kristen dalam bahasa dan kategori-kategori pemikiran modern
Pengenaan norma (Alkitab) dalam proses berteologia
Hubungan hermeneutis antara skriptura dan teologia
Metoda penafsiran ditentukan oleh Alkitab sendiri
Alkitab sebagai "mahkamah tertinggi"
Interaksi bolak-balik antara Alkitab dan metoda penafsiran
"Kekhasan" pola-pola pemikiran Alkitabiah
"Kekhasan" itu relatif
"Kekhasan" dan perbandingan agama
"Kekhasan" dan Kanon
Keseluruhan Alkitab dan bagian-bagiannya
Kewibawaan itu terletak dalam keseluruhan Alkitab
Kekhasan tiap-tiap bagian Alkitab
"Kesatuan Alkitab" bukan landasan, melainkan sasaran
Pemakaian Alkitab secara "agamawi" dan relevansinya untuk teologia
Penjelasan David Kelsey
Pembahasan penjelasan Kelsey
Pengaruh-agamawi skriptura
Pandangan-pandangan agamawi perlu disoroti secara kritis
Contoh-kesimpulan
BEBERAPA POLA TENTANG PENGARUH ALKITAB TERHADAP TEOLOGIA
Penggolongan cara-cara pemakaian Alkitab dalam argumentasi, menurut "pola-pola logis"
Penggolongan menurut konteks-konteks aktual di mana Alkitab dipakai
Konteks teologia
Konteks etika
Konteks prakteka
Penggolongan menurut isi bahan Alkitab
Rumusan-rumusan teologis dan non-teologis
Rumusan-rumusan yang berdasarkan pengetahuan-langsung, dan yang bukan demikian
Pembedaan maksud-umum dan detail-detail perõkop
Pembedaan inti-maknawi perikop dan bentuk-lahiriahnya
Pembedaan "ipsissima verba" Allah atau Yesus dan FirmanNya yang dilaporkan
Ipsissima verba Yesus dalam penyorotan kritik-historis
Patutkah ipsissima verba Yesus mendapat prioritas?
"Patut"
Tidak patut
Posisi menengah
Nisbah antara ipsissima verba dan pribadi Yesus
Ipsissima verba mempunyai kewibawaan yang khas
Hubungan pengajaran dan pribadi atau karya Yesus
Keunikan Yesus terletak dalam hubungan antara pengajaranNya dalam pengalaman-hidupNya
Pembedaan antara "Firman Tuhan" dan "sabda Paulus" dalam surat-surat kiriman
Kesimpulan: Keutamaan ipsissima verba tidak perlu dimutlakkan
Analisa C.D. Kaufman
Perlunya suatu penjelasan logis-akaliah tentang status Alkitab dalam gereja
FAKTOR-FAKTOR SITUASI MASA KINI BERKENAAN DENGAN MASALAH STATUS ALKITAB
Hambatan-hambatan terhadap pemakaian: Alkitab secara lebih luas di gereja masa kini
"Neurosis kewibawaan" sudah mereda
Norma-teologis bukanlah titik-tolak proses, melainkan buah proses berteologia
Teologia-modern bersifat majemuk
Konteks-oikumenis teologia modern
PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG STATUS ALKITAB DALAM TEOLOGIA MODERN
Masalah struktur atau dasar teologia dianggap persoalan terbuka
Dua pra-syarat dalam menyusun teologia yang khas Kristen
Status Alkitab adalah implisit dalam struktur agama Kristen atau Yahudi
PROSES PEMBENTUKAN SKRIPTURA
"Pola-klasik" merupakan buah proses pertumbuhan tradisi
Akibat-akibat terbentuknya skriptura
Pembekuan tradisi
Penyempitan tradisi
Lahirnya tradisi lisan di samping skriptura
Munculnya masalah kanon
Bertahannya proses pembentukan skriptura
Pengertian kita didasarkan atas peninjauan terhadap proses yang sudah selesai
Pertautan periode-Alkitabiah dan periode post-Alkitabiah
Tradisi semakin merupakan penafsiran skriptura
PENGARUH PROSES PEMBENTUKAN SKRIPTURA TERHADAP STATUS ALKITAB
Prinsip-prinsip umum
Status Alkitab berlandaskan keputusan sejarah
Alkitab sebagai "pola-klasik" iman-keagamaan Kristen atau Yahudi
Pokok-pokok yang mendetail
Mutu-kesusasteraan Alkitab
Pembentukan skriptura adalah proses manusiawi
Unsur ketak-sempurnaan dan distorsi dalam Alkitab
Hubungan konsep "penyataan" dan konsep "pola-klasik"
Alkitab sebagai "sabda Israel" atau "sabda tokoh-tokoh gereja-awal"
Hubungan "pola-klasik" dan berakhirnya proses penyataan
"Kristus menjadi puncak proses penyataan"
Beberapa kejanggalan dalam konsep "puncak penyataan" itu
"Peristiwa Kristus" bukanlah "puncak" melainkan penyataan unik
Obyektivitas atau historisitas Yesus, dibandingkan dengan "peristiwa-peristiwa penyataan" yang mendahuluiNya
Jurang yang tak dapat dijembatani antara tradisi dan "peristiwa-peristiwa penyataan" yang melandasi tradisi
Pendekatan "eskatologis": Alkitab bukanlah hasil proses, melainkan landasan proses penyataan
Pandangan Alkitab sendiri tentang status Alkitab
"Penyataan berbentuk pengalimatan" dan "penyataan perorangan"
"Penyataan Diri Allah" dan status-logis pengalimatan Alkitab perlulah dibedakan
Pemisahan yang salah
Penyerangan-penyerangan terhadap konsep "penyataan berbentuk rumusan-rumusan informatoris"
"Rumusan informatoris" dianggap identik dengan "kebenaran abadi"
"Rumusan informatoris" dianggap identik dengan "rumusan abstrak"
Masalah pokok: fungsi "rumusan-rumusan informatoris" yang sebenarnya
"Penyataan berbentuk pengalimatan" dan fundamentalisme
Nisbah skriptura dan tradisi
Pengertian Katholik: skriptura dan tradisi saling melengkapi
Pengertian Protestan: tradisi dapat menyeleweng
Pengertian modern: Baik skriptura maupun tradisi mengandung ketidak-sempurnaan
Untung-ruginya pembekuan/membekukan tradisi menjadi skriptura
Efek-efek negatif ide "kewibawaan Alkitab"
Kesembronoan dalam menafsir
Legalisme Alkitab
Penyamaan pandangan pribadi dengan pandangan Alkitab
Alkitab perlu dibaca secara kritis, karena mengandung unsur distorsi
Masalah "pengilhaman tradisi"
Pembentukan tradisi atau skriptura sebagai akibat samping dari tugas-kepemimpinan
Allah menyertai pemimpin "melalui RohNya"
Roh menerangkan makna penyertaan Allah itu
Roh mendampingi reflexi dan karya manusia
PEMIKIRAN TEOLOGIS HARUS BERSIFAT KONSTRUKTIF
Bahan-bahan yang dimanfaatkan dalam menyusun teologia: Alkitabiah dan non-Alkitabiah
Bahan teologia yang implisit dalam Alkitab perlu dirangkaikan
Keaneka-ragaman bahan Alkitab menuntut penyeleksian dan pengaturan
Penyusun teologia patutlah memanfaatkan bahan Alkitab secara kritis
Peranan kredo-kredo dalam penyusunan teologia
Peranan "teologia-teologia Alkitabiah" dalam proses penyusunan teologia yang menyeluruh
Unsur-unsur falsafi dan Alkitabiah saling melengkapi
PERANAN ALKITAB DALAM HOMILETIKA
Alkitab menjadi "pola-klasik" dalam pelaksanaan tugas homiletik
Keutamaan "mitos-dasar" atas "kerangkaian teologia" dalam pengkhotbahan
Pemanfaatan distorsi-distorsi Alkitab dalam pengkhotbahan
Perlukah khotbah berlandaskan Alkitab?
Pada prinsipnya, sebaiknyalah demikian
Bahan Alkitabiah dalam liturgi itu perlu diuraikan dalam khotbah
Dalam uraian berdasarkan situasi kontemporer, dasar Alkitabiah adalah implisit
Kemajemukan metoda homiletik sejajar dengan kemajemukan corak teologia
Dua pertimbangan praktis mengenai uraian-uraian berdasarkan situasi kontemporer
Kesan "imperialisme kristiani (kristen)" perlu dicegah
Kesanggupan atau bakat pengkhotbah perlu dipertimbangkan
PENERAPAN BAHAN KUNA KEPADA JAMAN MODERN
Relevansi Alkitab untuk manusia modern
Kekunaan Alkitab
Alkitab tidak langsung relevan, melainkan membangun iman yang relevan
Hubungan konsep "relevansi Alkitab" dan konsep "Alkitab sebagai buku referensi"
Alkitab: dokumen kuna yang ditangani manusia modern
Masa lampau - masa kini - masa depan
Ditekankannya "kenormatifan Alkitab" menempatkan norma gereja di masa lampau
Pengambilan keputusan berlangsung pada masa kini
Penggenapan perjanjian-perjanjian Alkitab terletak di masa depan
Konsep "penyataan progresif"
Pendefinisian istilah
Beberapa ciri-negatif konsep "penyataan progresif"
Ditekankannya "puncak-puncak" penyataan Alkitabiah
Pemakaian konsep secara apologetis
Penerapan konsep secara selektif
Segi-segi positif konsep "penyataan progresif"
KEORTHODOXAN DAN KEBIDATAN
Alkitab sebagai "standard keorthodoxan"
Pergumulan-teologis yang tergambar dalam Alkitab
Teologia dan "anti-teologia" dalam Alkitab
Sumbangan antiteologia-antiteologia kepada teologia-teologia Alkitab
PEMBENTUKAN DAN PEMBATASAN-JUMLAH KITAB-KITAB DALAM ALKITAB
Latarbelakang pembentukan kanon
Cara-cara pengolahan bahan, sampai menjadi kitab-kitab definitif
Flexibilitas yang mula-mula dalam daftar kitab-kitab definitif
Kitab-kitab Apokrif
Batas-batas kategori "Apokrif"
Tiga cara penurun-alihan kitab-kitab Apokrif
Masalah-masslah pokok
Pertautan kategori "kanonik" dan "apokrif"
Unsur kebetulan dalam penentuan batas-batas kanon tidaklah menjadi soal
Bolehkah gereja mengubah kanon?
Perbedaan konsep "skriptura" dan konsep "kanon"
PENYELEKSIAN DAN PENGATURAN BAHAN ALKITAB SECARA INTERN
Pengaruh tradisi gerejani atau akademis terhadap penilaian dan penafsiran bahan Alkitabiah
Ketidak-rataan bahan-bahan Alkitabiah
Pengakuan-iman-pengakuan-iman sebagai sarana pengaturan bahan Alkitabiah
Usaha "teologia Alkitabiah" untuk mengatur bahan Alkitab
Usaha mencari "teologia-inti" yang disodorkan oleh Alkitab sendiri
Kesulitan-kesulitan yang menghambat usaha tersebut
Hasil positif yang dicapai melalui usaha itu
Pengutamaan tema-tema tertentu dalam Alkitab
"Kanon-inti" dan "bahan-inti"
Pendefinisian istilah-istilah
Keberatan-keberatan terhadap konsep-konsep tersebut
"Tema-tema inti" tak boleh diutamakan secara permanen
"Tema-tema inti" tak boleh dikecualikan dari penyorotan kritis
"Titik-titik penyambung"
"Titik-titik penyambung" boleh bersifat Alkitabiah atau nonAlkitabiah
Adanya "Titik-titik penyambung" tidak menghambat proses penyeleksian dan pengaturan
Pengaruh kritik-historis terhadap proses penyeleksian
Kemajemukan lapis-lapis bahan Alkitabiah
Penafsiran lapis-lapis tersebut
Keutamaan teks-definitif
Nisbah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Kecenderungan modern untuk menurunkan derajat Perjanjian Lama
Kaitan kecenderungan tersebut dengan sikap "fundamentalis"
Pada prinsipnya, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sederajat, dan berdiri sendiri-sendiri
Perbedaan fungsi antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
"Allahnya Israel" dan "Yesus dari Nazaret"
Apakah sepatutnya riwayat Yesus dihisabkan kepada Perjanjian Baru atau kepada Perjanjian Lama?
PENAFSIRAN HARFIAH
"Harfiah" tidak identik dengan "fundamentalis"
Fundamentalisme lebih mementingkan ketak-mungkinan-salah daripada keharfiahan
Fundamentalisme melawan kritik-sumber-sumber Alkitabiah, yang berakar dalam pendekatan harfiah
Penafsiran harfiah yang langsung menyelidiki obyek-obyek yang disinggung dalam nats (Sudut A dalam segitiga)
"Harfiah" lawan "alegoris"
"Harfiah" berarti "mendetail"
Dua catatan tambahan
Alegori juga sering terikat kepada detail-detail nats
Alasan-alasan memilih pendekatan harfiah atau non-harfiah
Pendekatan harfiah, bila Alkitab dianggap naskah-teologia kesusasteraan (Sudut B dan C dalam segitiga)
Bentuk-harfiah nats membuka pengertian tentang latar belakang atau pemikiran pengarang
Ditekankannya "pemikiran pengarang" meningkatkan peranan detail-detail nats
Detail-detail menyõnggung pemikiran pengarang secara langsung, dan menyinggung obyek nats secara tidak-langsung
Masalah pokok bukanlah "penafsiran harfiah" melainkan "penafsiran yang mendetail"
Keuntungan-keuntungan dalam penafsiran yang mendetail
Ciri-ciri tiap pengarang mendapat perhatian
Kemajemukan lapis-tradisi mendapat perhatian
Keanekaragaman bahan Alkitab menjadi sumber makanan rohani
Kesimpulan-kesimpulan umum sepatutnyalah berdasarkan pembahasan detail-detail
Pembedaan detail yang bermakna dan detail yang kurang
Alkitab tidak mengutarakan
Pembahasan prinsip: "Huruf mematikan, roh menghidupkan"
Kesimpulan: "rumusan-kalamiah" tidak bertentangan dengan "makna"
KESIMPULAN UMUM
Keilhaman: Skriptura diilhamkan, namun berstatus "mungkin salah" juga
Firman Allah: Alkitab adalah kristalisasi tradisi umat Allah dan sarana penyampaian Firman Allah
Kewibawaan: konsep kewibawaan kurang sesuai dengan cara berfungsinya struktur teologia modern
Fungsi: Konsep fungsi dapat membina saling-pengertian, dan sesuai juga dengan kemajemukan teologia modern
Landasan Kesatuan Alkitab
Alkitab di Dunia Modern (The Bible in the Modern World) Prof. James Barr Terjemahan Dr. I.J. Cairns BPK/8331086/7 Penerbit BPK Gunung Mulia, 1979 Kwitang 22, Jakarta Pusat
Tentang Penulis